(Replay 2004) My Dark Summer

270 38 5
                                    

Seoul, musim panas 2006.

Aku berada disini, namun masih sulit untuk mempercayainya. Terjadi kerusuhan di Gimpo sebelum dad pergi ke Busan. Beberapa orang membawa senjata tajam. Mencoba menyelamatkan duta besar, dad justru terjebak di tengah-tengah kerusuhan. Ia lalu di tikam oleh orang tak dikenal lalu kehilangan banyak darah. Kerumunan semakin menggila sehingga petugas keamanan lain dan tim tanggap darurat sulit untuk mengevakuasinya. Pada saat ia telah berhasil ditemukan, nyawanya tidak tertolong lagi.

Rasanya seperti mimpi. Mimpi yang sangat buruk. Saat rekan kerja dad menghubungiku dan memberitahukan apa yang terjadi pada dad, aku berharap itu adalah telepon penipuan. Alangkah baiknya jika itu benar penipuan. Tapi, semakin lama, mimpi buruk itu terasa semakin nyata. Aku telah kehilangan dad untuk selamanya.

Aku sendirian. Di ruangan gelap ini. Sengaja menyingkirkan diri dari orang-orang yang sangat banyak. Hanya ada seberkas sinar masuk melalui ambang pintu yang terbuka. Tidak ada orang yang akan datang kemari. Aku harap tidak ada yang akan menemukanku. Aku ingin sendirian. Air mataku tidak bisa berhenti mengalir. Hatiku sakit. Kepalaku terasa seolah melayang ringan tanpa tubuh. Aku memeluk sebelah lututku. Membenamkan wajahku diantara lenganku dan terus menangis. Tidak ada isakan. Hanya air mata.

Dad telah meninggalkanku. Bahkan dad juga meninggalkanku. Mengapa dad meninggalkanku?

Pikiranku berkecamuk. Dad-ku yang malang. Ia sendirian di saat-saat terakhirnya. Seseorang menikamnya dengan kejam. Pasti rasanya sakit sekali. Dan ia masih harus menghadapi kekacauan itu. Meringkuk disana sendirian, meminta pertolongan namun tidak ada yang mendengar. Aku bahkan... Aku bahkan sempat menolak saat ia ingin memelukku. Itu adalah terakhir kalinya. Ia masih tersenyum seperti hari-hari biasanya. Aku tidak memiliki firasat apapun. Sama sekali aku tidak menyangka, begitu dad melangkah keluar dari pintu rumah pagi itu, ia tidak pernah kembali lagi.

Dad-ku yang tampan. Ia masih tersenyum di saat raganya tidak lagi memiliki jiwa. Apa ia ingin memberitahuku bahwa ia sudah tiba di alam sana dengan selamat? Ia mungkin masih bisa melihatku dari atas sana, tapi aku tidak akan pernah melihatnya lagi.

Dad-ku yang sangat menyayangiku. Ia keluar dari angkatan laut karena tidak bisa melihatku setiap hari. Dad yang bekerja begitu keras agar aku bisa sekolah di tempat yang bagus. Dad yang biasa memegang senjata, meluangkan waktunya yang tidak banyak untuk menyiapkan sarapan untukku. Dad yang tampak keras dan menyeramkan dari luar, namun hanya mengajarkan kasih sayang padaku. Dad yang seperti itu, sudah tidak ada lagi.

Bagiku dad adalah segalanya. Aku hanya memiliki dad. Aku tidak bisa membayangkan apa yang akan aku lakukan jika dad tidak ada. Dan yang membuat air mataku tidak bisa berhenti adalah, bagi dad aku juga seperti itu.

"Mi Young-ah!" Seseorang menyentuh pundakku. Aku tidak mengangkat kepalaku untuk melihatnya. Aku tahu itu Tae Yeon. Itu suara Tae Yeon.

Aku merasakan Tae Yeon duduk di sebelahku. Ia menggenggam tanganku yang terkepal keras di depan lutut.

"Apa yang kau lakukan disini sendirian?" Tanyanya sambil mengusap punggung tanganku. "Aku mencarimu kemana-mana."

Aku tidak menjawabnya. Aku memang ingin sendiri. Yang aku butuhkan saat ini hanya waktu untuk sendiri. Aku tidak bisa menerimanya, bahwa dad telah pergi meninggalkanku. Karena aku tidak bisa menerimanya, menangis disini adalah satu-satunya hal yang bisa aku lakukan.

"Aku mengkhawatirkanmu karena kau menghilang begitu saja." Ia bicara lagi. "Para pelayat juga menanyakanmu. Mereka ingin bertemu denganmu."

Aku tidak peduli dengan para pelayat yang bahkan tidak aku kenal. Aku tidak ingin menemui mereka. Aku tidak ingin mendengar kalimat belasungkawa dari mereka. Aku tidak ingin mendengar mereka mengatakan sesuatu untuk menghiburku. Apapun yang mereka katakan, apapun yang akan mereka lakukan, mereka tidak bisa mengubah kenyataan. Mereka tidak bisa mengembalikan waktu. Mereka tidak bisa mengembalikan dad.

That WinterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang