Akhirnya, setelah sekian lama aku mendapatkan kabar dari Seok Jin. Berkatnya, aku sempat terlunta-lunta di Seoul karena ia tidak bisa dihubungi. Lihat saja, aku akan menghajarnya nanti.
Aku baru saja kembali dari rumah sakit tempat Tae Yeon bekerja saat Seok Jin menghubungiku. Setelah mendaftarkan Tae Young ke sekolah dasar yang tidak begitu jauh dari rumahnya, Tae Yeon mendapat panggilan darurat dari rumah sakit. Ia kemudian memintaku membawa mobilnya karena ia sedang buru-buru dan tidak bisa mengantarkan kami pulang. Aku tidak menolak. Itu jauh lebih baik dibandingkan naik taksi.
Sebenarnya aku merasa sedikit canggung dengan Tae Yeon setelah sepuluh tahun tidak bertemu. Kini ia terasa seperti orang dewasa. Memang kami sudah sama-sama dewasa saat ini, namun Tae Yeon yang ada di dalam ingatanku tidak dewasa sama sekali. Aku menjadi asing dengannya. Yah... Nanti aku juga akan terbiasa. Ini baru satu hari kan?
Ngomong-ngomong tentang Tae Yeon, aku belum mendapatkan kesempatan memberitahukannya masalah Tae Young. Tadi pagi saat aku ingin memberitahunya, ia menyela perkataanku setelah itu aku lupa. Aku sadar tidak bisa menyimpan hal ini dari Tae Yeon dan membukanya sama saja dengan membuatnya terluka. Tapi tetap saja dia berhak untuk mengetahuinya.
"Noonim!" Seok Jin membukakan pintu untukku dan Tae Young saat kami tiba di sebuah bangunan tiga lantai di pusat perbelanjaan di daerah Gangnam. Ia membungkuk memberi salam saat kami masuk melewati pintu itu. Atau ia bukannya memberi salam tapi sengaja menyembunyikan wajahnya karena takut padaku. Tentu saja, aku marah padanya. Sangat.
"Hyung!" Tae Young berlari histeris untuk memeluk pria itu. "Finally! You came to save me!"
Aku mengerti perasaan Tae Young setelah melewati penderitaan selama beberapa hari. Tapi ia salah. Seok Jin tidak datang untuk menyelamatkan kami. Justru dia biang keroknya.
"Kau masih hidup?" Sindirku sambil berlalu melewatinya. Aku memperhatikan sekeliling. Tempat ini masih kosong, namun aku bisa membayangkan bagaimana jadinya nanti.
Ini adalah gedung yang disewa. Karena aku masih perlu mengurus beberapa hal di toko utamaku di New York, aku meminta bantuan Seok Jin untuk mencarikan sebuah tempat yang cocok di Seoul karena aku ingin mencoba membuka cabang baru dan ku dengar Seoul adalah kota yang bagus untuk membuka bisnis Fashion. Aku percaya padanya karena selera kami tergolong mirip. Dan sejauh ini aku menyukai tempatnya. Hanya dibutuhkan beberapa renovasi.
"Kemana saja kau selama ini?" Aku berbalik dengan ekspresi garang. Membuat Seok Jin yang tidak siap, gelagapan menghadapiku. "Bukankah kau berjanji akan menjemput kami di bandara?"
Kim Seok Jin. Dulu ia tinggal di lingkungan yang sama denganku saat di Los Angeles kemudian menjadi juniorku saat aku masih di FIT. Sayangnya ia tidak menyelesaikan studinya karena masalah cinta. Selama kuliah, ia selalu mengekoriku dan setelah aku membuka toko pertamaku dulu, aku mengajaknya untuk membantuku.
"I'm sorry, Noonim!" Seok Jin menundukkan kepalanya. Ia memainkan kukunya karena takut sekaligus merasa bersalah. "Aku bertemu dengan Tae Hyung. Dan dia memintaku..."
"Tae Hyung?" Aku tahu jika Seok Jin menyebutkan nama itu, maka sasuatu yang sangat serius telah terjadi. Ia tidak melanjutkan kuliahnya karena orang yang sama. "Dia di Korea?"
Seok Jin dan Tae Hyung bertemu secara ajaib saat pria itu masih belajar di NYIT. Aku tidak terlalu dekat dengan orang itu karena sifatnya yang terlalu protektif terhadap Seok Jin. Kisahnya sedikit dramatis. Mereka putus, Seok Jin sempat terpukul beberapa lamanya. Jika mengingat kejadian itu, aku merasa kasihan pada Seok Jin.
"Kami tidak sengaja bertemu saat aku sedang mencari tempat." Seok Jin menjelaskan masih dengan kepala tertunduk. "Kami sempat mengobrol. Kemudian ia mengatakan ingin kembali padaku dan.. Karena jujur saja aku masih memiliki perasaan terhadapnya. Lalu kami pergi keluar kota bersama. Dia curiga aku masih berhubungan dengan Jung Kook dan menyembunyikan ponselku. Karena itu aku tidak bisa memberi kabar padamu, Noonim."