Bila terbangun ketika tenggorokannya terasa kering lantas dengan bertumpu pada kedua tangannya perlahan ia duduk bersandar pada kepala ranjang, hendak meraih segelas air putih di atas nakas di samping tempat tidur ketika selimut tebal yang menutupi tubuhnya melorot hingga sebatas perut menampilkan bagian atas tubuhnya yang tanpa busana.
"Astaga!" Pekiknya dengan cepat meraih selimut itu dan mengintip sebentar ke dalam sana dimana membuatnya semakin terkejut karena ia ternyata tidak menggunakan apapun selain selimut putih ini.
"Oh? Sudah bangun?" Sosok Tan yang masuk ke dalam kamarnya dengan hanya mengenakan celana panjang hitam dan memamerkan otot perut nya yang sixpack membuat Bila bergerak mencengkram selimut itu erat.
"A-apa yang terjadi pada kita?" Ucapnya menatap tajam Tan yang kini sudah duduk di pinggiran ranjang.
"Kita? Tidak ada."
"La-lalu kenapa aku...." Bila menghentikan ucapannya dengan memandang ke arah Tan yang telanjang dada dan dirinya yang hanya ditutupi selimut.
"Aah..." Tan terkekeh.
"Kemarin kau pingsan. Tidak ingat?"
"Aku? Pingsan?" Tan mengangguk, membiarkan Bila mengingat kejadian kemarin sore ketika ia menangis dalam pelukan Tan di bawah guyuran hujan.
"Ah, sial." Gumamnya pelan ketika sudah mendapatkan kembali ingatannya.
"Tapi kenapa aku telanjang? Kau juga." Tunjuk Bila pada Tan yang terlihat terkejut mendengar keterusterangannya.
"Tunggu dulu, biarku jelaskan." Tan bergerak naik jadi duduk bersila di hadapan Bila.
"Kemarin kau pingsan lalu aku membawamu pulang. Kau pasti ingat bahwa kemarin hujan deras dan kita berdua basah kuyup. Karena kau pingsan jadi aku tidak bisa menyuruhmu untuk segera mandi kemarin, akibatnya kau demam dan terus menggigil. Aku takut kau akan semakin demam atau mendapatkan hipotermia. Jadi, a-aku membuka pakaianmu."
"Hah?! Lalu kau melihat semuanya??" Pekik Bila kaget.
"T-tidak! Aish, bagaimana aku mengatakannya ya? Pokoknya aku membuka pakaianmu tapi aku tidak melihatnya. Aku punya bukti!" Tan bergerak bangkit untuk meraih ponselnya, membuka aplikasi video lalu memperlihatkannya pada Bila.
Di sana, Tan berdiri di hadapan kamera dengan kedua matanya ditutupi oleh dasinya sendiri sementara kedua tangannya dengan hati-hati membuka pakaian Bila.
Bila menahan tawanya dan merasa lega. Meskipun ia gadis nakal, tapi ia tidak bisa sembarangan. Kecuali ketika ia mabuk, mungkin?
"Maaf karena sudah mencurigaimu."
"It's okay. Sudah sepantasnya kau curiga. Aku juga ingin minta maaf karena sudah lancang. Padahal kita baru dua hari berpacaran tapi aku sudah melewati batas." Tan menatap Bila menyesal.
"Hey, sudahlah. Aku bukan gadis yang kolot dan mengerti bagaimana gaya hidup dizaman sekarang. Aku hanya kaget terbangun di pagi hari dengan kondisi seperti ini." Bila tersenyum mengusap lengan Tan bermaksud untuk menenangkan tetapi maksudnya itu justru malah membuat Tan menarik lengan Bila dan memeluk punggungnya mendekat.
"Kalau begitu boleh aku memeriksa kondisimu sekarang? Kemarin aku terlalu panik sampai tidak bisa menghubungi dokter atau membelikanmu obat."
"Aku sudah tidak apa-apa. Aku baik."
"Benarkah?" Bila mengangguk sambil memajukan wajahnya berpikir Tan akan menyentuh keningnya untuk memastikan.
"Silakan pastikan sendiri." Kekehnya. Tetapi kemudian Tan malah menyentuh dagu Bila hingga keduanya bisa saling mengagumi keindahan wajah masing-masing dari jarak yang begitu dekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
H A N D ✔ SELESAI
RomanceWARNING ⚠🔞 Victor Alexander Tanovich Jarleo. Tan, seorang konglomerat berdarah biru pewaris perusahaan Rusia yang hidup untuk sebuah misi, membalaskan dendam tragedi yang membuat ia terutama Ibunya hidup dalam luka. Lama ia menunggu hingga akhirnya...