Jeonju, musim dingin 2006.
Natal tahun ini aku mengikuti Tae Yeon ke Jeonju. Ji Woong memilih untuk tidak ikut karena ia ingin berlibur bersama pacarnya. Satu hal yang membuat aku dan Tae Yeon penasaran. Ji Woong selalu bilang ia punya pacar, tapi tidak sekalipun ia menunjukkannya pada kami. Terutama Tae Yeon adiknya. Bahkan fotopun tidak ada. Tae Yeon mengatakan mungkin Ji Woong malu pacarnya adalah seorang namja. Tapi sepertinya bukan karena itu. Aku ingat sepertinya Ji Woong pernah menyebutnya adalah seorang yeoja.
Aku dan Tae Yeon berangkat dari Seoul pagi-pagi sekali agar bisa merayakan malam natal bersama. Keluarga Kim mengadakan pesta natal kecil untuk keluarga. Kami berkumpul di bawah pohon natal sambil menikmati makanan penutup. Tahun ini, aku melihat pelayan yang tidak ada tahun lalu. Ini bukan rumahku, tapi aku merasa seperti seorang putri yang dilayani oleh pelayan.
"Eomonim, abeonim.." Aku mengeluarkan hadiah yang sudah kupersiapkan dari Seoul. Sudah ku putuskan akan membuka toko kue, dan kue pertama yang aku buat adalah hadiah untuk Tuan dan Nyonya Kim. "Aku membuatnya sendiri."
"Apa ini?" Nyonya Kim membuka kotak yang ku berikan dan wajahnya terlihat senang.
"Aku belajar membuat kue. Cheese cake untuk eomonim, dan Tiramisu untuk abeonim." Aku menunduk malu. Ku harap rasanya tidak terlalu buruk. "Aku hanya bisa memberikan ini sebagai hadiah natal.
"Gomawo, Fany-ah!" Ucap Tuan Kim. "Ini sangat spesial. Jauh lebih baik daripada seorang anak yang tidak menyiapkan apa-apa."
"Bagaimana denganku?" Tuntut Tae Yeon. Ia tidak peduli dengan sindiran ayahnya barusan. "Mana untukku?"
"Tepungnya tidak cukup." Dalihku. Padahal aku menyiapkan hadiah spesial untuknya. Tapi aku tidak bisa memberikannya. Tidak disini.
Tae Yeon cemberut sambil bersidekap. Lalu ia bergerak mendekati Nyonya Kim. Matanya mengintai kotak milik ibunya itu.
"Hmm.. Rasanya unik." Tuan Kim mencicipi kueku dan ekspresinya berubah seperti orang yang terkena sembelit akut. Ia menutup kembali kotak itu dengan hati-hati seolah itu akan meledak. "Aku akan makan nanti saja."
Melihat ekspresi suaminya, Nyonya Kim yang sudah mengarahkan sumpit separuh jalan menuju mulutnya, akhirnya memilih untuk mengurungkan niatnya. Ia meletakkan potongan tersebut kembali ke kotak. "Aku terlalu banyak makan malam hari ini. Aku akan menyimpannya di kulkas."
Nyonya Kim membereskan kotak miliknya dan Tuan Kim lalu membawanya ke dapur.
"Yeobo! Bawakan beberapa botol soju saat kau kembali." Teriak Tuan Kim pada istrinya. Kemudian ia melanjutkan dengan suara pelan. "Ada dua anak yang baru dewasa disini dan perlu diajari bagaimana caranya minum."
"Apa.. Tidak apa-apa?" Aku melirik Nyonya Kim. Merasa ragu apakah wanita itu akan sependapat dengan suaminya. Bahkan Tuan Kim juga meragukan itu. Terbukti dari ia yang mengatakannya dengan suara pelan.
"Ck, itu bukanlah sesuatu yang perlu diajari." Tae Yeon masih kesal karena belum mendapatkan hadiah natalnya. "Minum ya minum saja. Apa susahnya."
Beberapa saat kemudian Nyonya Kim kembali dengan satu botol soju. "Kau tidak boleh mabuk di depan anak-anak!"
"Bukan untukku." Tuan Kim membuka botol soju itu lalu menuangkannya sedikit pada gelas cola kami yang telah kosong. "Setidaknya.. Untuk merayakan natal."
"Ya!" Nyonya Kim memukul bahu suaminya. "Jangan ajari anak-anak ini sesuatu seperti itu!"
"Wae?" Tuan Kim menuangkan minuman ke gelasnya sendiri. Lebih banyak dari milikku dan Tae Yeon. "Mereka bukan lagi anak kecil."