SIV - 79

16K 1.5K 646
                                    

Ciki boleh minta spam komen? Lagi sedih :(


---



Zero menatap Violet yang masih setia memejamkan matanya pasca selesai operasi. Wajah wanita itu tampak pucat, sedari tadi Zero setia menggenggam tangan Violet. Tidak peduli dengan pekerjaan penting yang harusnya tidak boleh ia lewatkan.

"Bangun sayang" Laki-laki itu berucap pelan. Tiga jam lamanya dia duduk sembari menunggu Violet sadar. Zero tidak tega, sangat tidak tega. Jika saja dia tidak menuruti permintaan Violet tadi, Violet pasti baik-baik saja dengan janin mereka. Jika saja tidak ada laki-laki suruhan Agatha, Violet pasti baik-baik saja. Semuanya hanya jika saja. Zero menghela nafas, merasa tidak becus untuk melindungi istrinya sendiri.

"Tidak apa-apa, jangan sedih. Mungkin belum rezeki kalian berdua untuk memiliki anak baru. Kalian bisa membuatnya lagi, Kau masih kuat 'kan?" Rega menepuk pundak menantunya sebagai penyemangat. Zero tersenyum kecil.

"Papa benar, Kami masih sanggup untuk membuat yang baru."

"Jangan sekarang, putriku masih belum sembuh"

"Aku tahu"

Keduanya terkekeh pelan, Fira menatap dua orang dihadapannya itu dengan pandangan datar. Dasar laki-laki. Tapi saat mengingat pemberian Zero tadi pagi, Fira ikut tersenyum sambil mengelus pundak menantunya.

"Rega benar, kalian masih muda. Masih sanggup untuk memberikan kami lebih banyak cucu, Mama sangat mendukung. Semangat ya, menantuku tersayang"

Giliran Rega yang menatap datar, laki-laki itu bisa menebak apa isi pikiran istrinya yang pastinya sudah dipenuhi berlian dan emas yang langka. Zero tersenyum senang, menepuk dadanya dengan bangga.

"Tentu saja, Aku akan berusaha"

Alena dan Mike masuk kedalam ruangan sambil membawa buah-buahan yang tampak segar. Mereka berdua keluar setelah membayar adminitrasi Violet. Sedangkan Ace, Zeevana, dan Vernon pulang karena ada kepentingan.

Rega langsung mencomot apel yang baru saja di pegang oleh Mike, hampir menggigit apel tersebut. Dengan kesabaran penuh, Mike menendang pantat Rega dengan wajah tanpa dosa.

"Kampret, gue tendang tytyd kecil lo nyaho pasti" Ucap Rega dengan Bahasa Indonesia. Lahir dan hidup bersama sejak kecil membuat mereka jauh lebih akrab. Apalagi kini keduanya sudah menjadi besan.

"Tendang aja kalo bisa" Tantang Mike tak kalah sengit. Dua laki-laki itu terlibat tatapan tajam dan seolah-olah keluar cahaya laser dari mata mereka.

Zero menghela nafas melihat Papa dan Papa mertuanya yang bertingkah seperti anak kecil, apa mereka berdua lupa kalau mereka sudah mempunyai cucu? Seharusnya bisa lebih normal sedikit.

Zero menunduk, menatap Violet yang juga menatapnya dengan diam. Laki-laki itu melotot karena kaget, Violet tidak mengatakan apa-apa saat sadar. Zero sampai tidak menyadarinya.

"Violet, bayi kita. Maafkan Aku, seandainya Aku membantumu menahan laki-laki tadi. Tidak akan seperti ini" Zero berucap dengan sorot mata sayu, Violet tersenyum kecil. Mengelus rambut suaminya dengan pelan.

"Tidak apa-apa. Kita bisa berusaha lagi. Jangan merasa sedih sayang, memang bukan rezeki kita. Kita masih punya 3A kalau Kau lupa"

Ucapan dan usapan lembut Violet membuat Zero terenyuh, laki-laki itu mengecup bibir istrinya dengan lembut. Tidak memperdulikan mertua dan orang tuanya yang menjadi patung disana.

"MOMMY!!" Aura berlari dengan kencang, kaki mungilnya terlihat begitu cepat menghampiri Violet berada.

Gadis kecil itu melompat berusaha duduk di ranjang. Aura mendongak, menatap satu persatu kakek dan neneknya dengan raut wajah dingin. Mereka tertegun sejenak, Fira berdehem kecil, kemudian menggendong Aura dan mendudukkannya di samping Violet.

She Is Violet✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang