Seoul, musim dingin 2005
Akhirnya penyiksaan itu berakhir. Libur musim dingin berakhir. Mungkin aku satu-satunya murid yang begitu senang menyambut hari pertama masuk sekolah. Bukan karena pelajarannya melainkan karena merindukan satu orang Kim Tae Yeon.
Selama libur musim dingin, aku menghabiskan waktu di rumah halmeoni dari pihak ibuku di Sangju. Sudah sangat lama aku tidak mengunjunginya. Dan mumpung aku berada di Korea, dan sedang liburan, dad mengusulkan untuk menjenguk halmeoni. Awalnya aku pikir, kenapa tidak? Toh aku memiliki banyak waktu luang. Apalagi selama ini halmeoni hanya tinggal berdua saja dengan samchon, adik mom. Mereka pasti sangat senang jika aku berkunjung.
Belakangan aku baru menyadari bahwa berlibur di tempat halmeoni adalah penyiksaan yang luar biasa. Halmeoni baik padaku. Selama tinggal di rumahnya wanita tua itu begitu memanjakanku. Samchon lebih lagi. Ia memperlakukanku layaknya seorang putri. Penyiksaan yang sesungguhnya justru datang dari Kim Tae Yeon. Orang yang tidak ada disana. Orang yang membuatku ingin segera kembali ke Seoul. Tapi apa gunanya sementara ia tidak berada di Seoul. Tae Yeon berlibur di tempat orangtuanya.
Sebenarnya kami masih saling menelepon atau mengirim pesan pendek. Namun semakin sering aku mendengar suaranya dari telepon, atau semakin banyak aku berkirim pesan dengannya, semakin ingin aku melihat wajahnya. Aku tidak tahu bagaimana dengan Tae Yeon. Tiap kali ia menelepon, suaranya terdengar ceria. Mungkin ia menikmati liburannya.
Tapi hari ini, itu akan berakhir. Aku bisa bertemu lagi dengannya.
"Apa kau belajar selama libur?" Aku tidak menyadari saat Jessica sudah berada di sampingku.
Aku sedang berdiri di pinggi jendela kelasku sambil mengawasi gerbang sekolah. Tae Yeon belum datang. Aku sedang menunggunya.
"Heh? Tidak. Memangnya kenapa?" Aku tidak melepaskan pandanganku dari gerbang sekolah. Takut melewatkan satu detik saja.
"Minggu depan ujian kenaikan kelas. Kau lupa?"
"Oh.." Aku tidak peduli apakah besok adalah ujian kenaikan kelas ataupun minggu depan. Tae Yeon belum juga datang. Itu adalah masalah yang jauh lebih besar lagi. Apa ia terlambat bangun? Apa ia ketinggalan bis? Apa ia terjebak macet?
"Oh?" Jessica menjentikkan jarinya di depan wajahku. Membuatku melihatnya. "Apa yang kau lihat?"
"Gerbangnya." Aku kembali menatap gerbang yang tak bergerak itu. "Tidakkah menurutmu terlalu sepi?"
"Heh?" Jessica menyipitkan matanya untuk melihat lebih jelas kemudian mengernyit melihat banyak murid yang berseliweran disana. Ia kemudian tertawa. "Aah.. Aku mengerti. Kau menunggu Tae Yeon?"
Aku mengangguk sedih. Tiba-tiba merasa begitu sedih karena belum melihat Tae Yeon.
"Mengapa kau tidak melihat ke kelasnya? Mungkin dia sudah datang." Usul Jessica.
"Itu tidak mungkin! Jika dia sudah datang, dia akan datang menemuiku. Lagipula aku terus mengawasi gerbang sejak tadi."
"Kau terlalu percaya diri." Jessica berlalu meninggalkanku. Ia berjalan menuju pintu kemudian berbalik memanggilku. "Aku akan ke kelas I-A untuk menemui Yu Ri. Kau mau ikut?"
"Tunggu! Aku ikut!" Aku buru-buru mengejarnya.
Sejak kejadian malam natal, bisa dikatakan Jessica selalu bersama Yu Ri. Mereka tidak pacaran, aku yakin itu. Jessica juga bersikap sok misterius dan tidak mau menceritakannya padaku. Sedangkan Yu Ri, setiap kali aku membahas tentang Jessica, wajahnya langsung berubah pucat dan memilih untuk tidak mengungkitnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/145127658-288-k668708.jpg)