HAND PART 9 - Tan

20.5K 917 7
                                    






Victor Alexander Tanovich Jarleo. Aku sempat sangat membenci nama itu. Nama yang membuatku tidak mengenali diriku sendiri. Aku hanya ingin menjadi seorang Tan, just Tan. Hidup sederhana dan bahagia bersama Ibu bukan seorang pria tanpa hati nurani yang ingin menghancurkan darahnya sendiri dan juga bukan seorang pewaris keluarga kolongmerat Rusia yang setiap saat dikelilingi oleh orang-orang bermulut manis tidak tahu malu. Tapi keinginan itu perlahan sirna ketika gadis sialan itu muncul membuka luka lama.



Moscow, Russia.
Twenty years ago...

Terlahir dengan sendok emas dimulutnya tidak lantas membuat bocah laki-laki itu tumbuh bahagia seperti seorang anak kecil pada umumnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Terlahir dengan sendok emas dimulutnya tidak lantas membuat bocah laki-laki itu tumbuh bahagia seperti seorang anak kecil pada umumnya. Sejak berusia tiga tahun cucu laki-laki pertama mantan Perdana Mentri sekaligus konglomerat darah biru Rusia, Victor Jarleo itu sudah harus tinggal di asrama khusus bangsawan. Mempelajari banyak hal yang bahkan sangat mustahil bagi bocah sekecil itu. Namun ia harus menjalaninya.

Setelah dua tahun meninggalkan mansion keluarganya, bocah kecil itu kembali dengan wajah yang ceria karena ia dapat memakan kue-kue manis buatan Ibunya yang dilarang di asrama, lebih dari itu ia sangat merindukan kedua orangtuanya. Sang ayah Victor Liovich Jarleo dan ibunya Lily Pimenova. Kaki mungil bocah itu berlarian keluar dari kamarnya ketika suara deru mobil terdengar berhenti di halaman mansion mewah itu, membuat pengasuhnya kewalahan dan dengan cepat menarik lengannya ketika ia hendak menuruni tangga. Namun baru sampai di undakan pertama, sebuah suara keras membuat tubuh bocah itu begetar hebat. Di hadapannya, ayah yang begitu ia banggakan mendorong ibunya jatuh ke lantai diikuti suara-suara pecahan perabotan yang dengan sengaja dilemparkan.

Bocah kecil itu menangis lantas bersembunyi di balik badan pengasuhnya namun enggan beranjak dari sana ketika pengasuh itu hendak membawanya masuk. Dan bocah itu adalah aku, Tan, yang kemudian terluka karena keegoisanku sendiri. Kalau saja saat itu aku menuruti perkataan pengasuhku, mungkin aku tidak akan terluka sedalam ini.

Tapi luka ku bukan apa-apa jika dibandingkan dengan luka yang diderita oleh Ibu. Malam itu ayah, ah sial aku benci memanggil pria brengsek itu dengan sebutan ini, malam itu pria itu, yah sebutan ini lebih baik, telah menghancurkan hati Ibu. Melukai perasaan tulus Ibu padanya, mengkhianati cinta murni Ibu hanya demi sorang wanita asing yang saat itu tengah mengandung anaknya. Wanita itu dengan perut yang besar terus berdiri menangis di belakang pria itu hingga beberap orang datang membawa barang-barang milik pria itu dan kemudian keduanya pergi begitu saja meninggalkan Ibu sendirian.

Dengan cepat aku berlari menghampiri Ibu yang dengan tangannya yang lemah memelukku erat, menenggelamkanku untuk tidak menyaksikan peristiwa memilukan itu. Tapi sudah terlambat, aku terlanjur menjadi bagian dari hal mengerikan itu. Aku terlanjur membenci pria itu, sangat membencinya. Hingga tahun-tahun berikutnya aku mulai belajar denga keras, mengikuti semua kelas yang diharuskan sekalipun aku tidak menyukainya, mempelajari banyak hal soal bisnis diusiaku yang masih sangat muda, serta mempelajari banyak bahasa asing hingga menyita banyak waktu bermain untuk anak seusiaku. Tapi itu tidak apa-apa. Aku harus menjadi seseorang yang hebat yang kemudian akan mengalahkan pria itu. Membuktikan padanya bahwa dia tidak cukup berarti bagiku dan Ibu. Tapi sayangnya, lima tahun kemudian pria itu meninggal dalam kecelakan bersama selingkuhannya. Sungguh sebuah aib menakjubkan yang membuatku tertawa terpingkal-pingkal. Aku bahkan belum mengajaknya untuk berperang tapi dia sudah mati lebih dulu. Pengecut.

H A N D ✔ SELESAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang