HAND PART 35 - A Lion

10.2K 530 6
                                    


Tan berdiri di depan wastafel, melihat dirinya sendiri di cermin sembari mengancingkan kemejanya karena ia baru saja selesai mandi. Ditatapnya wajah tampannya itu, ia lalu berdecih pelan disertai senyuman sinis ketika mengingat kembali omongan orang-orang selama ini benar adanya. Wajahnya begitu mirip dengan Lio belum lagi dalam waktu dekat ini mungkin orang-orang akan semakin menyamakannya dengan ayahnya itu, sebagai seorang pria yang mengkhianati pasangannya. Tapi Tan tidak peduli, sudah lama sekali ia membuang kelemahannya juga sisi hatinya yang mungkin akan membuatnya merasakan sakit hati. Ia bertekad untuk menggenggam semuanya mulai dari sekarang.

Ketika Tan berjalan keluar ia melihat Kris tampak meriut kedinginan di atas tempat tidur membuatnya yang hendak meraih ponselnya bergegas lebih dulu meraih selimut yang jatuh ke lantai dan menyelimuti Kris dengan lembut. Ia lalu kembali meraih ponselnya dan berjalan ke arah dinding kaca melihat kesibukan kota Seattle yang mulai padat ketika matanya mendadak memicing tajam begitu melihat riwayat panggilan di ponselnya, panggilan video lebih tepatnya. Tan nampak mengingat, jam nya sama ketika beberapa saat yang lalu ia sempat tersadar dari tidurnya dan samar-samar mendengar Kris berbicara dengan seseorang. Karena terlalu lelah juga akibat pengaruh alkohol ia kembali tertidur. Dan ternyata Nabila yang melakukan panggilan video itu.

"Shit!" Cepat, Tan memakai jasnya lalu meraih mantelnya sambil berjalan keluar diikuti Adam yang sudah siap menunggunya.

"Sekarang juga siapkan helikopter ku." Adam terdiam tetapi tetap mengikuti langkah kaki Tan yang dengan cepat sudah memasuki lift.

"Kau mendengarkanku Adam?" Tanya Tan kesal pada Adam yang berdiri di belakangnya.

"Cuacanya sedikit buruk Tuan muda. Salju sedang turun dengan lebat. Apa tidak sebaiknya Anda-"

"Aku tidak peduli."

Hanya satu kata itu yang lalu membuat Adam mengangguk hormat lantas merogoh saku jasnya untuk meraih ponselnya tanpa sempat menyadari bahwa untuk pertama kalinya setelah sekian lama bosnya itu menggigiti kuku jari jempolnya seperti kebiasaannya dulu saat ia masih kecil.

Hanya satu kata itu yang lalu membuat Adam mengangguk hormat lantas merogoh saku jasnya untuk meraih ponselnya tanpa sempat menyadari bahwa untuk pertama kalinya setelah sekian lama bosnya itu menggigiti kuku jari jempolnya seperti kebiasaannya du...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Ana, kau menginap saja. Kamarmu sudah disiapkan." Ucap Lily ketika mereka semua berkumpul untuk makan malam.

"Oh, benar-benar. Aku juga sudah lama tidak bermain catur denganmu. Kau tahu kan Hero tidak bisa diandalkan." Ucap Grandpa yang lalu diikuti kekehan Ana.

"Ayah, aku sudah banyak berlatih. Coba saja nanti." Sahut Hero tidak ingin disepelekan.

"Lebih baik kau menyerah saja Ayah, Ana jelas-jelas master catur!" Timpal Luke.

"Hey, Ana harus menemani kami mencoba gaun untuk nanti. Iya kan?"

"Betul, Ana akan bersama kami." Tambah Lily membenarkan ucapan Grandma.

"Oh God, aku tahu aku berharga tapi tidak ku sangka kalian masih begitu mencintaiku. Oh..." Ucap Ana berbinar.

"Mulai...mulai... Kau membuatku seketika kenyang Ana." Ucap Alice diikuti tawa semuanya termasuk Bila yang ikut tertawa puas meskipun kembali dihadiahi 'geplakan' oleh Ana di bahunya.

H A N D ✔ SELESAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang