SIV - 05

29.6K 2K 162
                                    

Rahang Vanya dan Kai hampir saja jatuh, mendengar jawaban Violet yang sangat mengejutkan. Lelaki bernama Liam tersenyum senang, saking senangnya laki-laki itu meraih tangan Violet dan mengecup punggung tangan Violet. Sedangkan Violet menatap datar Liam. Seseorang berteriak dari arah pintu kantin. Seorang gadis.

"Hei! Beraninya Kau mengambil Liam dariku?!" Tanyanya dengan nada nyaring dan mata menggenang air mata. Violet menghela nafas pelan, dasar tukang drama.

"Apa maksudmu Soviana?" Tanya Violet sambil melangkah mendekati Soviana, memandang remeh gadis yang lebih pendek darinya. Soviana mendongak dan menatap sinis Violet.

"Dasar sok cantik" Ucap Soviana membuat Violet tertawa dengan anggun.

"Maaf, Aku bukan sok cantik. Tapi memang cantik"

Semua murid tertawa mendengar pembelaan Violet, Liam tersenyum puas melihat kekasih barunya yang sangat pintar. Laki-laki itu memandang remeh Soviana.

"Maaf Ana, jika Kau memang mencintaiku. Relakan Aku dengan Violet, karena dia jauh lebih cantik darimu" Ucap laki-laki itu dengan santai. Violet mengangkat alis. Laki-laki brengsek.

"Dasar! Awas Kau" Ucap Soviana sambil mendorong bahu Violet tapi Violet tidak bergerak. Tiba-tiba Soviana tersungkur dengan wajah mencium lantai, suara ledakan tawa terdengar. Violet menginjak tali sepatu Soviana yang tidak terikat, sehingga membuat si empu tersungkur dengan cantiknya.

"Ugh, itu pasti menyakitkan" Ringis Vanya dengan wajah dibuat-buat. Kai terkekeh kecil. Jangan bermain-main dengan Violet, Kau pasti mati. Kai kemudian melirik Liam, menatap laki-laki itu dari kepala sampai mata kaki. Kemudian matanya melotot. Dia 'kan?

Bel masuk berbunyi, semua murid menghentikan aksi tawa mereka dan melangkah memasuki kelas masing-masing. Soviana menatap tajam Violet dan benar-benar pergi dari jangkauan Violet. Liam mengusap kepala Violet dan segera pergi menuju kelasnya. Kai mendekati Violet diikuti Vanya.

"Apa yang Kau rencakan?" Tanya Kai.

"Mengikuti permainannya, berpura-pura terjebak"

"Baiklah, Aku dukung apapun itu"

Kemudian mereka bertiga segera berjalan menuju kelas, dari kejauhan. Sepasang mata menatap Violet dengan lekat, kemudian menghilang dari tempatnya dengan cepat. Violet melirik tanpa menoleh, sambil melangkahkan kaki jenjangnya menuju kelas. Tersenyum miring. Kai dan Vanya meringis. Apa lagi sekarang.

Violet duduk dengan anggun, beberapa pasang mata menatapnya kagum. Violet biarkan, beberapa lagi menatapnya sinis.

"Oh, dalam waktu dua hari Kau punya kekasih. Itu sungguh hebat" Puji Vanya dan mengunyah keripik kentang yang ia simpan di kolong meja.

"Thanks"

"Hmm, tapi sepertinya Liam tidak asing di mataku. Apa Aku pernah melihatnya ditempat lain ya?" Gumam Vanya sambil menatap atap kelas, dengan sambil mengunyah ia berpikir.

"Ah, rasa keripik kentang ini enak sekali" Ucap Vanya, Violet menghela nafas pelan.

"Kupikir Kau sedang mengingat Liam"

"Ah iya sebentar"

Vanya kembali berfikir dan mengingat siapa sebenarnya Liam, laki-laki tinggi dengan senyuman manis yang dapat mengikat seluruh gadis yang ada. Vanya menggeleng, menyerah dan tidak berhasil mengingat Liam.

"Biarkan saja, tidak lama Kau pasti akan mengingatnya" Vanya mengangguki perkataan Violet.

***

Violet merapikan alat tulisnya, dilihatnya kelas yang mulai sepi. Murid-murid mulai keluar kelas, Kai menunggunya dengan sabar. Vanya sudah pulang terlebih dahulu dengan sopir pribadi keluarga.

She Is Violet✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang