HAND PART 39 - It's (Not) A Dream

10.9K 559 54
                                    





Hero bergegas menuju ruang kontrol mansion bersama Aleksander, sekretarisnya. Pria itu ikut tegang dan terheran-heran begitu selesai membaca surat itu bersama Lily tadi. Maka sekarang bersama staf khusus yang memang bertugas untuk mengawasi mansion, ia memonitor orang-orang yang keluar masuk mansion hari ini, pada acara wedding party Tan dan Bila. Cukup mudah untuk melakukan itu mengingat hanya tamu dengan undangan khusus yang diizinkan masuk selain itu pihak keamanan memeriksa dengan ketat para tamu satu persatu.

"Ulangi lagi." Perintah Hero ketika matanya seperti menangkap sesuatu lalu seorang staf memutar kembali rekaman CCTV di dekat pintu masuk di samping space khusus untuk meletakan kado.

Dan di sana, sosok pria itu berdiri membelakangi kamera CCTV lengkap dengan pakaian serba hitamnya.

"Perbesar!" Ucap Hero tak sabaran, dan ketika wajah sosok itu tampak, meskipun hanya terlihat sebagian saja, Hero tahu, Hero mengenal sosok itu, pria yang ia yakini sudah membunuh kakak kandungnya sendiri, Lio, ayah Tan.

Sementara itu di kamarnya, Lily duduk dengan air mata yang terus mengalir, berulang kali ia membaca surat lusuh itu.

Tolong jaga dia..

Putriku..

Bagian surat itu terus terngiang di benak Lily, seingatnya dulu, ketika mobil yang ditumpangi Lio dan Sapphire mengalami kecelakaan lalu terbalik dan terbakar, pihak kepolisian memberitahukan bahwa semua penumpang tewas tanpa terkecuali anak itu, Lily tahu malam itu sebelum kecelakaan itu terjadi Sapphire sempat menelfonnya dan terdengar suara anak kecil di sana.

"Pelan-pelan Sapphire, aku tidak mengerti apa maksudmu?"

"Lily, t-tolong kami, dia benar-benar sudah gila."

"Dia? Dia siapa?"

Lalu terdengar suara anak kecil menangis dan Lily sempat mendengar Sapphire menenangkan anak itu untuk sesaat.

"Aku dan Lio dalam perjalanan untuk menghindarinya."

"T-tunggu, kalian mau kemana?"

"T-tidak ada waktu lagi Lily! T-tolong jangan lupakan suratku, mungkin ini sudah saatnya."

Dan ya, Lily memang tidak lupa. Ia menunggu, terus menunggu, surat apa yang dimaksudkan Sapphire padanya. Tapi kemudian kedukaannya atas meninggalnya sang suami tercinta membuat Lily lupa akan hal itu. Ia terlalu mencintai Lio hingga semuanya baru muncul sekarang.

"B-bagaimana?" Tanya Lily berdiri menghampiri Hero yang baru saja tiba.

"Aleks, cari tahu semuanya sekarang juga. Hal terkecil apapun, jangan sampai ada yang terlewatkan." Tanpa suara Aleks membungkuk sopan, pamit meninggalkan Hero yang sudah menghela Lily lembut untuk duduk kembali ke atas sofa.

"Hero..."

"Lily...tenanglah." Ucap Hero lembut menggenggam kedua tangan Lily.

"Katamu tadi, mendiang Sapphire tidak memberitahukan siapa yang dimaksudkan 'Dia' dalam telfonnya kan?" Lily mengangguk cepat.

"Ku rasa, 'Dia' yang Sapphire sebutkan dulu dan 'Dia' dalam surat ini adalah orang yang sama."

"M-maksudmu?"

"Michael, Lily. Michael Blue, adik Mikail Blue, yang dulu sempat menjadi terduga penyebab kecelakaan mobil Lio dan Sapphire." Jelas Hero.

"Oh Tuhan... Aku semakin merasa bersalah Hero, bagaimana jika anak itu memang masih hidup dan dia berada di tangan Michael? Aku tidak bisa membayangkan b-bagaimana kalau..b-bagaimana jika-"

H A N D ✔ SELESAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang