SIV - 04

30K 2K 107
                                    


Bel masuk berbunyi, seluruh murid berbondong-bondong memasuki kelas masing-masing. Violet duduk di bangku paling belakang pojok kanan dari meja guru. Dia duduk sebangku dengan Vanya, sedangkan Kai duduk bersama sahabat laki-lakinya.

"Aku dengar ada murid pindahan dari Cardiff, laki-laki." Ucap Vanya memulai obrolan sambil membuka buku paket yang tadi ia ambil dari loker. Violet bersandar pada dinding disampingnya, tanpa melirik Vanya.

"I don't care" Jawab Violet dan fokus pada ponselnya, berkomunikasi dengan beberapa  ketua perwakilan Black Blood dari berbagai negara.

"Kalau tampan akan Aku sihir dia dengan pesonaku" Ucap Vanya dengan mata berbinar. Violet meliriknya sebentar kemudian kembali fokus pada ponsel.

"Turunkan dulu berat badanmu, agar dia lebih terpesona" Vanya melirik Violet, merasa tertohok. Gadis itu mendengus dan melipat kedua tangannya diatas meja. Berat badanku kan hanya 55 kg, lagipula Aku terlihat lucu dengan pipi tembam. Gadis itu mempoutkan bibirnya, tapi Vanya memiliki tinggi 170 cm, jadi berat badannya menjadi tidak masalah.

Kai sedang bercanda dengan sahabat laki-lakinya, kemudian menutup mulut saat seorang guru laki-laki datang dengan kaca mata bulatnya. Sambil membawa beberapa kertas ditangannya.

"Anak-anak, Kita kedatangan murid baru hari ini. Dia pindahan dari Cardiff, silahkan masuk" Ucap guru tersebut dan mempersilahkan seorang murid laki-laki masuk kedalam kelas.

Violet menutup matanya, dia yakin kalau sebentar lagi telinganya akan sakit akibat teriakan melengking dari Vanya dan beberapa siswi lainnya.

"Marcellio Zero Casio, panggil Zero" Tidak ada tepuk tengan, tidak ada yang berteriak nyaring, suasana kelas hening. Violet membuka matanya, merasa penasaran karena tidak ada siswi yang berteriak.

Seorang laki-laki dengan tinggi 190 cm berdiri didepan kelas dengan tatapan datar, memakai kacamata bulat, pakaian yang sangat rapi, rambut dengan cukuran mangkuk, rahang wajah yang tegas, dan juga tatapan mata yang tajam dan dingin,  lalu tas punggung yang melekat sempurna di punggungnya. Violet mengernyit. Nerd boy?

"Baiklah, Zero. Kau bisa duduk dibelakang Kai" Kai mengangkat tangannya agar Zero mengetahui letak tempat duduknya. Zero melangkah dengan pelan, dengan gaya slow motion ia duduk dibangku dengan sempurna.

"Buka buku paket halaman tiga puluh sembilan, kita ulangi pelajaran sebelumnya sampai kalian benar-benar paham" Beberapa murid mencibir tanpa suara. Guru tersebut berhenti menulis di papan, kemudian menoleh kebelakang melihat murid-murid. Beberapa dari mereka menelan ludah, takut ketahuan saat mencibir tadi.

"Oh iya, apa ketua kelas dan wakil sudah di pilih?" Sebagian murid yang mencibir tadi menghela nafas lega.

"BELUM MR.!"

"Baiklah, kalian memilih menunjuk sendiri atau saya tunjuk?"

"MENUNJUK SENDIRI!"

"Baiklah akan saya tunjuk" Lagi, beberapa dari mereka mencibir.

Guru tersebut sedikit berpikir sambil menatap murid dikelas, beberapa dari mereka menunduk. Takut disuruh menjadi ketua kelas, hal itu sungguh merepotkan. Guru tersebut tersenyum setelah memikirkan murid yang cocok menyandang sebagai ketua kelas.

"Violet Starlit Princess Zevallo, mulai sekarang Kau menjadi ketua kelas" Tidak mengangguk dan tidak juga menggeleng. Violet menoleh kearah kaca disampingnya, membiarkan guru tadi yang tengah mengangguk puas dengan keputusannya sendiri.

"Dan wakilnya....." Guru tersebut kembali menatap murid-muridnya, sama seperti tadi. Beberapa dari mereka menunduk takut terpilih.

"Zero, Kau wakil ketua kelas mulai sekarang" Zero tidak tersenyum, tapi laki-laki itu mengangguk sopan dan menerima keputusan gurunya tanpa membantah.

She Is Violet✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang