Di sofa ruang kamarnya Bila tengah duduk bersama Ana yang sejak tadi dengan telaten membalut luka bakar di tangannya."Oh? Kau ini sebenarnya designer atau perawat? Kenapa jago sekali." Kekeh Bila ketika Ana menyelesaikan bagian akhir balutannya dengan sempurna.
"Bodoh, ini pengetahuan dasar tahu!" Dengus Ana.
"Oh, aku tidak tahu." Bila terkekeh lagi namun kekehannya terhenti ketika Ana terdiam menatapnya.
"Dasar bocah!" Tanpa Bila duga Ana memeluknya erat menepuk-nepuk punggungnya lembut.
"Kenapa tiba-tib-"
"Diamlah, aku hanya ingin memelukmu seperti ini. Aku lelah setelah membalut lukamu itu. Dasar merepotkan."
"Lelah? Ayolah ini bahkan bukan luka besar. Ada-ada saja kau ini."
"Jangan terluka lagi. Okay?"
Untuk sesaat hening. Baik Bila maupun Ana sama-sama tenggelam dalam pikiran mereka masing-masing. Hingga Bila tersenyum lalu mengangguk dan membalas pelukan Ana.
"Baiklah. Aku tidak akan terluka lagi."
Semoga saja. Batin Ana.
Wanita itu hampir saja meneteskan air matanya ketika Adam lebih dulu masuk setelah mengetuk pintu.
"Ada apa? Bos mu itu menyuruhmu untuk mengusirku?" Ucap Ana ketus sambil melepaskan pelukannya pada Bila.
"Bukan begitu, kau bilang ada rapat bersama tim mu pukul 7, ini sudah pukul 6 lewat 30. Aku hanya mengingatkan."
"Astaga! Hampir saja aku lupa. Kenapa kau tidak memberitahuku dari tadi?!" Adam mendengus jengah. Membuat Bila terkekeh lagi karena melihat interaksi Ana dan Adam yang menurutnya lucu itu. Belum lagi selama Bila mengenal Adam baru kali ini ia melihat pria itu bertingkah sepeti barusan.
"Pergilah. Aku baik-baik saja."
"Aku tidak bertanya." Ucap Ana sambil memalingkan wajahnya ke arah tas tangannya di samping tempat duduknya.
"Aku juga tidak khawatir." Ucapnya lagi ketika menyadari Bila masih menatapnya.
"Aku pergi dulu. Itu berarti aku akan kembali lagi. Pokoknya aku janji akan datang lagi dan mengganggumu bocah." Bila tersenyum ikut berdiri ketika Ana memakai kembali mantel dan juga tas nya.
"Terima kasih banyak Ana." Ana menoleh dan menemukan Bila menatapnya dengan mata yang berkaca-kaca.
"Terima kasih sudah membiarkanku mengotori baju mu dengan air mataku. Aku tahu kau pasti sedang bertanya-tanya tentang semua ini. Tapi maaf..." Bila menunduk sebentar untuk menyeka air matanya yang sudah kembali mengalir.
"A-aku belum bisa mengatakan apa-apa padamu."
"Adam! Kau ya yang mengiris bawang merah?"
"Ha?" Dahi Adam mengerut bingung ketika Ana menoleh sebentar padanya.
"Kau benar Bila. Memang ada banyak pertanyaan di dalam otak ku yang tidak terlalu pintar ini." Ana menyentuh kedua bahu Bila lembut.
"Tapi pertanyaan-pertanyaan itu bukan untukmu."
Melainkan untuk si brengsek sahabatku itu.
"Jadi jangan berpikir macam-macam. Cukup ganti perban di tanganmu dengan teratur. Atau kau ingin aku datang setiap hari untuk membantumu? Bayaranku cukup mahal, kau harus tahu." Ucapan Ana membuat Bila tersenyum kecil lantas menggeleng pelan.
"Aku tidak punya cukup uang jadi aku menolak."
Giliran Ana yang terkekeh lalu sekali lagi ia memeluk Bila erat sebelum berpamitan dengan berat hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
H A N D ✔ SELESAI
RomanceWARNING ⚠🔞 Victor Alexander Tanovich Jarleo. Tan, seorang konglomerat berdarah biru pewaris perusahaan Rusia yang hidup untuk sebuah misi, membalaskan dendam tragedi yang membuat ia terutama Ibunya hidup dalam luka. Lama ia menunggu hingga akhirnya...