SIV - 10

23.5K 1.7K 114
                                    


Violet terus berlari berlawanan arah dengan para murid, menabrak bahu murid-murid yang ia lewati. Bahkan ada kepala murid yang menabrak bahu Violet karena perbedaan tinggi yang menonjol. Violet terus berlari, matanya hanya tertuju ke depan. Mencari seseorang yang sangat ia benci sekaligus ia cintai. Violet tidak bisa mengelak, kalau dia merindukan seseorang tersebut.

"Hei! Kenapa kalian lari?!!" Tanya salah satu laki-laki dengan seragam berbeda. Dia adalah salah satu anggota gangster Black Monster. Violet menarik kerah leher laki-laki tersebut yang kebetulan tinggi badannya hanya sebatas bahu Violet.

"Dimana Martin?!" Tanya Violet sambil menatap tajam laki-laki tersebut, apalagi dengan suara dingin dan datar. Laki-laki yang awalnya memasang wajah sombong itu kini menjadi bergetar ketakutan.

"D-di seb-belah selat-tan" Violet melepaskan kerah leher baju laki-laki tersebut secara tiba-tiba. Membuat pantat laki-laki itu mencium lantai yang keras dan dingin. Violet berlari, jantungnya berdetak dengan kencang.

Violet berhenti berlari saat nafasnya mulai bergemuruh, matanya mengedar mencari sosok yang ia kenal. Tangan kanannya mengambil pistol dari balik bajunya saat mendengar suara gesekan. Mata tajamnya menatap waspada sekitarnya. Violet mendekat kearah dinding.

Dor! Dor!

Tapi tidak ada seseorang, mata Violet mulai memanas. Air matanya siap menetes bersamaan dengan emosinya yang membuncak. Mata Violet membulat saat melihat sebuah lukisan yang berada di dinding sampingnya. Matanya menelisik lukisan tersebut, yang menampilkan sebuah kode.

J-15-11-05

Vanya dan Kai berhasil menyusul Violet, mereka bertiga memperhatikan kode tersebut. Dilihat dari cairan yang berasal dari lukisan tersebut, cairan itu adalah darah. Entah darah hewan atau darah manusia, tidak ada yang tahu.

"Angka itu, urutan huruf"

"J. Huruf lima belas dalam abjad Inggris adalah O. Berarti, Sebelas adalah K, dan Lima adalah E. Jika diurutkan, JOKE. Artinya lelucon? Apa dia pikir ini sebuah lelucon?" Ucapan Violet masih dipikirkan oleh mereka bertiga. Violet menatap Kai yang kini tengah menatapnya tajam.

"Ada apa Kai?"

"Apa yang kau lakukan? Kenapa Kau berlari? Kau mencari Martin? Mencari orang gila itu? Hah?" Tanya Kai secara beruntun. Violet mengatupkan bibirnya rapat-rapat, begitupun Vanya. Mereka berdua sudah kedua kalinya melihat Kai yang sedang marah. Itu mengerikan.

"Aku... Aku pikir mungkin dia Martin–"

"Kau pikir yang bernama Martin hanya satu orang? Kemana otakmu? Kau salah minum obat?" Tatapan Kai sangat tajam, Violet menunduk menyesal.

"Kai" Tegur Vanya karena merasa Kai keterlaluan.

"Kenapa Kau masih mencarinya, padahal sudah jelas kalau Martin sudah mati ditanganmu sendiri. Kau lupa ingatan?"

Violet meneteskan air matanya, suatu kenyataan yang tidak bisa ia terima sampai sekarang. Vanya memukul kepala Kai kemudian mendorong badan laki-laki tersebut dengan brutal. Violet menangis tanpa suara, Vanya berusaha menenangkannya. Kai menatap Violet dengan prihatin, dia sebenarnya tidak ingin mengatakan hal tersebut. Tapi demi menyadarkan adiknya, Kai terpaksa mengatakan yang sejujurnya. Itupun demi Violet.

Dengan lembut Kai mengusap air mata Violet, tapi sebelumnya ia mendorong badan Vanya sebagai balasan tadi. Vanya yang terkejut akhirnya terduduk di lantai, Kai berjongkok dihadapan Violet. Menyuruh Violet agar naik ke punggungnya. Violet menurut, gadis itu tidak banyak bicara.

She Is Violet✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang