SIV - 08 (Flashback)

22K 1.8K 56
                                    


Fira kembali masuk kedalam Rumah Sakit, digendongnya cucunya dengan pelan. Suara ketukan high heels-nya dengan lantai menggema saat ia berjalan dengan anggun. Tatapannya yang hanya tertuju didepan, dengan dagu sedikit di angkat. Sama sekali tidak terlihat tua.

Brandon bergerak pelan, bayi itu merengek sebentar kemudian kembali tidur. Fira mengernyit, sepertinya cucunya ini suka tidur. Fira memasukkan Brandon kedalam Inkubator, kemudian menelepon anggota Black Blood.

Tidak ada sepuluh menit, sepuluh anggota datang dengan pakaian casual mereka.

"Jaga Brandon, jika ada yang macam-macam. Bunuh saja"

"Baik Boss!"

"Suara kalian terlalu keras, jangan sampai Brandon bangun sebelum waktunya"

"Baik boss"

Fira mengibaskan rambutnya pelan kemudian keluar dari ruangan inkubator, menatap sisa darah dari mayat suster yang masih susah dihilangkan nodanya pada dinding. Mengangkat kakinya kemudian mencoret dinding dengan high heels yang ia gunakan. Sedangkan kedua tangannya bersidekap dada. Beberapa anggota yang berjaga di luar ruangan menelan ludah mereka saat melihat alis mengkerut Fira.

Tanpa mengucapkan sepatah kata 'pun, Fira pergi meninggalkan lorong inkubator dengan langkah santai. Tujuannya sekarang melihat putra dan menantunya. Sedangkan Violet ia biarkan, apapun yang terjadi nanti. Violet akan baik-baik saja, karena bisa dipastikan Martin yang tidak akan baik-baik saja.

***

Mata Violet menggenang air mata, dengan kasar Violet mengusap air matanya. Menatap nyalang Martin yang kini tersenyum remeh menatapnya. Jennie juga tersenyum remeh, tapi masih terdapat raut kesakitan pada wajah wanita tersebut.

"You’re rattle me, don’t expect too much" Ucap Martin dengan nada santai, Violet berusaha tidak tersulut emosi.

"Benarkah? Bukankah yang menjadi mainan disini adalah Kau?" Tanya Violet. Senyuman miring mulai terlihat, Martin menatap waspada sekeliling.

"Tenang saja, anggota Black Blood tidak akan melukaimu"

"Hmp, seharusnya Kau berhati-hati. Sebuah kelompok mafia mengincarmu" Violet mengangkat alisnya tinggi, kemudian berjalan mendekati Martin. Violet sedikit mendongak, kemudian menyentuh dagu Martin dengan jari telunjuknya.

"Aku sudah berhati-hati dari tadi, lagipula. Ketua mafia itu sekarang berada di hadapanku" Ucapan itu terdengar sangat santai. Tidak ada nada emosi atau apapun, hanya nada yang dipenuhi kemalasan.

"Sudah kuduga, Kau lebih pintar dari yang kuduga"

"Thank you for his praise"

"Kau tidak takut?" Tanya Jennie tiba-tiba. Violet memandang remeh Jennie, kemudian menatap kembali Martin.

"Untuk apa Aku takut kepada seorang laki-laki pengecut, apalagi seorang pelacur sepertimu" Martin dan Jennie menahan emosi mereka yang akan meledak, tentu saja. Karena dua puluh anggota Black Blood sekarang sedang mengepung mereka.

"Sebenarnya Aku tidak ingin memanggil kalian, tapi pasti ini perintah Mama. Sebaiknya kalian diam saja, Aku sendiri yang akan mengurus kedua calon mayat ini"

"Baik boss!"

"Apa Lisa sudah ditemukan?"

"Sudah boss! Mayatnya sudah kami bakar!"

"Good, Mama sudah tahu?"

"Sudah boss!"

Violet tersenyum miring melihat wajah pucat Jennie.

She Is Violet✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang