The Sharp Blade

544 81 8
                                        

"Itu benar!" Jessica masih melanjutkan aksinya memusuhi Seo Hyun yang tak salah apapun. "Datang pagi-pagi begini ke rumah pasangan muda seperti kami benar-benar mengganggu. Untung tidak tadi malam saat sedang asik-asiknya atau kau akan muntah-muntah lagi seperti waktu itu. Perawan tua sepertimu memang terkadang tidak mengerti hal-hal erotis semacam itu. Jadi sebaiknya tidak usah datang, eoh?"

"Dia datang tadi malam," selaku. Dan tentu saja tak ada yang terjadi tadi malam yang bisa membuat Seo Hyun muntah-muntah selain kami yang tertidur. Bukan karena aku yang terlalu lelah, melainkan Jessica yang menjadi terlalu sensitif untuk diganggu. Ia bahkan mengeluh sakit padahal aku hanya memeluknya.

Tentang mengatai Seo Hyun perawan tua, itu memang keterlaluan. Tapi karena ia yang mengatakannya, kata-kata kasar apa yang tak terdengar penuh cinta? Maksudku bukan karena aku mencintainya, melainkan karena kepeduliannya terhadap Seo Hyun tak sesuai dengan apa yang ia ucapkan. Seperti orang yang memiliki dua wajah. Ia selalu menyembunyikan kebaikannya di balik kata-kata kasarnya itu.

Memangnya siapa yang lebih peduli pada Seo Hyun selain Seo ahjussi? Aku? Tidak! Tidak! Aku cukup egois untuk peduli pada diriku sendiri. Namun tidak begitu dengan Jessica. Meski ia terlihat egois, kasar, dan pemarah, ia menyembunyikan sesuatu yang besar di dalam dirinya. Kebaikan. Mungkin itu adalah awal bagaimana aku menyukainya dulu.

Jauh sebelum aku mengetahui siapa Seo Hyun sebenarnya. Jauh sebelum aku mengetahui kenyataan bahwa Seo Hyun adalah adikku. Anak supir itu. Si anak pelayan yang selalu ia hina dengan kata-kata kasarnya, ia memperlakukannya sebagai sesuatu yang berharga.

September, 2004.

Tae Yeon mengawasi gadis itu lagi. Gadis yang sedang berolahraga di lapangan. Aku yakin itu orang yang sama. Anak baru itu. Tidak mungkin ia memiliki dendam kesumat karena mereka tidak pernah berinteraksi sebelumnya. Aku yakin itu. Lalu, mengapa ia melihatnya terus? Apa ada yang aneh dari anak itu? Ah! Mungkinkah karena kepalanya yang besar sehingga membuatnya takjub? Ck! Dasar culun! Anak itu datang dari luar negeri, bukan luar angkasa.

Ngomong-ngomong dimana Seo Hyun? Aku tidak melihatnya sejak tadi. Ia hanya ke toilet. Mengapa lama sekali? Sebaiknya aku menyusulnya karena ini sudah terlalu lama. Ia tidak boleh diganggu lagi seperti waktu itu.

Yeah, ini adalah alasan mengapa aku selalu membuatnya berada di dekatku. Bukan bagian dari anak orang kaya membuatnya sering diganggu serta diolok-olok oleh anak lain. Terlebih usianya yang lebih muda membuat ia tak berani melawan anak-anak yang lebih besar darinya. Aku pernah menemukannya terkurung di ruang perlengkapan dan ia tidak berteriak meminta bantuan. Dan kini ia nekat pergi ke toilet sendirian saat Sem sedang meminta bantuanku untuk membawa beberapa barang ke ruang guru.

"Kau anak pelayan itu kan?" Aku bersembunyi di balik ambang pintu ketika melihat seorang gadis berpakaian olahraga berdiri di depannya. Mereka berada di toilet dan Seo Hyun hanya menunduk tak berani menatapnya.

Harusnya aku langsung masuk saja dan memergoki mereka. Aku tahu Seo Hyun sedang ditindas oleh gadis itu. Tapi aku ingin menangkap basah mereka.

"Aish! Mengapa kau bodoh sekali? Membuat orang kesal saja!" Ujar gadis itu lagi sambil mendorong dahi Seo Hyun membuat si kecil itu terhuyung mundur ke belakang.

Tidak bisa dibiarkan! Aku harus masuk sekarang atau ia akan lebih kasar lagi pada Seo Hyun. Ku dengar beberapa gadis bahkan berani menjambak dan mencangkar saat berkelahi. Ia tidak boleh menyakiti Seo Hyun-ku. Aku akan menghajarnya sebelum itu terjadi.

"Ada apa ini?" Aku sengaja masuk dengan suara berisik sambil menggulung lengan kemejaku. Siap untuk berkelahi.

"Kwon ...," Belum apa-apa, gadis itu tergagap menatapku. "Kwon Yu Ri?"

That WinterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang