Setelah puas memukulku, Jessica tidak marah-marah lagi. Ia berencana untuk tinggal lebih lama, jadi aku membuatkannya makan malam. Karena aku jarang berbelanja, aku hanya membuatkannya omurice. Beruntung ia tidak protes dan memakannya dengan lahap. Bahkan ia mengatakan bahwa itu adalah makanan terenak yang pernah ia makan. Ia hanya melebih-lebihkan. Aku tahu itu. Aku bukannya seseorang yang ahli dalam memasak. Juga tidak sering memasak. Tapi jika dibandingkan dengan masakannya, aku yakin punyaku jauh lebih baik.
Sambil makan, aku diam-diam mengirimkan pesan pada Seo Hyun. Aku khawatir karena ia keluar seperti itu, tapi aku juga takut pada Jessica. Karena itu saat Jessica sibuk makan dan tidak terlalu memperhatikan, aku mengetik pesan dengan cepat.
Seo Hyun ada di apartemen YoonA. Dari semua tempat, memang apartemen YoonA yang paling dekat dari rumahku. Makanya ia kesana. Walau ia sempat menunggu agak lama di depan pintu karena YoonA tidak membukakannya. Belakangan ia baru mengetahui bahwa YoonA berada di Jeju setelah menelepon gadis itu. Beruntung YoonA yang baik hati memberikan kata sandinya sehingga Seo Hyun tidak perlu berkeliaran lebih lama dengan penampilan ajaibnya itu.
Selesai makan malam, kami bermain baduk sebentar. Ia yang menantangku setelah ia melihat papan baduk diletakkan di bawah lemari. Padahal ia tidak tahu apapun dan masih nekat menantangku. Akhirnya aku harus mengajarinya dari awal. Ia sulit sekali mengerti. Aku sudah menjelaskan dan ia malah tertidur sambil duduk. Ini belum terlalu larut dan ia sudah tidur.
Melihatnya yang tidur nyenyak sekali dalam posisi seperti itu, aku tidak tega membangunkannya. Lalu aku membentang kasur dan membantunya berbaring disana. Ia tetap tidak bangun. Ia malah menarik selimut dan meringkuk dengan nyaman. Kebiasaannya ternyata belum berubah. Tukang tidur.
Jessica masih tidur saat aku bangun keesokan harinya. Ia tidak menyahut saat aku memanggilnya, jadi aku memutuskan untuk lari pagi sebentar. Setelah lari beberapa putaran, aku kembali ke rumah untuk bersiap-sap pergi bekerja. Selesai mandi, aku menemukannya sedang menatapku sambil berbaring. Ia tidak terlihat seperti biasanya. Mungkin ia bermimpi buruk atau sedang tidak enak badan.
"Kau sudah bangun?" Tanyaku sambil mendekat menghampirinya. Aku duduk di dekatnya lalu mengusap puncak kepalanya. Terasa panas. "Kepalamu panas. Sepertinya kau demam."
Ia tersenyum kecil sambil menyingkirkan tanganku dari kepalanya. "Mungkin karena aku memikirkanmu semalaman."
"Kau tidur."
"Eoh!" Ia terkekeh lemah. "Aku ketiduran. Mengapa tidak membangunkanku?"
"Aigoo...!" Aku menarik hidungnya. "Kau pikir aku tidak mencoba membangunkanmu?"
Ia mengucek matanya. Sepertinya masih mengantuk. "Kau akan pergi?"
"Eoh! Tidurlah lagi." Aku bangkit untuk berdiri. "Aku akan membuatkan bubur untukmu. Pastikan kau memakannya sebelum dingin."
Aku pergi ke dapur untuk membuatkannya bubur. Ia yang sakit seperti ini membuatku merasa bersalah. Padahal kemarin ia baik-baik saja. Setelah tidur di rumahku, ia jadi sakit. Itu pasti karena ia terbiasa tidur di tempat yang nyaman. Tidur di selembar kasur yang dibentang di atas tatami langsung membuatnya jatuh sakit.
"Yu Ri-ah!" Aku hampir saja selesai memasak saat aku merasakan tubuh hangatnya bersandar di punggungku. "Aku lapar!" Katanya.
Aku tersenyum kecil. Ini mulai terasa seolah kami tinggal bersama. "Tunggulah disana. Ini tidak akan lama."
"Yu Ri-ah!" Panggilnya lagi. Ia melingkarkan kedua lengannya di pinggangku. "Apa kau mencintaiku?"
Mendengar pertanyaan itu, aku berhenti mengaduk bubur di depanku. Aku tahu jawabannya, namun aku tidak yakin bagaimana menjawab pertanyaan itu.
![](https://img.wattpad.com/cover/145127658-288-k668708.jpg)