Ini adalah akhir pekan dan aku ingin bersorak girang saat Seo Hyun mengatakan bahwa ia tetap harus ke kantor karena pekerjaan barunya di perusahaan. Tinggal dengannya sementara Jessica juga tinggal seatap denganku terasa seperti memiliki istri sekaligus ibu mertua. Saat Jessica memintaku melakukan sesuatu, Seo Hyun akan mengawasiku untuk memastikan bahwa aku melakukannya dengan benar. Dan saat Seo Hyun yang memintaku melakukan sesuatu, maka Jessica akan mengawasi agar aku tidak menolak apa yang diminta Seo Hyun.
Padahal ia adalah adikku, tapi aku lebih merasa ia seperti seorang ibu mertua. Dan bodohnya aku malah berusaha agar terlihat baik di depannya. Sebenarnya apa yang sedang kulakukan saat ini? Bermain peran? Atau itu hanya pengaruh dari keinginanku agar Seo Hyun menerima hubunganku dan Jessica. Aku ingin menunjukkan bahwa kami akan baik-baik saja. Meski ini adalah hal terlarang, tapi ini adalah hidup yang ingin kujalani.
Dan aku sedikit beruntung karena aku melihat Jessica bangun dengan suasana hati yang baik. Ia melipat sendiri kasur futonnya, lalu membuka jendela untuk menghirup udara pagi yang segar. Ia bahkan menawarkan diri untuk memasak sarapan.
"Aku hanya akan membuat omelet, jadi jangan berharap banyak, eoh?" katanya sambil menggulung rambutnya ke atas agar tidak mengganggunya memasak.
Aku bangkit untuk membantunya karena sepertinya ia kesulitan mengangkat tangan. "Wae?"
"Aku hanya merasa bahuku sakit. Mungkin karena beberapa hari ini aku tidak melakukan apa-apa," Ia membiarkanku menyelesaikan menggulung rambutnya.
Itu tidak benar. Sejak tinggal denganku, ia justru lebih banyak melakukan hal-hal yang tak biasa ia lakukan. Sebelum kedatangan Seo Hyun, ia melakukan pekerjaan rumah. Dan setelah Seo Hyun tinggal bersama kami, ia sering ikut dengan Seo Hyun pergi ke kantor. Aku tidak tahu apa yang dikerjakannya disana, tapi ia selalu kembali dengan wajah lelah.
"Mau ku pijat?" tanyaku, namun aku langsung memijat bahunya tanpa menunggu persetujuan.
Ia membiarkanku memijat bahunya dan kembali meneruskan pekerjaannya membuat sarapan. Ia memotong kimchi kecil-kecil, mencampurnya dengan telur, lalu memasukkan semuanya ke dalam oven. Sekarang, tinggal menunggu adonan itu matang.
"Katakan!" Sambil menunggu omelet itu masak, aku akan menginterogasinya. Aku membalik tubuhnya untuk menghadapku dan mengurungnya diantara kedua lenganku agar ia tidak bisa kemana-mana karena ada meja dapur tepat di belakangnya. "Apa yang kau lakukan dengan Seo Hyun hingga bahumu sakit dan tidak bisa mengangkat tanganmu?"
Ia tersenyum miring, lalu menatapku tajam. "Apa kau sedang menuduhku?"
Aku melunakkan ekspresiku jika itu membuatnya salah paham. "Aku mengkhawatirkanmu."
"Ah, kau mengkhawatirkanku?" Kini ia tersenyum dengan cara yang berbeda. Malu-malu dan pipinya merona. "Aku hanya memeriksa beberapa berkas."
"Seo Hyun menyuruhmu memeriksa berkas?" Dasar anak kurang ajar. Beraninya ia menyuruh-nyuruh yeoja-ku melakukan pekerjaannya.
"Bukan menyuruh, tetapi meminta tolong," Ia menyentuh kedua pipiku lalu menarik kepalaku hingga cukup dekat untuk merasakan nafasnya. Dan ia menahanku agar tetap disana. "Kau tidak akan memarahinya kan?"
Aku melepaskan kungkunganku terhadapnya lalu berdiri di sampingnya sambil menyandarkan sebagian tubuhku di meja dapur. "Tentu saja aku akan memarahinya karena membuatmu kelelahan."
"Aku tidak lelah kok," Ia mengecek omeletnya sebentar lalu mengambil posisi yang sama persis denganku. "Rasanya lebih seperti aku melakukan sesuatu."
Itu terdengar lucu di telingaku meski aku tahu apa yang ia maksudkan. Ia tidak pernah melakukan sesuatu yang benar-benar berguna. Ia mendedikasikan sebagian besar usianya untuk mengejarku. Ia tidak pernah belajar di sekolah, dan ia juga tidak kuliah.
![](https://img.wattpad.com/cover/145127658-288-k668708.jpg)