HAND PART 67 - The Letter (2)

6.5K 508 51
                                    






WARNING!!!

DISARANKAN UNTUK MEMBACA PART SEBELUMNYA:

THE LETTER (1)

BIAR PADA INGET AJA

EHEHEH

KALO GAK MAU
DAN MAU LANGSUNG BACA INI AJA JUGA GAK APA-APA

ENJOYYYY


































***

Tan turun dari mobilnya dengan tergesa memasuki lobi dengan berlari sekencang yang ia bisa. Sumpah serapah mengiringinya ketika ia masuk ke dalam lift yang membawanya menuju lantai tempat Bila dirawat hanya untuk mendapati istrinya itu tidak ada di ruang perawatannya. Sambil bertanya pada suster yang berjaga ia terus menerus mencoba menghubungi Bila namun nihil karena ponselnya tergeletak begitu saja di atas ranjang.

"Fuck!" Umpatnya.

Tan lalu berlari keluar ruangan, mencari ke hampir seluruh bangsal dan ketika nafasnya sudah sangat tidak beraturan ia menemukan Bila tengah duduk sambil tertawa-tawa bersama seorang pria tua yang lebih dari sekedar di kenalnya.

"Ah, kenapa Paman salah terus? Yang ini, yang ini ku bilang." Gadis itu tampak antusias menunjuk-nunjuk jenga di hadapannya sementara Mikail Blue mengangguk-angguk mengerti.

"Kau tahu, nak? Ternyata kau cukup cerewet ya." Dia tertawa melihat ekspresi Bila yang memicingkan kedua matanya ke arahnya.

Dan ketika tumpukan balok kayu kecil itu jatuh mereka sama-sama terkejut untuk kemudian saling tertawa.

"Apa ku bilang."

"Ah sudah lebih baik Paman menyerah saja."

"Bagaimana mungkin langsung menyerah begitu saja? Ayolah Paman bahkan baru mencobanya 20 kali!"

Tan menelan salivanya gugup.

Kaki nya sudah akan melangkah menghampiri Bila ketika tanpa sengaja ia menoleh ke samping kanannya dan mendapati di lorong itu Max tengah berjalan ke arahnya.

Sambil tersenyum.

Seolah semuanya sudah diatur.

Dan begitu pemuda itu berdiri di hadapan Tan, Tan tahu bahwa semuanya memang sudah diatur olehnya.

"Well, tidak ku sangka kita akan bertemu di sini Tuan Tan?" Max tersenyum lagi.

"Jadi sekarang aku harus memanggilmu apa? Max atau Mike?"

Meskipun sempat tertegun namun seperti biasa Tan mampu mengendalikan dirinya dan bahkan seringainya muncul lagi ketika ia menatap Max.

"Hmm, itu tergantung pada keputusanmu." Max terkekeh sebelum kembali melanjutkan.

"Kau mau melihatku sebagai siapa sekarang?"

"Maksudmu?"

"Maksudku adalah semua keputusan ada di tanganmu. Jika kau memberikan apa yang aku inginkan maka aku akan menentukan akan jadi siapa aku nanti."

"Lalu apa yang kau inginkan?" Tan mengepalkan tangannya kuat begitupun dengan rahangnya yang mengeras.

Ia tidak suka situasi ini.

H A N D ✔ SELESAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang