April, 2005.
Tipe idaman Jessica adalah Tae Yeon. Yang benar saja! Seleranya tidak berkelas sedikitpun. Dibandingkan Tae Yeon, tentu saja aku jauh lebih baik. Aku lebih tinggi, lebih cantik, tidak bermaksud menyombong, tapi benar bahwa aku lebih kaya, lebih supel, lebih ramah, lebih menyenangkan, dan..
"Lebih bodoh!" Hyo Yeon tiba-tiba saja sudah berada di belakangku sehingga aku terlompat kaget dan balon yang sedang kurangkai meledak beberapa. Yang lain langsung menatap sinis pada kami berdua dan Hyo Yeon ikut-ikutan menatapku sinis seolah semua itu adalah kesalahanku seorang.
Kami semua sedang berada di rumah Jessica. Hari itu adalah akhir pekan dan kebetulan besok adalah ulang tahun Jessica. Karena besok adalah senin, maka kami berencana merayakannya hari ini. Sebenarnya tidak ada yang mengetahui bahwa gadis itu berulang tahun kecuali Tiffany. Kemudian Jessica muncul dan mendatangi kami satu persatu dengan tatapan kejamnya. Ia memerintahkan kami untuk mempersiapkan pesta kejutan untuknya. Karena takut, mau tidak mau kami menurut. Dan kami pun berakhir disini.
Sementara Jessica berdiam diri di kamar dan berpura-pura tidak tahu tentang pesta kejutan ini, kami berdelapan menata ruang keluarga dengan balon dan kertas warna-warni. Sebelumnya kami sudah minta izin pada kedua orangtuanya untuk mengadakan acara ini. Mereka ikut menyumbang kue ulang tahun dan juga menyiapkan beberapa hidangan untuk pesta. Setelah itu, keduanya keluar karena tidak ingin mengganggu acara anak muda.
Aku dan Hyo Yeon mendapat tugas mengurusi dekorasi. Tae Yeon dan Tiffany mengeluarkan makanan dan minuman yang dipesan oleh tuan dan nyonya Jung kemudian menatanya di atas meja. Seo Hyun dan Sunny membungkus kado yang kami beli tadi secara patungan. YoonA sedang melakukan sesuatu di bawah tangga yang tidak ku mengerti. Sedangkan Soo Young aku tidak melihatnya sejak beberapa waktu yang lalu, namun Tiffany mengeluh beberapa puding yang ia letakkan di atas piring terus saja menghilang.
"Apa yang kau lakukan?" Aku protes pada Hyo Yeon yang mencoba menahan tawanya.
"Aku bilang kau lebih bodoh!" Ulangnya lagi. Membuatku bertanya-tanya apa ia bisa membaca apa yang sedang ku pikirkan?
"Mwo?" Aku mengacungkan sisa balon di tanganku ke wajahnya.
"Kau terlihat lebih bodoh saat Jessica tidak ada di dekatmu." Ujarnya.
"Apa maksudmu? Aku tidak menyukainya kok!" Aku meniup balon lagi untuk mengganti yang sudah kuletuskan tadi.
"Aku juga tidak bilang begitu kok!" Katanya dengan nada menyindir yang terdengar menyebalkan. "Aku hanya mengatakan kau jadi lebih bodoh. Lihat dirimu! Sejak tadi hanya bengong melihat Tae Yeon. Kenapa? Kau mulai naksir Tae Yeon ya?"
"Ya! Jaga bicaramu, pendek!" Aku berencana menoyor dahinya, namun ia bergerak cepat untuk menghindar dan tiba-tiba saja tangannya sudah lebih dulu menoyorku.
"Rasakan itu!" Ia tertawa karena berhasil membuatku terjengkang.
Memang benar aku sejak tadi terus memperhatikan Tae Yeon. Itu karena aku tidak bisa berhenti memikirkan apa yang Jessica katakan tempo hari. Tipe idamannya adalah Tae Yeon. Aku mencoba menemukan sisi menarik dari Tae Yeon. Padahal sebelumnya aku cukup percaya diri dengan segala kelebihanku. Namun kini aku justru merasa sebaliknya setelah melihat bagaimana Tae Yeon memperlakukan Tiffany. Aku bisa melihat bahwa si cebol itu sangat menyayangi pacarnya. Ia begitu perhatian. Bahkan saat Tiffany tidak menyadarinya. Mungkin itu daya tarik yang dilihat Jessica dari Tae Yeon. Ia tidak banyak bicara. Ia menunjukkannya dengan tindakan. Seandainya tidak ada aku dan Tiffany di sekolah itu, mungkin sekarang mereka sudah pacaran.
