HAND PART 52 - Blue

11.2K 597 106
                                    




"T-tidak mungkin kan?"

Entah kenapa melihat Adam yang malah diam menatapnya membuat Tan merinding, perasaan takut yang telah lama dibuangnya jauh perlahan kembali hadir dan mulai menghantuinya. Membayangi hati yang terus dicobanya untuk tetap kuat bertahan di tengah perdebatan sengit logika dan perasaannya.

Balas dendam atau Cinta.

Nabila atau Keluarganya.

Dan sampai saat ini kita semua tahu Bahwa Tan memilih untuk mengingkari hatinya.

"Tenanglah." Ucap Adam kemudian, membuat kerutan di dahi Tan tak kunjung hilang.

"Cepat katakan ada apa." Tan melepaskan cengkraman tangannya pada bahu Adam sambil terus menatapnya dalam.

Pertama Adam berlarian dan kedua sekretarisnya itu memanggilnya dengan namanya sendiri, 'Tan' dan bukan 'Tuan', jadi bagaimana ia bisa tenang sekarang?

"Aku akan membunuhmu kalau kau mengatakan kau sedang bercanda." Tan duduk dengan kesal, di susul Adam yang ikut duduk di tempat duduk Bila tadi.

Tan melirik Adam ketika Adam juga tengah menatapnya, sebenarnya ia tahu apa yang baru saja diucapkannya itu tidak mungkin terjadi. Adam tidak pernah bergurau soal apapun apalagi sampai membawa-bawa nama keluarga Victor seperti tadi.

"Aku sungguh-sungguh Tan, aku ingin kau tenang."

"Apa maksudmu?"

Adam menghela nafasnya berat lalu berucap sambil mengeluarkan sesuatu dari balik saku jas nya.

"Michael Blue dia lagi-lagi tertangkap kamera cctv dan kali ini rekaman itu menunjukan bahwa ia sedang berada di sini pagi tadi."

"Di sini?"

Adam mengangguk pelan, "Ya, di Saint Petersburg, di private port milik Grandpa. Sesaat sebelum take off, petugas yang bertugas memeriksa pesawat memberitahuku dan Aleks bahwa mereka menemukan sebuah bom rakitan di sana."

"Bom!?" Teriak Tan keras, ia sangat terkejut, sungguh. Semua ini di luar dugaannya.

Tadi memang hanya Adam yang tetap tinggal setelah Tan, Bila, Kris dan juga Sean mengantarkan keluarganya menuju private airport milik Grandpa Victor yang letaknya lumayan dekat dengan mansion.

"Lalu bagaimana dengan Ibuku? Grandpa dan Grandma ku? Ayah? Lukas, Kak Alice, Ana? Mereka baik-baik saja bukan?!"

"Inilah kenapa aku memintamu untuk tenang. Karena kau selalu seperti ini setiap kali sesuatu terjadi pada keluargamu."

"Menurutmu bagaimana mungkin aku bisa tenang Adam? Kau gila? HAH?!"

Adam terdiam lagi, ia sangat tahu bahwa apa yang sudah dialami Tan dulu banyak sekali meninggalkan bekas luka di dalam dirinya. Tapi Adam tidak ingin melihat Tan kacau dan hancur seperti dulu lagi.

Sepersekian detik kemudian Tan mulai bisa menguasai dirinya. Ia mengambil nafas dalam-dalam lalu membuangnya tenang, menyeka peluh di dahinya dan perlahan mengusap wajahnya kemudian kembali menatap Adam.

"Lalu bagaimana situasinya?"

"Saat itu juga dengan menggunakan alasan jadwal pemeriksaan pesawat, Aleks berhasil meyakinkan semuanya untuk pindah ke pesawat lain dan beberapa saat sebelum aku kemari Aleks mengabarkan bahwa semuanya sudah sampai dengan selamat."

"Syukurlah." Tan memejamkan kedua matanya cukup lama ketika rasa lega itu mulai dirasakannya namun sesaat kemudian ia kembali teringat sesuatu yang lalu membuatnya menatap Adam cepat.

H A N D ✔ SELESAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang