"Apa yang terjadi?" Saat pulang, Tae Yeon mencariku ke kamar Tae Young. Tadi siang aku mencoba menghubungi Tae Yeon untuk menceritakan apa yang terjadi, namun ia tidak menjawab. Sepertinya ia berada di ruang operasi. Sebelumnya Tae Yeon memang sudah mengatakan bahwa hari ini ia ada operasi jantung sehingga tidak bisa menjemput Tae Young. Karena tidak ada jawaban, aku hanya mengirim pesan bahwa aku membawa Tae Young pulang lebih cepat karena suatu hal.
Tae Young baru saja tertidur. Setelah makan malam, aku memintanya tidur lebih cepat. Ia tidak tahu apa-apa. Ia menanyakan mengapa aku bersikap aneh dan menjemputnya di sekolah saat jam pelajaran masih berlangsung, dan aku hanya menyuruhnya tidur. Aku tidak bisa memberitahukan alasan mengerikan mengapa aku menjemputnya. Aku tidak bisa memberitahukannya tentang kekhawatiranku.
"Shh!" Aku menempelkan telunjukku di bibir. Memberi isyarat pada Tae Yeon agar jangan berisik. Tae Young mungkin terbangun dan bertanya lagi setelah melihat Tae Yeon juga panik. "Kita bicara di luar."
Aku memperbaiki letak selimut Tae Young kemudian berdiri. Tae Yeon mengikutiku keluar dari kamar Tae Young. Kami turun menuju ruang tamu kemudian duduk disana.
Orang gila itu memang memintaku untuk menjauhi Tae Yeon, jika tidak ia akan menyakiti anakku. Tapi aku tidak bisa menuruti kemauannya dengan mudah. Orang itu adalah penjahat. Aku tidak boleh menuruti keinginan penjahat seperti itu hanya karena ia mengancamku. Jika aku menurutinya, ia hanya akan terus mengancamku. Karena itu aku memutuskan untuk memberitahu Tae Yeon. Ini bukan hanya masalahku. Ini masalah kami.
"Tadi aku bertemu dengan mantan tunanganmu." Aku memulai ceritaku. "Dia sengaja datang mencariku."
"Dia mencarimu?" Tae Yeon mengerutkan dahinya. Ia berpikir sejenak lalu memasang ekspresi yang sulit dijelaskan. "Sungguh aku sudah memutuskan pertunangan dengannya. Tidak ada apapun lagi diantara kami. Aku tidak tahu mengapa ia datang mencarimu. Tapi aku..."
"Aku percaya padamu." Selaku. Aku tahu yang ia khawatirkan. Ia takut aku salah paham. Tapi ini tidak sesederhana kesalah pahaman. Ini adalah sesuatu yang mengerikan. "Ini bukan tentang itu."
Tae Yeon terlihat bingung. Ia ingin bertanya namun memilih hanya menungguku melanjutkan ceritaku.
"Apa kau ingat dengan Lim Qin Shan?" Tanyaku.
"Qin.. siapa?" Ia tidak mengerti. Ia bahkan tidak ingat dengan nama itu.
Tae Yeon mungkin melupakannya, tapi aku tidak. Ia mungkin mengubah penampilannya, tapi yang ia lakukan di masa lalu meninggalkan semacam trauma bagiku. Saat ia memukulku di rumah sakit, aku ingin melupakannya, tapi tidak bisa.
"Lim Qin Shan." Ulangku. "Saat SMA dulu dia pernah suka padamu. Kemudian ia mencoba melemparkan vas bunga karena tidak suka aku pacaran denganmu, tapi malah mengenaimu. Apa kau tidak ingat orang itu?"
"Ahh... Lim Qin Shan." Tae Yeon akhirnya mengingatnya. "Memangnya kenapa?"
"Mantan tunaganmu adalah orang itu." Aku menantikan keterkejutannya namun aku hanya mendapatkan ekspresi bingung. "Lim Alan dan Lim Qin Shan adalah orang yang sama."
Kerutan di dahi Tae Yeon semakin dalam. "Apa maksudmu?"
Aku rasa Tae Yeon tidak benar-benar ingat. Ia hanya mengingat namanya, bukan wajahnya. Wajar saja. Tae Yeon tidak begitu peduli padanya. Ia juga lama terbaring di rumah sakit, lalu begitu sadar Lim Qin Shan langsung dikirim ke tahanan remaja karena menyerangku. Saat itu aku pikir ia sudah mendapatkan hukuman atas apa yang ia lakukan. Aku pikir ia tidak akan mengganggu kami lagi. Siapa sangka, setelah bertahun-tahun ia kembali dan masih berusaha mendekati Tae Yeon.
"Pada awalnya aku merasa familiar saat melihat Alan. Aku merasa pernah melihatnya di suatu tempat, namun tidak berhasil mengingatnya karena penampilannya banyak berubah. Lalu ia datang menemuiku hari ini dan secara tidak langsung mengakui bahwa ia adalah Lim Qin Shan." Lanjutku. "Dia pasti sengaja kembali karena masih menyukaimu dan mencoba mendapatkanmu."