SIV - 54

18.3K 1.2K 141
                                    


Brandon mengerjapkan matanya saat merasakan guncangan pada tubuhnya, bocah itu kembali mengerjap dan melihat suasana. Brandon mengerutkan alisnya begitu sadar bahwa dirinya sekarang berada di sebuah mobil yang sedang melewati jalan bebatuan. Pantas saja sejak tadi dirinya merasakan guncangan di seluruh tubuhnya.

"Ini mau kemana sih?" Gerutu Brandon sambil menepuk kepala sopir dengan begitu kencang, terbukti dengan teriakan dari laki-laki tersebut.

"Dasar anak kecil! Diam saja di tempatmu! Aku akan membawamu ke sebuah tempat, dan menunggu jaminan untuk mengembalikanmu!" Ucap laki-laki berusia sekitar 35 tahun dengan nada keras.

"Jaminan?" Gumam Brandon bingung. Bocah itu memiringkan kepalanya berfikir tentang 'jaminan' sesuatu kata yang masih terdengar asing oleh bocah yang sekarang genap tujuh tahun.

"Paman, jangan bentak Blandon ya. Blandon gak suka, bisa Blandon bilangin ke Kak Vio loh"

"Huh? Violet? Apa yang bisa dilakukan Violet? Dia hanya anak bungsu dalam keluarga Zevallo. Aku dengar dia tidak memiliki kemampuan apapun, hanya mengandalkan wajahnya yang cantik. Aku tidak tahu secantik apa dia, tapi jika dia mau memberikan uang yang Aku minta. Aku akan langsung mengembalikanmu"

"Ngomongapasih? Gakjelasbanget" Gumam Brandon dengan menggunakan Bahasa Indonesia tanpa jeda. Alhasil membuat pria itu kebingungan.

***


Violet mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi, Zero yang duduk disamping kemudi terus menutup mulutnya. Perutnya mual karena Violet mengendarai mobil dengan tidak aturan, sungguh. Zero ingin memuntahkan isi perutnya saat ini, tapi dia takut akan mengotori mobilnya sendiri.

Violet terus mengecek jam tangannya, jam tangan itu menampilkan sebuah peta kecil. Tanda hijau mengarah ke sebuah tempat yang sepertinya Violet tahu kemana arah penculik membawa Brandon. Violet kembali menekan beberapa angka kode di jam tangan touchscreen-nya.

"Cari tahu siapa yang bermain-main denganku" Ucap Violet mengarahkan suaranya ke jam tangan.

"Siap boss!" Suara lantang dan hormat terbalas dari seberang.

Zero sudah memejamkan matanya tidak kuat, laki-laki itu mual dan benar-benar ingin turun dari mobil. Tapi tidak bisa ia pungkiri kalau dia sendiri saat ini tengah mengkhawatirkan bocah setan semacam Brandon. Bagaimana kalau penculik macam-macam dengan Brandon? Bagaimana kalau Brandon tidak diberi makan disana? Zero mengkhawatirkan perut Brandon. Semoga perut kecil, bulat, dan buncit itu tidak kempes. Doa Zero dalam hati.

***


Di tempat Fira berada, wanita yang sudah disebut 'nenek' itu duduk santai di sofa kesayangan yang tempatnya berada di antara sofa ruang tamu. Matanya menatap ke layar laptop yang menampilkan penculik Brandon. Mulutnya mengunyah kukis rasa vanila dengan nikmat, sesekali menyuapi Rega yang bersandar dibahunya dengan manja. Tidak terlalu memikirkan cucunya yang paling menggemaskan diculik oleh penjahat yang mungkin bisa membahayakan nyawa Brandon.

"Apa Violet sudah bergerak?" Tanya Rega sambil mengunyah kukis. Fira mengangguk kecil.

"Dia sangat cepat, penculik mungkin tidak menyadari kamera kecil yang ada di baju Brandon. Bahkan si pemakai baju juga pasti tidak akan pernah menyadari"

"Hm, Aku yakin sekali. Yang Brandon sadari hanya cewek cantik"

"Berhenti mengajari yang iya-iya kepada cucu kesayanganku"

"Dia juga cucuku Fir, Kau ini bagaimana sih? Suapi Aku lagi!" Fira menyumpal beberapa kukis kedalam mulut Rega. Laki-laki itu langsung diam dan fokus mengunyah.

She Is Violet✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang