***
Rasanya seperti separuh jiwamu pergi.
Rasanya seperti kematian begitu dekat saat nafas tercekat di tenggorokan.
Bila tidak ingat ketika Sean menangkap tubuhnya yang nyaris ambruk ke lantai, ia juga tidak ingat ketika Kris menangis di sampingnya.
Juga ketika orang-orang yang ia kenali mengerubungi Tan yang terbaring di lantai dengan mata yang nyaris tertutup.
Menatapnya nanar, dengan sebuah senyuman penuh arti.
"Sampai bertemu lagi, Sweetheart."
Dan setelahnya semua hening.
Degup jantungnya melemah sebelum keramaian mendominasi.
***
Jakarta, Indonesia
Flora tersenyum sesaat setelah ia menginjakkan kakinya ke dalam gereja itu dan mendapati Adam tengah duduk di kursi paling depan yang lantas membuatnya berjalan perlahan untuk menghampirinya lalu duduk di kursi sebrang, menatap pria itu lekat yang tengah berdo'a begitu khusyuk, menunduk dengan kedua tangan yang bertautan.
"Oh? Kapan sampai?"
Setelah beberapa saat Adam mengangkat kepalanya dan menoleh saat merasa dirinya tengah diperhatikan oleh seseorang dan seseorang itu adalah Flo yang sekarang sudah berpindah duduk di sampingnya.
"Baru saja. Kau berdo'a lagi untuknya?"
Adam mengangguk pelan, tersenyum kecil sebelum sebelah tangannya meraih tangan Flo dan menggenggamnya erat.
"Tidak terasa, sudah seratus hari lebih sejak hari itu."
Dan Flo mengerti, maka ia memilih diam sambil terus memperhatikan Adam.
Pasti tidak mudah bagimu.
Dan bagi Bila juga.
Ucapnya dalam hati sebelum kemudian keduanya berjalan bersisian keluar dari gereja itu.
"Apa kau gugup?" Adam terkekeh.
"Jangan bercanda. Aku? Gugup? Tidak pernah."
Giliran Flo yang terkekeh.
"Lantas kenapa sejak tadi kakimu bergetar terus?"
Sontak Adam menunduk untuk menatap kaki kanannya yang ternyata memang bergetar tanpa ia sadari membuatnya menelan salivanya kaku ketika Flo merangkul bahunya.
"Relax, Papa ku tidak segalak itu. Kedua kakak laki-laki ku juga."
Adam mengangguk pelan, "Semoga aku lulus."
Flo terkekeh lagi semakin mengeratkan pegangan tangannya pada Adam dan keduanya pun bersiap untuk menyambut hari yang baru.
***
Seattle, Amerika
Kamar bayi itu didekorasi dengan cat dan pernak-pernik berwarna merah muda. Selain sebuah box bayi dengan kelambu berwarna senada di tengah ruangan, boneka-boneka lucu juga perlengkapan bayi mengisi ruangan itu. Menghadirkan sebuah harapan baru pada nafas yang tengah tumbuh.
Bila duduk di sana, pada sebuah kursi goyang yang menatap ke arah luar jendela bersama seorang bayi perempuan dalam gendongannya yang tengah tertidur begitu tenang, sesekali Bila bahkan menunduk untuk mencium pipinya yang menggemaskan yang tidak sedikitpun mengganggu tidurnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
H A N D ✔ SELESAI
RomanceWARNING ⚠🔞 Victor Alexander Tanovich Jarleo. Tan, seorang konglomerat berdarah biru pewaris perusahaan Rusia yang hidup untuk sebuah misi, membalaskan dendam tragedi yang membuat ia terutama Ibunya hidup dalam luka. Lama ia menunggu hingga akhirnya...