SIV - 61

16.1K 1.3K 241
                                    

***

Vanya meremas lengan Vernon saat Fira datang dan menatap Marvin dengan tatapan datar, dia salah meminta bantuan kepada Fira. Vanya pikir Fira akan memperbolehkan ia keluar bersama Marvin. Tapi justru Fira yang mencegah dirinya untuk keluar bersama Marvin.

"Kau yakin tidak memiliki tujuan lain?" Tanya Fira sambil bersidekap dada. Rega yang bersandar di bahunya kembali menghela nafas. Itu adalah pertanyaan yang sama untuk ketiga kalinya. Rega sampai bosan mendengarnya.

"Tentu saja tidak, Aku tahu kalau Aku pernah mengatakan akan mnejadikan Violet milikku. Tapi jika dia akan menikah dua hari lagi, apa yang bisa Aku lakukan selain mundur?" Jawab Marvin dengan tenang.

"Jadi Kau menjadikan cucu pertamaku sebagai pelampiasan?" Tanya Fira lagi, masih dengan tatapan datar.

"Tidak, Aku benar-benar menyukai Vanya. Tidak, Aku mencintainya. Mungkin juga Aku akan membawanya ke hubungan yang lebih serius"

"Benarkah? Apa jaminan yang akan Kau berikan kepada cucuku?" Marvin terdiam sebentar, kemudian menatap Fira dengan tatapan meyakinkan.

"Kebahagiaan" Jawabnya dengan tegas. Fira tersenyum kecil.

"Silahkan keluar"

"Ya?"

"Silahkan bawa Vanya kencan, bawa ke restoran mahal. Mulai sekarang Kau harus tahu apa yang disukai dan tidak disukai oleh Vanya, dia alergi makanan murah"

"Tentu saja" Marvin tersenyum senang kemudian berdiri. Menjulurkan lengannya kepada Vanya, dengan senyuman malu Vanya memeluk lengan Marvin kemudian pamit keluar.

Perbedaan tinggi badan membuat semua orang salah fokus, 195 cm vs 170 cm. Vanya terlihat mungil disamping Marvin yang begitu tinggi, Vernon sampai gemas ingin memakaikan Vanya high heels agar putrinya terlihat sedikit lebih tinggi lagi.

"Mama yakin dengan laki-laki itu?" Tanya Vernon kepada Fira yang masih menatap Marvin yang membukakan pintu mobil untuk Vanya.

"Jangan khawatir menantu, Aku bisa melihat tatapan meyakinkan dari Marvin. Firasatku tidak pernah salah, dia memang tulus menyukai Vanya. Meskipun dulu dia pernah bilang menyukai Violet, tapi mungkin hanya sekedar suka karena Violet cantik"

Vernon mengangguk mengerti, laki-laki itu menunduk ke bawah saat seseorang menarik-narik celananya dengan tidak sabar.

"Papa Kak Vanya mau kemana?" Kanaya merentangkan kedua tangannya yang langsung Vernon gendong kedalam pelukannya.

"Mama mana? Kok Naya sendirian hm?"

"Mama masak"

"Kanaya gak bantuin Mama masak?" Tanya Fira kemudian mengambil alih gendongan Vernon.

"Gak boleh cama Mama. Kak Vanya mau kemana? Naya mau ikut" Suara Kanaya benar-benar menggemaskan. Rega menatap pipi cucunya yang begitu menggoda untuk digigit.

Kanaya yang berusia lima tahun tumbuh dengan cantik dan menggemaskan, pipinya benar-benar terlihat seperti kue mochi. Bahkan Kakeknya menahan diri untuk tidak menggigit pipi cucunya yang terlihat kenyal.

"Waaah ada Kakak Kanaya" Ucap seseorang saat memasuki mansion. Kayla yang menggendong Christa langsung mengalihkan gendongannya ke Rega.

"Naya" Ucap Christa yang berada di gendongan Rega. Kanaya yang dipangku Fira menoleh dan tersenyum manis.

"Halo Chlista" Christa tergelak khas batita yang membuat Rega terkejut. Suara Christa begitu nyaring sehingga membuatnya terkejut. Kanaya ikut tertawa saat melihat Christa tertawa, keduanya benar-benar menggemaskan.

She Is Violet✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang