(Replay 2004) The Saddest Thing

282 49 2
                                    

Aku terbangun di sebuah ruangan rumah sakit. Karena pukulan waktu itu, aku tumbang dan akhirnya pingsan. Hal terakhir yang bisa ku lihat adalah wajah Tae Yeon yang mengkhawatirkanku. Dan saat terbangun kinipun itu tidak berubah. Tae Yeon masih terlihat sama. Menatapku dengan khawatir.

"Tae Yeon-ah!" Aku duduk dengan cepat. Aku menyentuh wajahnya, lalu memeriksa apa ia terluka di suatu tempat. "Apa kau baik-baik saja? Apa kau terluka? Orang itu.. Apa yang.. Aku minta maaf. Aku tidak bisa melindungimu. Aku tidak berguna."

Ia tidak menjawab melainkan hanya menangis. Sial! Apa yang telah ia lakukan pada Tae Yeon-ku? Dia bukanlah wanita lemah. Dia tidak mudah menangis. Karena membuat Tae Yeon-ku seperti ini, aku akan membunuh orang itu dengan tanganku sendiri.

"Bodoh!" Ujar Tae Yeon lirih. Air matanya mengalir lebih deras. "Kau yang tidak baik-baik saja!"

Aku menghapus air matanya dengan tanganku, namun mereka terus saja jatuh. Pemandangan ini membuat hatiku sangat hancur. Hanya melihat air matanya telah mampu menyakitiku.

"Dia tidak melakukan apapun padaku." Lanjutnya kemudian. "Polisi datang tepat setelah ia memukulmu. Kau berdarah banyak sekali. Kau bahkan tidak sadar selama dua hari."

Orang itu tidak melakukan apapun terhadap Tae Yeon. Syukurlah polisi segera datang saat itu. Aku bisa lebih tenang sekarang.

"Lalu mengapa kau menangis? Bodoh!" Aku tersenyum untuk membuatnya berhenti menangis, tapi itu juga tidak berhasil.

"Kau yang bodoh! Aish!" Ia menghapus air matanya dengan punggung tangannya. Suaranya meninggi dengan nada kesal. "Kau yang tidak baik-baik saja. Sudah ku katakan kau yang bodoh! Berhentilah mencemaskanku saat kau yang nyaris mati! Sudah! Jangan tanya-tanya lagi! Kau tidur saja!"

Ada apa ini? Mengapa dia malah marah?

"Apa aku melakukan kesalahan?" Tanyaku lembut. "Atau.. Kau tidak menyembunyikan sesuatu kan? Orang itu.. Dia benar-benar tidak melakukan apapun padamu kan?"

"Mi Young-ah!" Ia yang tadinya duduk di kursi, bangkit lalu menahan kepalaku. "Dia tidak melakukan apapun padaku, tapi padamu! Apa kau tidak merasakannya? Kau di pukuli. Kau juga sempat sekarat karena kehilangan banyak darah. Langsung duduk seperti tadi saat kau baru siuman, apa kau tidak merasakan apapun? Apa kau robot? Apa kau alien?"

Benar juga. Setelah ia membahasnya, aku merasakan sakit di kepalaku. Rasanya seperti ada yang memutar lalu mencoba mencabut tengkorak kepalaku.

"Tadi aku hanya mencemaskanmu." Aku memegang kepalaku. Bahkan pandanganku juga terganggu karena sakit kepala yang hebat ini. Tapi aku justru tertawa karena ini terasa lucu bagiku. Tae Yeon marah-marah hanya karena aku tidak merasa sakit. Padahal bukankah itu hal yang baik? "Setelah kau mengatakannya baru terasa sakit."

"Kau masih lemah. Kau harus tetap berbaring di tempat tidur." Ia akan membantuku untuk kembali berbaring, namun aku mencegahnya.

"Aku ingin bersandar saja. Kepalaku sakit sekali. Jika berbaring sekarang, mungkin rasanya akan pecah." Ujarku lemah.

"Sakit sekali, huh?" Tae Yeon menyusun bantal di kepala tempat tidur agar aku bisa bersandar dengan nyaman disana. Setelah itu ia membantuku bergeser untuk bersandar disana. "Beberapa saat yang lalu kau sepertinya sanggup membunuh orang." Sindirnya.

"Itu karena kau menangis! Bodoh!" Kepalaku memang terasa sakit, tapi aku juga merasa lega karena Tae Yeon baik-baik saja. "Aku pikir orang gila itu menyakitimu."

"Kau yang bodoh!" Tae Yeon berteriak. "Sudah ku katakan untuk lari, tapi kau masih disana. Kalau kau pergi saat itu, kau tidak akan terluka seperti ini. Kau bodoh! Bodoh!"

That WinterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang