HAND PART 40 - Punishment

14.5K 612 91
                                    

"Bagaimana?"

Lily lah yang menghampiri Alice lebih dulu ketika ia baru saja keluar dari kamar Bila. Wajah dokter muda itu terlihat khawatir lalu menatap Tan yang berdiri dengan gelisah bersama dengan semua anggota keluarga lainnya.

"Apa Bila meminum obat penenangnya dengan teratur?" Merasa pertanyaan itu memang ditujukan untuknya, Tan menggeleng pelan.

"Tidak. Bila memutuskan untuk tidak meminumnya, dia sangat bahagia selama di sini. Jadi aku setuju ketika dia menolak untuk itu."

"Oh God..." Alice memijat pelipisnya frustasi.

"Obat penenang? Cucu menantuku sakit memangnya?" Tanya Grandpa.

"Benar dia sakit, Tan?"

"Begitukah?"

Pertanyaan beruntun dari Ana dan Lukas membuat Tan terdiam untuk sesaat lalu menghela nafasnya berat.

"Bila sangat mudah terkena panik bahkan untuk hal yang paling membahagiakan sekalipun."

"Oh sayangku..." Ucap Grandma pelan seperti ikut merasakan hal yang tengah dirasakan Bila.

"Mau tidak mau, tolong pastikan dia meminum obat penenangnya. Ku lihat dia terus mengigau dan mengigil meskipun sedang tidur."

"Yang sekarang dibutuhkannya dalam kondisi seperti ini adalah ketenangan. Sebaiknya kita berikan dia ruang." Tambah Hero.

Tan mengangguk mengerti. Lalu merasa teringatkan, ia tersenyum kecil, hanya sekilas dan tidak ada yang tahu ketika ia kembali berucap, "Aku akan membawanya pulang."

"Pulang?" Kaget Lily.

"Pulang kemana ini rumah kalian sekarang!" Ucap Grandpa tegas sementara yang lainnya ikut terperangah kaget.

"Seperti yang Ayah katakan tadi, Bila butuh ruang dan ketenangan. Aku sudah menyiapkan rumah untuknya, untuk kami. Mohon mengertilah, aku ingin selalu bersamanya, melindunginya."

Untuk sesaat suasana kembali tenang, mereka mencoba mengerti keputusan Tan.

"Ah! Ah! Kenapa kita bodoh sekali!" Itu ucapan Lukas yang membuat semua orang menoleh ke arahnya.

"Kau saja yang bodoh, aku tidak." Timpal Ana.

"Ish, maksudku kak Tan dan kak Bila memang harus tinggal berduaan kan? Mereka pengantin baru, if you know what I mean."

"Astaga anak ini!" Dengan cepat Alice bergerak mendekati Lukas untuk menjewer telinganya hingga kedipan nakal pemuda itu tergantikan oleh rengekan minta ampun.

"Oh benar! Kau jenius Luke! Kenapa aku tidak berpikir sampai kesana? Benar-benar, pergilah, dan segera buatkan aku cicit dua atau tiga atau empat!"

"Victor..." Sela Grandma menjeda keantusiasan suaminya itu.

"Kenapa Ivana? Bahkan kita dulu saat seusianya sudah punya dua anak, Lily dan Hero juga kan." Ucap Grandpa lagi.

"Itu keputusan yang bagus. Tapi tolong terus jaga dia. Lindungi dia seperti yang kau katakan." Lily menggenggam tangan Tan lembut.

"Itu pasti Ibu." Senyum Tan.

Senyuman biasa yang justru mengundang tanya bagi Adam dan Ana.

Setelah memberitahukan perihal kepindahannya ke Saint Petersburg yang akan dilakukannya pagi ini juga meskipun dipenuhi dengan segala protes A sampai Z yang dilayangkan Grandpa, Grandma juga Ayah dan Ibunya, pada akhirnya Tan bisa membujuk semuanya dengan memakai nama Bila, semuanya demi gadis itu, Bila, Bila, Bila dan Tan tidak bisa berhenti tersenyum ketika menyedari bahwa istrinya itu bisa dengan mudah memengaruhi anggota keluarganya.

H A N D ✔ SELESAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang