HAND PART 62 - Don't You Dare!

9.9K 651 87
                                    





"Dia temanmu?"

"Ya, dia teman sekelasku. Memangnya kenapa?"

"Kau tidak tahu siapa dia, Luke?"

Dahi Lukas mengerut ketika Tan mendadak membawanya untuk berbicara berdua saja dan membiarkan Mike bersama Adam masih di luar.

"Aku tahu."

"Kau tahu?"

"Tentu saja! Sudah ku bilang kan dia temanku."

"Ck! Тупой ты!"

Tan duduk gelisah di pinggiran ranjang menatap Bila yang masih tertidur lelap menyamping ke arahnya.

Sesekali ia terlihat seolah-olah ingin membangunkan Bila namun berakhir dengan mengusap lembut pipi gadis itu dan mencium keningnya hangat.

"Tidak akan. Demi apapun aku tidak akan membiarkan dia mendekatimu."

Tan bertekad dengan sorot matanya yang tajam.

"Emmh~"

"Sudah bangun?"

Bila tersenyum mengangguk lalu perlahan mengubah posisinya jadi duduk dan terhenyak kaget ketika melihat ke arah luar jendela.

"Astaga sudah berapa lama aku tidur?"

"Bukankah ini sudah waktunya makan malam? Uh, oh, maaf aku-"

"Hey, sweetheart..."

Tan meraih kedua tangan Bila lalu menatap wajah istrinya itu sambil tersenyum.

"It's okay, aku tahu kau lelah."

"Tetap saja aku tidak boleh ketiduran dan mengabaikanmu."

Tan terkekeh lalu sebelah tangannya mengucek rambut Bila menjadi semakin berantakan.

"Ish! Kelakuanmu!"

Bila ikut terkekeh.

"Ayo, akan ku siapkan makan malam."

"Bila.."

Ketika Bila sudah akan beranjak dari ranjang mereka Tan menahan tangannya dan kembali menatapnya.

"Ada apa?"

"Di bawah ada Lukas. Dia memutuskan untuk tinggal di sini."

"Oh! Benarkah?"

Seketika sepasang mata Bila berbinar ceria, keantusiasan jelas terlihat di wajahnya namun apa yang dilihat Tan adalah hal yang sebaliknya.

"Wah akhirnya dia menurut juga. Bukankah ini keputusan yang bagus? Aku senang sekali Tan!"

"Tapi-"

Bila menoleh ketika dirasanya genggaman tangan Tan pada tangannya semakin menguat.

"Luke tidak sendirian, dia mengajak teman sekelasnya."

Agak lama Bila terdiam mencoba mencerna. Tapi kemudian binar itu kembali menghiasi wajah cantiknya.

"Benarkah? Itu bagus bukan? Mansion ini terlalu besar untuk kita berdua. Belum lagi nanti aku bisa belajar bersama Luke dan temannya itu. Jujur saja meskipun aku masuk ke kelas khusus tetap saja aku merasa perlu belajar bahasa Rusia."

Bila begitu asyik berkata hingga Tan tidak mampu mengutarakan apa yang seharusnya sudah ia katakan sejak lama.

"Tunggu, ada apa dengan raut wajahmu?"

H A N D ✔ SELESAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang