SIV - 38

17.7K 1.4K 153
                                    


Zero membuka matanya saat mendengar suara cekikikan tawa seseorang, laki-laki itu mengedarkan pandangannya keseluruh isi pesawat. Semua orang tidur, laki-laki itu mengernyit bingung. Kemudian menoleh kesamping, dimana bahu kirinya digunakan sebagai sandaran oleh Violet. Zero tersenyum kecil kemudian mengelus rambut Violet yang terasa sangat halus.

Zero mengerjap saat Brandon juga menatapnya dengan kerjapan polos, kedua laki-laki itu sama-sama mengerjap. Kemudian Brandon memasang wajah jahil yang ingin sekali Zero tampol.

"Iiiiih, elus-elus Kak Vio. Suka sama Kak Vio ya? Iya sih, Kak Vio emang cantik. Kak Zelo juga ganteng. Jadi gak papa kalo Kak Zelo mau ambil Kak Vio dari Alien. Pokoknya Kak Zelo halus beliin Blandon bulgel setiap hali"

"Alien?"

"Ituloh pacal Kak Vio yang namanya Liar"

"Maksud kamu Liam?"

"Hu'um yang tinggi sok ganteng itu, telus pipinya ada bolongnya"

Zero tertawa pelan, suara beratnya terdengar menggema. Violet terusik pelan karena suara tawa Zero, Brandon ikut cekikikan. Bocah itu melihat isi room chat dengan Liam. Brandon tergelak karena Liam belum membalas pesannya sama sekali.

***

Liam mengendarai mobilnya sambil berusaha menghubungi orang kepercayaannya, wajah putih laki-laki itu kini tampak memerah.

"Sialan, kemana saja Kau dari tadi hah?!" Bentaknya kepada seseorang melalui sambungan telepon.

"Liam..... Ada sebuah misi penting untukmu" Sahut seseorang dengan nada serius. Liam sampai menghentikan mobilnya di pinggir jalan untuk mendengar lebih jelas percakapan dirinya dengan orang yang ia percayai.

"Baiklah," Sahut Liam kemudian memutar arah kemudi. Tidak jadi menyusul Violet, karena ada sesuatu yang lebih penting dari itu.

***

Marvin menatap foto Violet melalui layar ponsel mahalnya, di foto tersebut ada Violet yang sedang membaca buku dengan raut wajah datar seperti biasanya. Kemudian beralih ke foto selanjutnya, Violet yang sedang tersenyum di acara ulang tahunnya beberapa bulan yang lalu.

"Dia semakin cantik saat tertawa" Marvin tertawa pelan. Kemudian langsung menyembunyikan ponselnya saat seseorang duduk disampingnya secara tiba-tiba dengan memakan burger.

Kai duduk disamping Marvin, disusul oleh Vanya kemudian duduk di kursi depan. Ketiga orang itu berkumpul tapi tidak mengatakan apa-apa, yang kedua sibuk makan, dan satu lagi sibuk melamun.

"Kau pasti tahu siapa itu Liam" Ucap Kai membuka pembicaraan. Marvin berdehem kecil.

"Tentu saja, wajahnya terkesan lembut. Tapi tidak dengan sifatnya" Jawab Marvin membuat Vanya mengernyit bingung.

"Apa sih? Kenapa Aku tidak tahu apa-apa?" Ocehnya dengan pipi menggembung.

Kai menoleh sebentar kearah Vanya, kemudian lanjut mengunyah burgernya. "Kau masih kecil, tidak boleh tahu apa-apa"

Vanya merengut kesal, kecil dari mana. Umurnya sudah 16 tahun, dan berat badannya kini mencapai 55 kg. Zeevana selalu menyuruhnya untuk diet, tapi Vanya sudah terlalu malas. Lagipula dia terlihat lucu dengan pipi mengembang.

"Liam, menyimpan sebuah rahasia besar" Ucap Marvin dengan mata terpejam. Kai mengangguk kecil menyetujui ucapan Marvin.

"Itu juga yang menyebabkan Violet menerima Liam"

"Marvin suka Violet ya?" Celetuk Vanya yang membuat Marvin langsung terlonjak dan membuka matanya.

"K-kata s-siapa?" Balas Marvin dengan tergagap. Kai tergelak keras kemudian menepuk pundak Marvin.

She Is Violet✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang