"Silakan." Bila tersenyum sambil menaruh secangkir coklat panas yang baru saja dibuatnya untuk Adam. Ia lantas duduk di sofa yang tadi diduduki Tan sambil mengusap-usap kepala V yang kini berada di pangkuannya.
"Terima kasih." Balas Adam tersenyum.
"Oh iya, ada pekerjaan yang sangat mendadak ya?"
Ingatan mereka kembali pada lima belas menit yang lalu ketika Tan tiba-tiba berlari menuju kamar dan meminta Bila untuk menemani Adam.
"Ah y-ya. Tuan Muda memang selalu bersemangat ketika menyangkut pekerjaan. Nona sudah melihatnya sendiri tadi." Jawab Adam bohong lalu ia meraih cangkir itu dan menyeruput isinya kaku ketika tatapan mata Bila terus tertuju padanya.
"K-kenapa? Ada sesuatu di wajahku?" Tanya Adam kemudian.
Ia tidak ketahuan bukan?
Was-was, pria itu mengusap-usap wajahnya membuat Bila terkekeh lalu mengambil sesuatu dari bawah meja.
"Untukmu." Ucapnya yang lalu membuat Adam mengerutkan dahinya menerima sebuah amplop merah dengan pita berwarna hijau mirip hiasan Natal.
"Tapi Nona tahu kalau Nona tidak diizinkan untuk memberi hadiah Na-"
"Ehey, tenang saja itu bukan hadiah Natal. Sebenarnya aku sudah lama ingin memberikan itu padamu."
Adam menelan salivanya kaku lalu tangannya bergerak membuka amplop itu ketika Bila kembali berucap membuat gerakan tangannya terhenti di udara.
"Itu adalah daftar hal-hal yang disukai Flo dan tidak disukai oleh Flo."
Seketika Adam menoleh tak mengerti membuat Bila kembali terkekeh.
"Ayolah, tidak apa-apa. Aku tahu kau dan Flo sudah dekat sejak masih di Bali dulu."
"....."
"Jangan sampai Flora tahu kau mendapatkan nya dariku ya!" Bila mengedipkan sebelah matanya jahil sebelum menunduk untuk menciumi V.
Sementara Adam, pria itu terdiam sambil kembali membuka amplop itu lalu membaca tulisan-tulisan tangan Bila yang berhasil menampakkan sedikit senyum di wajah tampannya.
Sementara itu sudah hampir setengah jam Tan berada di ruang kerjanya. Menatap fokus ke arah layar komputer sementara tangan kanannya tidak berhenti menggerakkan mouse membuat pergerakan kursor turun dan naik untuk beberapa saat.
"Ada dua hal yang aku temukan di sana. Dan dua-duanya semakin membuatku bingung."
Tan menyentuh pelipisnya mana kala teringat ucapan Adam tadi.
"Pertama kau benar soal semua ini sudah direncanakan dengan sengaja dan Maxime Blue memang membantu Michael Blue dalam hal ini."
"Oh ya, beberapa saat yang lalu Blue Corp. baru saja menurunkan jabatan Maxime Blue menjadi Direktur Perencanaan. Menurutmu apakah ini ada hubungannya dengan Michael Blue?"
Adam menatap Tan lekat.
"Michael Blue itu adik kandung Mikail Blue, jadi hubungan mereka adalah paman dan keponakan...."
Tan menggantungkan kalimatnya lama hingga Adam kembali berucap.
"Ya, pemikiranku sama denganmu. Pasti ada sesuatu yang lain di antara mereka."
"Benar, Maxime Blue memang masih sangat muda tapi dia punya kemampuan yang luar biasa. Jika bukan untuk kepentingan yang besar tidak mungkin bocah itu mau membantunya."
"Tepat."
"Kita harus menyelidikinya lagi."
"Tentu, tim berhasil meretas cctv di ruang kerja Max dan untuk sementara aku sudah mengirimkan rekamannya ke e-mail mu sedangkan untuk rekaman suaranya masih dalam proses."
KAMU SEDANG MEMBACA
H A N D ✔ SELESAI
RomanceWARNING ⚠🔞 Victor Alexander Tanovich Jarleo. Tan, seorang konglomerat berdarah biru pewaris perusahaan Rusia yang hidup untuk sebuah misi, membalaskan dendam tragedi yang membuat ia terutama Ibunya hidup dalam luka. Lama ia menunggu hingga akhirnya...