HAND PART 78 - The War : Chaos

4.9K 295 20
                                    








"Ha-halo?" Bila berucap memastikan.

Tidak ada jawaban.

"Halo?"

"Ayah kandungmu masih hidup."

Dan ketika Jacko menoleh padanya Bila membeku di tempatnya.











***

.
Tan, Bila, Adam, dan Alice, berdiri mengelilingi ranjang tempat Ana berbaring. Mereka menatap wanita itu lekat lalu ketika Ana yang sudah siuman menangis keras mereka kompak menutup telinga masing-masing.

"Aaaargh! Bagaimana bisa aku hidup dengan bekas jahitan di perutku? Bagaimana ini??? Lalu apa ini? Kenapa rambutku tidak ada sebagian? Aaaaaargh! Sialan! Brengsek! Bitch!" Ana memukul-mukul ranjangnya frustasi.

"Kalau dia sudah bisa berteriak sekencang ini, aku yakin dia baik-baik saja." Alice berucap dingin lantas beranjak keluar ruangan.

"Hooaaam, aku bisa tidur sekarang." Adam berpura-pura mengantuk lantas menjatuhkan tubuhnya ke sofa.

"Anaaaa!" Dan hanya Bila yang menangis terharu sambil memeluknya erat. Membuat Ana tersenyum lebar lantas membalas pelukan Bila.

"Syukurlah kau sudah bangun. Aku bahagia sekali!"

"Memang hanya kau yang peduli padaku." Bila terkekeh melepaskan pelukannya.

"Dasar bodoh! Kau baru saja selamat dari maut dan sekarang kau mencemaskan bekas jahitanmu? Kau tidak tahu betapa khawatirnya aku? Hah?!" Tan menarik kursi kasar lalu duduk di samping ranjang Ana.

"Aku merasa sangat bersalah tahu! Kau membuatku takut!" Pria itu berteriak lucu membuat Ana dan Bila saling menatap satu sama lain.

"Hey kau lupa kalau aku ini seperti kucing? Nyawaku ada 9 tahu!"

Bila tidak mampu menahan tawanya belum lagi ekspresi Tan yang begitu kekanakan namun ketika Ana mengepalkan sebelah tangannya yang diinfus pada Tan, Tan juga membalasnya dengan mengepalkan tangannya dan menyentuhkannya pada kepalan tangan Ana.

"Aku baik-baik saja. Berhentilah khawatir."

Hening.

Kemudian Tan mengangguk, tersenyum.

Membuat Bila menatap keduanya bergantian begitupun dengan Adam yang diam-diam tersenyum dalam duduknya.

Namun ketika ponsel Adam bergetar pria itu segera mengeceknya lantas dengan cepat bangkit menghampiri Tan dan seketika ekspresi wajah Tan berubah serius namun sempat tersenyum ketika ia mendadak berpamitan.

"Bila, bisa kau temani Ana dulu? Aku harus menemani Adam ke suatu tempat."

"Ah y-ya. Tentu." Dan begitu saja Tan juga Adam berjalan keluar meninggalkan Bila dalam pertanyaan-pertanyaan kesekian setelah telepon misterius yang dia terima kemarin.

Telepon itu mengatakan ayah kandungnya masih hidup dan katanya, "Suamimu mengetahuinya."

Bila tidak ingin mempercayainya karena ia ingat bahwa Tan berjanji bahwa ia tidak akan pernah membohonginya lagi tapi telepon itu begitu meyakinkan terlebih perasaannya mengatakan ada hal lain di balik semua ini.

Benarkah Tan kembali membohonginya?

Benarkah suaminya itu masih menyimpan kebohongan lain?

Bila tidak cukup berani untuk menanyakan hal itu pada Tan terutama dalam situasi seperti sekarang ini.

H A N D ✔ SELESAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang