SIV - 76

14.1K 1.4K 260
                                    


"Pelaku bernama Agatha, sekarang anggota lainnya sedang mencari keberadaannya" Jelas anggota Black Rose dengan tangan mengepal takut. Violet tersenyum, yang entah kenapa malah terlihat menakutkan.

"Kau boleh pergi, semua anggota boleh berpesta. Biar Aku yang membelikan daging untuk nanti malam" Ucap Violet. Membuat semua orang tercenung bingung, kenapa malah ada pesta?

"Baik boss!" Anggota itu mengangguk patuh. Ini lebih baik dari pada mereka terkena lampiasan kemarahan Violet.

"Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Kurasa itu kalimat yang tepat untuk anak jalang itu. Tidak Ibu tidak anak, sama saja" Kayla bergumam pelan. Tangannya mengepal mengingat mertua kesayangannya terbaring lemah seperti sekarang.

"Kakak tenang saja, biar Aku yang mengurusnya"

Brandon merapatkan bibirnya, giginya bergemeletuk menandakan kalau remaja itu benar-benar marah. Quenza menggenggam tangan Brandon untuk menyemangati remaja laki-laki itu, dia juga bingung harus bagaimana. Setidaknya, berada disamping Brandon bisa menenangkan perasaan laki-laki itu.

"Brandon jangan khawatir, Quenza akan selalu ada disamping Brandon" Ucap Quenza pelan. Brandon menunduk, menatap Quenza dengan dalam. Laki-laki itu bersyukur memiliki Quenza.

"Brandon gak papa kok" Brandon berusaha tersenyum. Didalam hatinya menyumpah serapah kepada Agatha.

Violet tersenyum manis, otak cantiknya menyimpan berbagai rencana yang hanya diketahui oleh dirinya. Wanita itu tersenyum sambil menyusui Aura yang sedang mode manja kepadanya.

"Mommy, Azka mau juga" Ucap Azka sambil mendekati Violet, melihat Aura yang sepertinya sangat puas meminum ASI.

"Gak boleh Azka, itu buat dedek baru kalian" Zero membawa tubuh mungil Azka dipangkuannya.

"Dedek baru? Arka mau punya adik lagi?" Tanya Arka ikut mendekat ke tempat Violet.

"Iya, dedek barunya ada di perut" Ucap Zero sambil mengelus perut Violet yang belum memunculkan perut buncit.

"Kok bisa ada di perut?" Tanya Azka membuat Brandon meringis. Mengingat dulu dia juga pernah menanyakan hal yang sama kepada Kayla.

"Yah, mereka seperguruan. Aku jadi tidak terkejut" Gumam Kayla. Masih ingat ketika dia dulu mengandung Christa. Brandon bertanya yang tidak mungkin sampai di otak bocah kecil itu dulu. Violet terkekeh, menatap Brandon yang melengos malu.

"Daddy, dedek barunya kok bisa di perut mommy? Gimana kalo nanti dedeknya gak bisa nafas?" Azka masih penasaran. Zero bingung harus menjawab bagaimana.

Lampu ruangan tempat Rega berada berubah menjadi hijau, pertanda operasi yang dilakukan berjalan lancar.

"Tuan Rega baik-baik saja, kemungkinan tiga jam lagi akan sadar. Kami permisi" Pamit lima dokter yang semuanya laki-laki dengan wajah tampan. Kayla berdecak kagum melihat mereka berlima.

"Ehem" Dehem seseorang. Ace keluar dari ruangan donor darah beberapa menit lalu bersamaan dengan dokter. Darahnya sudah di ambil beberapa menit yang lalu, tapi Ace ketiduran ketika suster keluar terlebih dahulu.

"Sudah? Apa sakit?" Tanya Kayla dengan raut wajah khawatir. Ace mengangguk dengan wajah memelas.

"Sakit sekali, badanku juga lemas" Violet menatap kakaknya dengan pandangan datar, Ace mengedip meminta Violet untuk diam.

"Benarkah? Apa perlu kita ke ruangan vvip agar Kau bisa istirahat?"

"Tidak perlu, cukup Kau temani Aku saja"

Modus. Gumam Brandon dalam hati. Menatap Papanya yang mengangkat alis menggoba Mamanya.

"Kalian jenguk Papa terlebih dahulu, Aku sedang ada urusan. Zero, jaga anak-anak" Violet melangkah melewati koridor rumah sakit. Menimbulkan pertanyaan bagi semua keluarga. Ace menatap kepergian adiknya dengan ekspresi yang tidak bisa di jelaskan.

She Is Violet✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang