HAND PART 53 - Can We? (Before The Storm)

12.6K 739 106
                                    


Tan tersenyum sendiri ketika melihat mata indah Bila perlahan kembali terpejam setelah ia mengatakan kalimat yang begitu tiba-tiba itu.

"Selamat ulang tahun istriku."

Sebuah kalimat perwujudan dari kerinduannya selama seminggu ini. Ternyata Tan sadar, ia tidak bisa tinggal jauh dari istrinya yang kemudian membuatnya terdiam dan berpikir.

Lantas kenapa aku menyakitinya?

Hening.

Lagi-lagi logika dan perasaannya kembali bersitegang.

Tan merapatkan selimut Bila sebelum ponselnya tiba-tiba bergetar dan membuatnya terpaksa harus keluar dari dalam mobil untuk menjawab panggilan telepon itu.

"Ya Adam?"

"Kau dimana? Kau belum pergi ke lokasi yang ku sebutkan?"

"Belum."

"Kenapa?"

Tan terdiam, ia menengok sekilas ke belakang pada Bila yang tertidur pulas.

"Mobilku mendadak mogok."

"Apa?"

"Mobilku mogok, Adam."

"Oh, mau ku kirimkan mobil yang lain?"

"Tidak, tidak usah."

"Baiklah kalau begitu. Lanjutkan saja berbohongnya."

"....."

"Aku tahu kau sedang bersamanya. Kau pikir aku bodoh? Itu semua ulahmu kan membuat kekacauan di lantai 1 lalu diam-diam membawanya pergi?"

Tan terkekeh.

"Kau menelpon bukan hanya ingin menggodaku kan? Ada informasi apa?"

"Ah, benar. Pria yang awalnya diduga sebagai Michael Blue, ternyata benar itu dia. Tapi anehnya, dia terus-menerus muncul dan semakin menampak dirinya. Untuk itu aku menelpon mu, aku tidak ingin kau pergi ke sana. Bisa jadi itu hanya jebakan."

"Brengsek itu rupanya benar-benar ingin mati." Kesal Tan sambil memijat dahinya yang teras pening.

Atas semua kekacauan ini selama satu minggu setiap harinya ia hanya tidur selama dua jam.

"Untuk sekarang tetaplah di tempatmu, mansion sedang dibersihkan akan ku hubungi lagi kalau sudah selesai."

"Baiklah. Kau sendiri sedang dimana sekarang?"

"Aku sedang berada di Victor's Guard Tower, di Department IT. Rasanya semua peristiwa yang kita lalui selama seminggu ini terlalu janggal. Jadi aku sedang berusaha menelusurinya."

Tan terdiam menyadari bahwa betapa beruntungnya ia memiliki Adam di sampingnya yang bisa menjadi seorang kakak, sahabat, sekretaris, dan penjaga untuknya.

"Baiklah, kau boleh beristirahat sebentar Adam. Kalau kau sampai sakit, aku akan langsung memecatmu."

Terdengar Adam terkekeh di sana sebelum panggilan telepon itu berakhir.

Tan kembali menoleh sebelum masuk dan duduk di samping Bila, tersenyum lagi memuaskan dirinya untuk menatap wajah cantik Bila yang seminggu ini tidak dilihatnya. Kemudian perlahan ia ikut menurunkan kursinya hingga posisinya sama dengan Bila, melipat tangan kanannya sebagai bantal lalu meringkuk menyamping menghadap ke arah Bila.

Untuk sesaat Tan teringat akan pertemuan pertamanya dengan Bila dulu, saat itu ia tengah duduk menunggu dengan secangkir espresso di tangannya ketika sosok gadis cantik itu datang dengan tiba-tiba dan membuatnya terkesiap hingga ketika seorang anak kecil yang kebetulan lewat di depannya membantunya menemukan ide.

H A N D ✔ SELESAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang