SIV - 75

15K 1.3K 364
                                    


Azka masih dengan senyuman jahilnya menggaruk tengkuknya, bocah tiga tahun itu duduk di antara Brandon dan Quenza. Menjadi penengah di antara keduanya. Brandon menatap datar bocah itu yang kini sedang menatap Quenza.

"Kak Quenza yang cantik kapan datangnya?"

"Tadi, pas Azka tidur"

"Kakak cantik udah makan belum?"

"Udah, sama Kak Brandon tadi"

Azka tersenyum, menatap Brandon yang menatapnya datar.

"Kau mau kakak cincang?" Tanya Brandon yang mendapat gelengan menggemaskan dari Azka.

"Kalau begitu cepat pakai baju, kakak akan memberikanmu es krim kalau Azka sudah pakai baju" Azka mengangguk dengan semangat, berlari menaiki tangga membuat 'burung' mungilnya berguncang.

Brandon meraih lembut tangan Quenza kemudian menuntunnya menuju kamar Brandon. Remaja itu menaiki tangga sebelah kanan, menghindari Azka.

"Quenza, Kamu jangan sampai pindah haluan ya?" Ucap Brandon kepada gadis mungil itu.

"Hm? Pindah haluan apa?" Tanyanya dengan mengerjap polos.

Brandon menggigit bibir gemas, gadis dihadapannya ini benar-benar. Brandon mengunci kamarnya agar Azka tidak bisa masuk, biarlah. Remaja itu menganggap Azka musuhnya untuk sementara.

"Kita ke balkon aja" Brandon mengajak Quenza menuju balkon kamarnya. Dan Quenza menurut saja.

"Brandon, buka pintunya" Suara Fira dari luar kamar membuat Brandon menegang. Remaja laki-laki itu mengerjap kemudian menatap Quenza yang menatap bingung.

Dengan perlahan Brandon membuka pintu kamar, memperlihatkan Fira yang tengah bersidekap dada dengan tatapan nyalang. Berbeda dengan Rega yang mengangkat alis dengan jahil. Brandon yang mengerti maksud kakeknya mendelik, menyuruh untuk diam.

"Grandpa dan Grandma akan pulang, jangan macam-macam Brandon. Kau masih kecil" Ucap Fira membuat Brandon mengangguk kecil.

"Sebentar lagi Ace dan Kayla akan kesini, Kau dan Quenza bisa menginap disini selama tiga hari"

"Baik grandma"

Brandon mengangguk patuh, Fira segera menggandeng lengan Rega menuju lantai bawah. Mereka sedang ada urusan, jadi berniat untuk pulang terlebih dahulu.







***





Zero menatap Violet yang terlelap dengan nyenyak, laki-laki itu menarik selimut untuk menutupi badan mereka yang tidak memakai sehelai benang pun. Zero terkekeh saat Violet tidak sengaja mendengkur, tiga tahun menikah dengan Violet. Zero baru tahu saat wanitanya itu mendengkur, itupun hanya sebentar. Meskipun begitu, Violet tetap cantik di mata Zero.

Dengan lembut Zero memeluk tubuh istrinya, dia benar-benar mencintai wanita yang sedang ia peluk itu.

"Zero~" Gumam Violet dalam tidurnya.

"Hm? Aku disini sayang"

Zero menatap gemas wajah Violet yang terlihat begitu polos saat tidur. Juga bibir Violet yang sedikit terbuka. Laki-laki itu tersenyum jahil, kemudian menyesap bibir Violet layaknya sebuah permen.

Violet yang merasa tidurnya terusik mulai membuka mata, menatap datar laki-laki yang menyesap bibirnya layaknya sebuah permen. Yah, karena itu begitu candu. Violet membalas dengan lumatan-lumatan kecil.

"Kau sudah tidak lelah?" Violet menggeleng sebagai jawaban.

"Ayo pulang, 3A pasti mencari kita"

She Is Violet✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang