Sudah hampir pagi ketika Tan masih saja berkutat dengan laptop dan ponselnya, pria itu tidak tidur semalaman.
"Anda tidak istirahat?" Suara Adam di sebrang sana.
"Aku tidak mengantuk."
"Tapi kemarin Anda minum cukup banyak."
Tan terdiam, menghela nafasnya dalam dan itu cukup membuat Adam berhenti bertanya.
"Jadi apa yang kau temukan?" Ucap Tan sambil melirik ke arah pintu kamar Bila, takut gadis itu akan keluar tiba-tiba.
"Ponselnya sedikit aneh untuk ukuran gadis muda, cantik, dan populer seperti Nona Nabila."
"Ish, jangan ucapkan kata itu. Aku muak mendengarnya."
"M-maksud Anda kata yang mana? Gadis muda, cantik, dan populer atau..."
"Adam, kau tidak sedang bercanda kan?"
"Eh? M-maaf tapi saya benar-benar tidak tahu maksud Anda."
Tan menghela nafasnya lagi. Kenapa Adam jadi bodoh sejak datang ke Indonesia?
"Panggil saja dia dengan namanya. Tidak usah pakai embel-embel apapun ketika kau membicarakannya padaku. Aku tidak suka." Adam ber-oh ria.
"Jadi apa yang kau temukan?" Ulang Tan.
"Pada kontak di ponselnya hanya ada enam nomor termasuk milik Anda, keempat sahabatnya dan satu kontak yang dinamai dengan 'House of Love'."
"Apa itu?"
"Itu adalah nama sebuah panti asuhan tempat dimana dulu Nona- maksud saya Nabila pernah tinggal di sana."
Tan terdiam, otaknya berpikir sementara kedua matanya sudah terfokus pada layar laptop yang menampilkan informasi yang baru saja Adam sebutkan.
"Apakah dia benar-benar pemiliknya?" Tan menggerakkan kursor laptopnya pada sebuah foto yang memperlihatkan seorang perempuan tua tengah tersenyum ke arah kamera bersama-sama dengan anak-anak panti asuhan.
"Ya,Tuan. Pemiliknya adalah atas nama direktur panti asuhan itu sendiri."
"Perempuan tua ini? Aku tidak yakin." Ucap Tan lebih kepada gumaman kepada dirinya sendiri.
"Lalu yang lainnya?"
"Ah, Nabila memiliki cukup banyak followers pada media-media sosialnya. Tapi dia tidak terlalu mengekspos dirinya, feeds nya pun kebanyakan adalah foto atau video sahabat-sahabatnya, kegiatan mereka berlima dan foto-foto masakan." Terdengar suara kekehan Adam sebelum pria itu kembali melanjutkan.
"Sepertinya dia suka memasak."
"Dan sepertinya kau mabuk. Kau hanya minum segelas Adam!" Kesal Tan yang lalu memutuskan sambungan telfon itu tepat ketika sudut matanya menangkap gerakan memutar pada handle pintu kamar Bila. Dengan cepat ia menutup laptopnya, menyimpan ponselnya lalu berbaring meringkuk di atas sofa.
"Sial! Apa aku ketahuan?" Adam bergerak membuka matanya sedikit, mengintip ketika Bila berjalan sambil mengucek matanya ke arah dapur dan melewatinya begitu saja. Lalu terdengar suara gadis itu menuangkan air ke dalam gelas dan meneguknya habis dalam sekali tegukan yang membuat Adam mengernyit tidak nyaman.
"Bagaimana bisa seorang gadis minum seperti itu?"
Bila membuang nafasnya lega. Lalu memandangi gelas kosong yang segera disimpannya ke wastafel. Setelahnya ia bergerak menggulung rambutnya ke atas lalu mendekatkan wajahnya untuk mencuci muka dan berkumur-kumur. Ketika ia akan kembali ke kamarnya, matanya menangkap sosok Tan yang tertidur meringkuk di atas sofa. Ia tersenyum, berjalan mendekat lantas duduk di pinggiran sofa untuk menatap Tan sesaat.
KAMU SEDANG MEMBACA
H A N D ✔ SELESAI
RomanceWARNING ⚠🔞 Victor Alexander Tanovich Jarleo. Tan, seorang konglomerat berdarah biru pewaris perusahaan Rusia yang hidup untuk sebuah misi, membalaskan dendam tragedi yang membuat ia terutama Ibunya hidup dalam luka. Lama ia menunggu hingga akhirnya...