Family

524 46 0
                                    

Singto menaiki tangga menuju lantai atas, menghampiri Bank yang lagi asyik main Nitendo.
"Phi...ayo.."Bank menepuk-nepuk lantai yang terselimuti karpet merah disisinya untuk ikut bermain game.
" Aku harus mandi. Mae dan Pho menunggu dibawah. Kau sudahi main game mu dan turun ke bawah, bantu Pho memasak daging."Singto berdiri melihat game yang di mainkan Bank.
"Sebentar phi...nanggung nich..."jawab Bank tanpa melihat Singto.
"Sebenarnya...kakaknya siapa sich!!"sindir Krist
"Hahahaha ya tentu saja kau..sayang..."Singto merangkulkan tangannya ke bahu Krist.
"Turunkan lenganmu dari bahuku!!"Krist melirik Singto.
"Kalian ini...kalau mau bermesraan di kamar sana."ucap Bank tanpa melihat ekspresi kakaknya yang sebenarnya kesal namun tersipu dengan godaan adiknya kini.
"Ayo...kita harus berada di bawah lagi."Singto mendorong tubuh Krist ke kamarnya. Sesaat Krist mengagumi kerapian kamar Singto lalu membayangkan kamarnya yang selalu dalam keadaan berantakan. Krist menggelengkan kepalanya. Singto langsung mengambil handuk, membiarkan Krist untuk melihat-lihat kamarnya. Krist melihat kaos putih polos, Hodie putih, celana jeans dan boxer bermotif yang tergeletak rapi yang memang untuk ukurannya di tempat tidur Singto. Lalu Krist berkeliling mengitari kamar Singto yang super besar dan luas dibanding kamarnya.
Krist tersenyum melihat photo Singto waktu kecil. Melihat kalender yang banyak ditandai kegiatan Singto. Krist memangguk-manggukkan kepalanya. Tak ada suara. Hanya senyum, gelengan kepala, anggukan kepala, matanya membelalak melihat begitu banyak novel drama, atau novel misteri dari Agatha Christie. Dan lagu-lagu lama dari music playernya. Saat Krist mendengar pintu kamar mandi, Krist mengambil bajunya yang tergeletak di ranjang.
Krist terkejut begitu melihat Singto keluar membalut daerah intimnya dengan handuk, Krist menutup kedua matanya, Singto tersenyum dan tinggal beberapa inci di depan Krist, saat Singto mendekatkan wajah di telinga Krist yang mampu dirasakan Krist dalam inderanya membuat jantungnya berdetak semakin cepat.
"Kenapa kau menutup matamu? Bukankah kau sudah tahu semuanya. Kita melakukan malam yang indah. Kau pasti selalu mengingatnya kan..."bisik Singto membuat seluruh wajah Krist memerah karena mengingat kembali semuanya. Krist lalu membuka matanya kesal berlari menuju kamar mandi membuat Singto tersenyum
"Aku suka bila dia terlihat lucu dan imut seperti itu. Ingin aku melumatnya tadi. Tapi aku harus membuka hatinya."gumam Singto.

You're my music [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang