Tan meraih remote TV di atas meja lalu menekan tombol volume untuk kemudian memperkecilnya ketika dilihatnya Bila tertidur meringkuk berbantalkan pangkuannya. Dengan hati-hati Tan memegang kepala Bila, sedikit mengangkatnya agar ia dapat bergerak setelah sebelumnya ia meraih bantal untuk menggantikan pangkuannya.Rasa haus yang menyerangnya membuat Tan bergerak menuju dapur lantas meraih sebotol air mineral dari lemari pendingin dan meneguknya habis ketika kemudian sudut matanya menangkap sepiring kudapan yang dibuat Bila untuknya.
"Kau selalu bekerja hingga larut malam. Barangkali kau nanti kelaparan saat aku sudah tertidur jadi aku buatkan ini untukmu."
Ucapan Bila tadi sesaat setelah mereka makan malam membuat Tan tersenyum sinis, sama sekali tidak tertarik akan makanan itu. Ia lalu berbalik kembali menuju sofa meraih ponselnya dan menelfon Adam ketika di suara bel di pintu mengalihkan perhatiannya.
"Tunggu sebentar." Ucapnya pada Adam yang menjawab panggilannya dalam sekali deringan, ia lantas memasang earphone di telinganya dan bergerak menuju pintu.
Dua orang pria berpakaian serba hitam dan bermuka sangar yang tingginya beberapa centimeter di bawahnya membuat dahi Tan berkerut.
"Kami akan membawa Nona Nabila." Ucap salah seorang dari mereka tanpa ekspresi dengan aksen bahasa Inggris yang sedikit aneh didengar.
"Dia sedang tidur." Jawab Tan tak kalah datar.
Untuk sesaat mereka terdiam, Tan sibuk memerhatikan dua pria itu yang jika Tan tak salah menebak mereka akan menerobos masuk kalau saja ia tidak buru-buru memajukan tubuhnya menggiring keduanya mundur ke tengah lorong.
"Kemana?" Tanya Tan yang membuat kedua pria itu saling bertatapan heran.
"Kami harus membawanya sekarang."
"Untuk itu aku bertanya. Kemana dia harus ku bawa?" Tan hanya menaikan sedikit nada bicaranya tapi entah mengapa hal itu membuat kedua pria itu berdiri menelan salivanya gugup.
"Kediaman Tuan Michael Blue." Lalu dengan agak terburu-buru seorang diantaranya menyebutkan sebuah alamat sebelum keduanya berlalu pergi dengan tergesa.
"Kau dengar itu?"
"Mereka tidak begitu lancar berbahasa Inggris." Jawab Adam di sebrang sana.
"Mereka juga bukan dari perusahaan keamanan yang ku kenal. Tapi mereka bekerja untuk Michael Blue." Tan terdiam sejenak.
"Anda ingin saya menyelidikinya?"
"Tidak usah, sepertinya sebentar lagi gadis itu akan membawakan informasinya untukku." Tan menoleh ke arah Bila yang masih tertidur.
"Oh ya, bagaimana keadaan di Seattle? Apa ada sesuatu yang harus ku ketahui?"
"Rapat pemegang saham akan dimulai sebentar lagi. Sesuai perintah Anda, hak suara Anda akan diberikan pada keluarga penggugat." Jelas Adam, Tan mengangguk puas.
"Segeralah kembali setelah semuanya selesai. Secepatnya."
"Baik Tuan Muda."
"Gunakan saja helikopterku, tapi jangan kau yang membawanya. Terakhir kali aku hampir merekrut sekretaris baru karena kenekatanmu. Kau masih harus banyak belajar mengendarainya Adam!" Terdengar kekehan ringan Adam yang membuat Tan tersenyum puas, sekretarisnya itu terlalu kaku dan Tan harap candaan seperti ini sedikit banyak bisa merilekskan wajah tegangnya.
"Aku tidak mau! Kakak jahat!"
"Aku tidak mau tahu! Kau harus ikut!"
Bocah perempuan berusia 10 tahun itu dengan terpaksa mengikuti langkah kaki pemuda berusia 13 tahun yang menyeretnya memasuki gudang.
KAMU SEDANG MEMBACA
H A N D ✔ SELESAI
RomanceWARNING ⚠🔞 Victor Alexander Tanovich Jarleo. Tan, seorang konglomerat berdarah biru pewaris perusahaan Rusia yang hidup untuk sebuah misi, membalaskan dendam tragedi yang membuat ia terutama Ibunya hidup dalam luka. Lama ia menunggu hingga akhirnya...