SIV - 11

24.6K 1.6K 116
                                    


Violet mengusap pipinya dengan pelan, kemudian menatap Kai dengan tajam. Vanya menelan ludahnya kasar dan menatap miris Kai. Laki-laki itu kini tengah menunduk.

"Maaf, Aku hanya ingin menyadarkanmu" Ucapan maaf Kai hanya dianggap angin lalu oleh Violet, gadis itu pergi dari hadapan Kai dengan sorot mata elang. Tajam dan menusuk. Beberapa murid yang melihat kejadian tersebut dan sempat memvideo langsung memasukkan ponsel mereka kedalam saku celana saat mata Violet tertuju kepada mereka.

"Delete" Mengambil ponsel dari dalam saku kemudian menghapus video beberapa menit yang lalu. Violet pergi dari halaman, Vanya menepuk pundak Kai.

"Ayolah, dia tidak akan marah terlalu lama. Berikan dia sesuatu, bukankah Kau tahu kelemahannya?" Tanya Vanya sambil mendongak. Kai mengangguk.

"Ya, coklat. Boleh Aku pinjam uangmu"

Plak

***

From Unknown number :
Nanti malam ada sirkuit balap, Kau mau ikut?

Violet mengernyitkan dahinya saat nomor telfon yang tidak ia ketahui telah mengiriminya sebuah pesan. Gadis itu berfikir siapa pemilik nomor tersebut, seharusnya. Tidak ada orang asing yang mengetahui nomor ponsel Violet kecuali keluarga dan beberapa ketua perwakilan anggota.

From unknow number :
Oh iya, ini nomor ponselku yang baru. Aku Donna.

Violet membulatkan matanya dalam satu detik, kemudian kembali memasang wajah datarnya.

To Unknown number :
Je viendrai.

Violet membalasnya menggunakan bahasa Prancis. Gadis itu kemudian mengecek jam tangannya. Pukul dua siang, mengambil tas punggungnya. Kemudian menyampirkannya ke bahu. Berjalan menuju keluar kelas. Vanya menggembungkan pipinya melihat Violet keluar dari kelas, padahal belum waktunya jam pulang. Gadis berpipi tembam itu kemudian menatap Kai yang tengah menyandarkan kepalanya di bangku meja.

Vanya mendengus pelan, kemudian mengambil coklat batangan di tasnya. Mulai membuka bungkusnya dan memakannya dengan pelan.

"Violet mau kemana ya? Masih marah gak ya tuh anak? Gara-gara si Kai goblok." Gumaman Vanya hanya bisa didengar olehnya sendiri. Karena isi didalam kelas sangat ramai, semua murid sibuk dengan kelakuan masing-masing.

Vanya berhenti mengunyah saat sosok Violet kembali terlihat di ambang pintu, mata tajam Violet beredar ke seluruh kelas.

"Jika ada yang ramai, keluar dari sekolah." Suasana sepi. Berubah seratus delapan puluh derajat. Semua bibir terkatup rapat. Mata Violet berhenti kepada salah satu siswa.

"Kau, mata empat. Catat siapapun yang mengeluarkan suara sedikitpun. Tunggu sampai gurunya datang"

Violet pergi, sama sekali tidak ada suara. Mereka semua sangat patuh, daripada dikeluarkan dari sekolah dengan tidak hormat. Hanya akan membuat malu. Zero memejamkan matanya saat mendengar nama panggilan dari Violet 'mata empat'. Laki-laki itu mendengus. Apa salahnya menggunakan kaca mata?.

Semua murid memilih untuk membaca buku, novel, mendengarkan musik, dan juga tidur. Tidak ada suara sedikitpun. Kai mencari harta karun menggunakan jari kelingkingnya. Laki-laki itu tampak bosan, dan juga banyak pikiran. Seperti orang frustasi.

Seorang guru perempuan memasuki kelas. Beberapa siswa ternganga melihat guru tersebut yang cantik, bodi dan semuanya oke. Mata para siswa menjadi segar dan tidak ada lagi kata mengantuk, hanya ada semangat.

"Selamat sore. Saya baru pertama kali memasuki kelas ini, ternyata kalian semua sangat disiplin. Saya suka murid-murid yang pendiam. Tapi kalau sampai tidak ada suara sedikitpun bukankah itu terlalu..... Emm apa ya, sepertinya kalian tidak bebas. Apa hal ini perintah dari seorang guru?" Guru cantik itu bertanya dengan suara halusnya. Salah satu siswa menggeleng.

She Is Violet✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang