SIV - 34

17.7K 1.5K 198
                                    


Marvin menipiskan bibirnya mendengarkan perkataan Kai, dia sudah menyelidiki status Violet dan kehidupan Violet sehari-hari. Marvin pikir rumor itu hanya bohongan, melihat keseriusan Kai saat mengucapkan perkataannya tadi membuat Marvin waspada. Dan jika benar, maka dia harus menyingkirkan kekasih Violet saat ini. Violet menoleh menatap keterdiaman Marvin.

"Jangan sentuh kekasihku" Ucapnya seakan mengerti apa yang dipikirkan oleh Marvin. Gadis itu menatap mata Marvin begitu dalam, yang dibalas tatapan tanpa ekapresi Marvin. Laki-laki itu tersenyum miring.

"Sayang sekali, tujuanku sekarang adalah menghancurkan kekasihmu" Balas Marvin dengan membisikkan kata-kata yang ia ucapkan didekat telinga kiri Violet.

"Hancurkan, jika bisa"

"Terima kasih atas dukungannya my honey. Jadi, boleh Aku duduk disampingmu mulai sekarang?"

"Up to you"

Marvin tersenyum miring sambil terus menatap Violet dari samping yang sedang fokus membaca buku pelajaran. Pantas saja dia cinta mati kepada gadis ini, maaf kakak. Milikmu akan segera menjadi milikku, Aku akan merebut semua milikmu dan menjadikan milikku.

Kai duduk ke tempatnya berada, melihat Vanya yang sibuk menghitung angka menggunakan jari dengan pipi yang menggembung. Laki-laki itu entah sejak kapan tersenyum kecil melihat Vanya yang tengah kesusahan menjawab.

"Violet, mana bukumu?" Teriak Kai kepada Violet. Violet mengambil buku tulis didalam tasnya tanpa mengalihkan pandangannya dari buku setebal 5 cm yang ia baca. Melemparnya dengan keras dan mendarat mulus di wajah tampan Kai. Laki-laki itu meringis dan mengusap pangkal hidungnya yang terkena ujung buku. Demi apapun Kai merasakan pusing, ingin sekali membakar buku milik Violet tersebut. Tapi ia sadar didalam buku tersebut ada sebuah tulisan yang sangat berharga baginya.

"Lain kali kerjakan sendiri, mungkin kali ini Violet masih sabar denganmu. Lalu besoknya? Besok lagi? Mungkin Dia akan memberimu otak agar Kau bisa berpikir sendiri" Kai meringis kecil mendengar perkataan Vanya yang menohok jantungnya.

"Ini yang terakhir" Ucap Kai pelan kemudian mulai menulis.

Kelas mulai sepi saat seorang guru wanita memasuki kelas dengan menggandeng sebuah batita yang cantik dengan bokong yang dilapisi popok. Langkahnya pelan seakan lantai itu adalah jalanan terjal.

"Halo, selamat pagi. Bagaimana kabar kalian?" Sapa guru wanita cantik itu dengan memangku putri kecilnya.

"BAIK BUUU!" Jawab semua siswa dengan kompak, kecuali Violet dan Marvin.

"Maaf hari ini Saya mengajar dengan membawa putri Saya, dikarenakan suami Saya sedang ada tugas di luar kota. Putri Saya juga tidak ingin dijaga oleh baby sitter. Saya harap putri Saya tidak mengganggu proses belajar kalian semua hari ini"

"No problem" Jawab semua murid. Beberapa dari mereka memuji putri dari guru mereka yang terlihat cantik dan imut.

"Namanya siapa bu?" Tanya salah seorang murid kepada guru.

"Quenza" Jawab guru cantik itu.

"Umurnya?"

"Tiga tahun"

Batita yang bernama Quenza itu menatap seluruh isi kelas dengan mata bulat kecilnya, dengan dot yang menempel di bibirnya. Mata bulatnya berhenti pada Violet yang juga menatap batita tersebut, Violet menatap batita itu dengan tatapan tanpa ekspresi.

Quenza turun dari pangkuan Ibunya, kemudian berjalan pelan menuju keberadaan Violet. Semua mata tertuju kepada batita kecil itu. Sebagian memekik kecil melihat betapa lucunya Quenza saat berjalan. Bokong yang terlapisi popok itu tampak besar.

She Is Violet✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang