SIV - 01

50.2K 2.8K 215
                                    

***

Kita akan flashback sebentar, dimana cerita kembali ke masa dimana Violet masih berusia empat tahun. Sebelum ada seorang laki-laki yang mengobrak-abrik hatinya, sebelum ia mengetahui dunia bisnis yang sangat kejam, sebelum kedatangan dari seseorang yang menyebutkan dirinya sebagai Mama, sebelum Violet tahu apa itu membunuh.

Violet yang berusia empat tahun itu selesai mandi dan memakai baju bergambar anggota One Piece, anime kesukaannya. Bocah mungil itu keluar dari kamarnya dan berteriak menghebohkan mansion.

"Papa! Thepatu Aku dimana thih?"

"Kak Ace! Kamu tahu eth krim yang ada di kulkath tidak? Kok gak ada ya?"

"Kak Zee, thelimut Aku yang One Piece dimana?"

"Kak Vernon! Vanya nangith teruth ituuuu!"

"Ini anak siapa sih cerewet banget?!" Seorang laki-laki muncul sambil berkacak pinggang. Irfan menatap Violet sambil melotot kecil, bukannya takut. Violet malah balas melotot, kemudian seseorang menutup mata Violet dengan tangan besarnya.

"Violet udah makan belum?" Tanya Rega dan menggendong putrinya. Bocah itu menggeleng, membuat rambutnya yang diikat kuda mengikuti irama gelengannya.

"Belum, Vio mau pizza"

"Oke, Papa pesan sepuluh box buat Violet" Bocah itu bertepuk tangan senang kemudian mengecup pipi Rega. Violet turun dari gendongan Rega saat mendengar suaranya dipanggil dari luar mansion. Violet meloncat dan membuka knop pintu mansion. Violet melihat tetangganya yang seorang bocah laki-laki berpipi bulat.

"Martin, mau ngapain?" Tanya Violet dan berjalan mendekati temannya.

"Ayo main ke rumah Aku, Aku punya mainan baru buat Kamu" Mata bulat Violet berbinar, bocah gadis itu mengangguk dengan semangat.

"Papa! Aku main ke rumah Martin thebentar!" Tanpa menunggu jawaban dari Rega, Violet dan Martin berlari dengan kaki kecil mereka sambil bergandengan tangan.
Rega dan Irfan yang melihat mereka berdua dari pintu mansion menggeleng gemas.

"Oh iya Re, Kau tidak berpikir akan menyekolahkan Violet dimana? Usianya sudah empat tahun, Kau harus melatihnya sejak kecil agar kepintaran Fira menurun padanya"

"Heh, Aku juga pintar. Violet pasti akan pintar dengan sendirinya. Bocah itu lebih dulu pintar dibanding bocah lain seumurannya. Kau tahu kemarin apa yang dia lakukan?"

"Apa?"

"Kemarin malam dia membacakan puisi untukku, dan kata-kata yang ia ucapkan itu adalah hasil dari otaknya sendiri. Aku sampai menangis"

"Puisi?"

"Puisi tentang terima kasih kepadaku karena telah merawat Violet sebagai Papa sekaligus juga sebagai Mama. Kata-katanya sangat menyentuh, andai Fira masih ada. Mungkin dia akan sangat bahagia" Irfan melirik wajah Rega yang tampak sendu. Di usianya yang mencapai lima puluh lima tahun, Irfan masih terlihat sehat dan awet muda. Laki-laki itu merogoh saku celananya saat ponselnya bergetar. Lagi-lagi Irfan melirik kearah Rega setelah membaca nama seseorang yang menghubunginya. Irfan beranjak dari duduknya dan menjauh dari jangkauan Rega.

***

Violet masuk kedalam rumah keluarga Martin yang tampak lumayan besar dibanding mansion keluarganya. Bocah gadis itu melihat sekeliling rumah Martin yang tampak sepi. Martin menarik tangan Violet dan berjalan menuju lantai atas kamar Martin.

Bocah laki-laki itu sibuk mengambil sesuatu di sebuah kotak besar, Violet duduk di ranjang menunggu Martin yang masih mencarikan mainan baru untuk Violet. Menangkup kedua pipi dan menggoyangkan kedua kakinya, Violet menghela nafas pelan. Melirik Martin yang mulai mendekatinya dengan membawa sebuah boneka besar, boneka anjing yang lebih besar dari tubuh kecil Martin. Mata Violet berbinar, bocah itu melompat dari ranjang dan berlari menghampiri Martin.

"Martin! Ini buat Aku?!" Tanya Violet antusias. Martin mengangguk dan tersenyum lebar memperlihatkan gigi kecilnya yang putih dan bersih. Violet melompat girang sembari memeluk boneka pemberian Martin.

"Martin, ayo makan. Ajak Violet juga!" Teriak seseorang dari bawah lantai.

"Ayo Vi, dipanggil Mama Aku" Ucap Martin yang diangguki Violet.

Mereka berdua berjalan bersama menuju lantai bawah, di meja makan sudah ada ada Papa dan Mama Martin. Papa Martin sedang membaca koran, sedangkan Mama Martin sedang menyiapkan makanan diatas meja.

"Hai Violet, Kita makan bersama yuk" Ucap Mama Martin sambil mencubit kedua pipi Violet dengan gemas. Violet tertawa kecil dan mengangguk.

Mama Martin–Maria. Mengambilkan piring dan menyiapkan makanan untuk mereka berdua. Sedangkan Papa Martin–Marco, melipat koran dan duduk sambil menatap Martin dan Violet. Laki-laki seumuran dengan Mark itu terkekeh saat Violet mulai makan dengan mulut mungilnya.

"Violet kapan mulai sekolah?" Tanya Marco kemudian menyeruput kopinya. Violet berhenti mengunyah dan menatap Marco. Sesaat Marco terdiam, tatapan Violet terlihat polos. Tapi mata tajam itu seperti ingin menusuk seseorang.

"Thekolah?" Tanya Violet. Marco mengangguk.

"Martin besok mulai sekolah di dekat sini, memangnya Papa Violet belum mendaftarkan Violet?"

"Violet tidak tahu, nanti Violet tanya Papa deh"

Violet kembali melanjutkan makannya, mata mungilnya menatap Martin yang tengah disuapi oleh Maria. Bocah mungil itu selalu bertanya didalam hati. Mama Violet kemana? Kok Violet cuma punya Papa?. Violet berhenti makan, mendadak bocah itu tidak ingin menelan makanan.

"Anu, Violet pulang dulu ya tan, om. Maaf makanannya tidak habith, makathih bonekanya Martin. Violet thuka" Violet melambai kecil sambil berlari keluar rumah. Marco dan Maria saling berpandangan bingung.

Violet menghela nafas dan duduk di bangku taman belakang mansion, bocah itu memeluk boneka anjing yang lebih besar dari tubuhnya.

"Kenapa thih? Mama kemana? Papa thendirian, Violet gak punya Mama kayak teman-teman" Bocah itu merengut sebal. Bingung juga ingin melakukan apa. Tiba-tiba terdengar suara gonggongan anjing. Violet mengedarkan pandangannya dan menemukan anjing kecil yang memiliki bulu tebal berwarna putih. Mata Violet berbinar dan segera menggendong anjing kecil itu, melupakan boneka anjing yang dibiarkan di bangku taman.

"Queen dari mana? Violet thendirian tau" Violet menimang Queen–anak anjing dari Edward. Dua bulan yang lalu Edward tiba-tiba datang kembali setelah menghilang selama tiga hari, dan membawa anjing kecil yaitu anaknya. Heh, semua penghuni mansion digemparkan oleh seekor anak anjing.

Violet berjalan menuju bangku tadi yang ia duduki, Queen menjilati pipi bulat Violet membuat bocah itu terkikik geli. Violet menghentikan langkahnya saat bangku yang ia duduki tadi kini telah diduduki orang lain. Seorang wanita tinggi, dengan high heels merah setinggi sepuluh cm. Lipstick semerah darah, bibirnya melengkung memperlihatkan sebuah senyuman menawan dan elegan.

"Tante thiapa?" Wanita itu terkekeh saat mendengar Violet yang cedal 's'. Wanita itu menepuk bangku disebelahnya, Violet menatap kagum wanita dihadapannya sampai menganga. Terkekeh lagi, wanita itu menggendong Violet dan mendudukkannya didekatnya.

"Mulai sekarang, panggil tante Mama" Ucap wanita tersebut. Violet menutup bibirnya.

"Mama? Kenapa Mama? Violet gak punya Mama. Tante thiapa?"

"Mulai sekarang Violet panggil tante Mama ya, oh iya kita kenalan dulu. Nama tante Fira, nama Kamu Violet kan?"






Tbc.

Hehe.

Flashback sebentar ya 😊

Ciki harap kalian gak bosen sama cerita Ciki.

Oh iya, sekalian mampir di cerita Ciki yang lain kuy.

Maaf gak bisa bales komen kalian satu-satu. Tpi Ciki baca kok.

*Th = S

She Is Violet✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang