SIV - 45

18K 1.3K 264
                                    


Violet mengerjap dan melepaskan tautan bibirnya dengan bibir Zero, gadis itu bahkan tidak sadar jika dirinya berada di pangkuan Zero. Mengambil ponselnya yang berdering, Violet menempelkan ponselnya begitu sambungan telepon tersambung.

"Bagaimana dengan Mr. Roger?" Tanya sebuah suara yang diyakini adalah Fira. Violet menatap Zero sebentar, laki-laki itu sedang mengusap bibirnya yang memerah dan juga basah. Berdehem kecil, Violet menjawab pertanyaan Fira dengan tenang.

"Mati"

"Sudah kudugong. Yasudah, perusahaan Ace tidak akan bangkrut hanya karena kehilangan satu kolegan bisnis. Kalian berliburlah selama seminggu disana. Jaga kesehatan, Kau membawa obat 'kan?"

"Aku sudah tidak meminumnya dua bulan yang lalu"

"Ah baiklah, sekarang obatmu adalah Zero 'kan? Tidak apa-apa, jangan malu dengan Mamamu sendiri. Jangan terburu-buru membuatkan cucu untuk Mama, Aku akan punya dua cucu. Jika kalian ingin-ehem berhubungan badan jangan lupa pakai pengaman"

"Hm"

"Oke, Mama tutup ya. Kemana Brandon?"

"Hilang"

"Biarkan saja, nanti dia akan kembali dengan banyak makanan. Oke, bye my princess"

"Bye mom"

Violet menatap layar ponselnya yang mati, gadis itu menyandarkan tubuhnya ke dada bidang Zero. Laki-laki itu mengelus kepalanya dengan lembut.

"Kau tidak ingin cerita?" Tanya Zero dengan nada khawatir.

"Aku teringat Martin. Tidak mudah untuk melupakannya, apalagi kepergiannya yang disebabkan olehku. Kita hidup bertahun-tahun, tapi... Entahlah. Kau marah?"

"Ya, Aku marah. Aku marah karena Aku tidak bisa membuatmu melupakan cinta pertamamu. Entahlah, Aku marah"

"Zero, jangan seperti ini. Aku memang tidak bisa melupakan Martin. Tapi bukan berarti Aku masih mencintainya, jika Aku tidak mencintaimu. Untuk apa Aku menerimamu sebagai kekasihku?"

"Kau juga menerima Liam waktu itu"

"Kau tahu alasannya Zero"

"Ya, Aku tahu. Bisakah Kita berhenti membahas ini? Aku lapar, sekalian kita mencari Brandon"

"Baiklah"

***

Brandon melahap pizza terakhirnya dengan potongan besar, kedua pipinya tampak lebih besar. Bocah itu mengunyah sambil mengelap sudut bibirnya yang dipenuhi saos, Hani yang berada didepannya terus menatap pergerakan bocah kecil itu.

"Sudah? Ayo kita cari kakakmu" Brandon mengangguk dan menerima uluran tangan Hani. Bocah itu kembali menatap Agatha yang juga menatap dirinya, Brandon mengerjap kemudian melengos pergi.

"Dia kenapa sih?" Gumam Agatha dengan raut wajah bingung.

Brandon sangat senang karena digandeng oleh kakak cantik seperti Hani, dia juga menebarkan pesonanya kepada karyawan lainnya. Brandon mengaduh saat tidak sengaja menabrak seseorang.

"Gimana sih? Kalo jalan liat-liat dong. Kepala Blandon sakit kebentul-ups" Brandon mendongak dan mendapati tatapan datar dari Violet, bocah itu melangkah mundur dengan cengiran bodoh.

"Maaf Nona Violet, tadi Brandon kelaparan. Jadi saya menemaninya di kantin" Ucap Hani sambil menunduk. Pandangannya memuji betapa sempurnanya Violet dari atas kepala sampai bawah. Hani juga bersiul kecil saat melihat Zero, sedangkan Zero sama sekali tidak melirik Hani. Violet mengangkat alisnya melihat tatapan Hani kepada kekasihnya, Violet memberikan sebuah kode kepada Zero. Laki-laki itu memgangguk kemudian merangkul pinggangnya.

She Is Violet✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang