April, 2006.
Tae Yeon dan Tiffany bertengkar. Tentu saja itu berimbas padaku. Padahal bisa dikatakan aku tidak mengerti masalahnya meski Tae Yeon sudah menceritakan semuanya. Tentu saja aku berada di pihak Tae Yeon. Dia sahabatku.
Lagipula si Tiffany itu sepertinya tidak bisa dipercaya. Memang, dia sahabatku juga, tapi bagaimana mungkin ia bisa mulai dekat dengan gadis lain sementara ia hanya bertengkar dengan Tae Yeon? Mereka bahkan tidak putus dan ia sudah bermesraan dengan gadis lain. Maksudku Jessica. Keduanya sama saja. Tidak bisa dipercaya.
Kira-kira apa yang mereka bicarakan? Terlihat senang sekali dan terus saja tertawa. Teganya mereka melakukan itu di depan Tae Yeon sementara Tae Yeon masih sangat menyayangi Tiffany. Mereka bergandengan tangan, saling mengaitkan lengan, Jessica bahkan memperbaiki rambut Tiffany yang tidak berantakan. Perlukah mereka melakukan itu sementara mereka tidak pacaran? Atau kini mereka pacaran? Sepertinya begitu.
Jelas sudah. Jessica tidak benar-benar menyukaiku. Pertama ia mengatakan bahwa tipe idealnya adalah Tae Yeon. Dan kini ia begitu dekat dengan Tiffany. Memang mereka sudah dekat sebelumnya, tapi tidak seperti ini.
Jessica bahkan menyiapkan makanan sendiri untuk Tiffany lalu menyuapinya di kafetaria. Padahal aku tahu ia anti sekali mendekati dapur dan ia mau repot-repot membuatkan Tiffany bekal. Ia bahkan menyuapinya langsung. Ck! Memangnya Tiffany itu bayi yang perlu disuapi?
Bukan hanya aku yang tidak tahan dengan pemandangan itu, tapi juga Tae Yeon. Ia mempercepat makannya lalu mengajakku segera pergi dari sana. Aku mengerti perasaannya. Mereka belum putus dan ia harus melihat pacarnya melakukan adegan seperti itu tepat di depan matanya.
"Jangan terlalu dipikirkan," Aku mencoba menghiburnya saat kami dalam perjalanan kembali ke kelas. "Jika dia bisa melupakanmu secepat itu, dia bukanlah gadis yang layak untuk membuatmu sedih."
"Tidak. Kau salah." Tae Yeon menghentikan langkahnya. Kemuraman di wajahnya tidak berubah sejak pertengkaran ia dengan Tiffany. "Itu terlihat jelas bahwa ia sengaja melakukannya. Apa kau tidak menyadari itu?"
"Eh?" Menyadari apanya? Tentang hubungan si Jessica dan Tiffany yang terlihat mesra? Tentu saja aku menyadarinya. Mungkin sebentar lagi mereka akan pacaran. Dan Tae Yeon tentu saja dicampakkan.
"Dia kekanak-kanakan sekali," Tae Yeon tersenyum sedih, lalu menyandarkan tubuhnya di lorong. Ia tidak hanya tampak sedih namun juga sangat lelah. Siapa yang tidak akan lelah dengan perasaan cinta yang lebih kuat dibandingkan orang yang dicintainya? "Dia sengaja membuatku cemburu. Harusnya ia meminta orang lain jika ingin membuatku cemburu. Karena Jessica, terus melihatmu."
Jessica melihatku? Aku memang tidak memperhatikan mereka dengan begitu detail selain mengawasi dengan sudut mataku. Selama ini aku selalu menolak Jessica. Harga diriku akan hancur jika tertangkap basah tengah menatapnya.
Tapi apa benar dia melihatku? Bukankah ia berencana menjalin hubungan dengan Tiffany?
Bodohnya! Aku memang selalu sebodoh ini hingga terlambat menyadarinya. Jessica adalah penggali emas. Bahkan Tae Yeon yang merupakan tipe idealnya tidak berusaha ia dapatkan. Tidak mungkin ia menjalin hubungan dengan gadis seperti Tiffany. Bukannya aku merendahkan Tiffany. Aku justru merendahkan Jessica. Gadis itu begitu materialistis. Ia tidak akan peduli jika itu tidak menguntungkannya.
Tae Yeon benar. Kedekatan itu hanya sandiwara untuk memanas-manasi Tae Yeon. Jika itu Jessica, dia tidak akan memilih Tiffany setelah gagal mengejarku. Ia pasti akan berpacaran dengan generasi chaebol yang lain.
"Jangan salah paham pada Jessica," kata Tae Yeon kemudian. "Aku yakin dia hanya ingin membantu Mi Young untuk membuatku cemburu. Dia masih menyukaimu. Terlihat jelas."