"Ha? Kakek mau jalan-jalan tapi Ana gak diajak?" Ana mengikuti langkah kaki Kakek menuju teras depan. "Kek!"
Kakek menghela nafasnya. "Iya, Ana. Kakek sama Mama dan Papa kamu mau ke Paris besok."
"Terus kenapa Ana ditinggal?"
"Kamu masih harus mengurus pendaftaran kuliah."
"Itu kan bisa nanti."
"Gak. Kakek tidak percaya. Nanti bukannya kamu yang mengurus tapi malah orang lain."
"Iih Kakek. Kok jahat sih sama Ana?" Ana mulai merajuk. Jelaslah, baru saja dia pulang ke rumah Kakeknya sudah mengejutkannya dengan kabar itu.
Kakek tersenyum. "Kamu tidak akan sendiri di rumah. Kakek sudah meminta Arga menemani kamu selama empat hari ke depan."
Dan di sinilah Ana, menghadapi kenyataan dia bertemu lagi dengan Arga dan Gibran. Lagian kenapa harus dua orang ini sih? Kan ada Karina dan Kelly yang lebih aman—ya mungkin kedua orang itu hanya akan mengajak Ana minum-minum di club.
Lagi-lagi Ana berdecak sebal karena Gibran mulai merusuhinya dengan mengajaknya bermain. Anak itu sudah membawa lego yang begitu banyak, juga dengan pakaian untuk empat hari ke depan. Ana mengabaikan Gibran dan lebih memilih untuk berselancar di dunia maya, namun jemarinya yang lentik itu terhenti karena ponselnya ditarik oleh Arga.
"Maaf saya tidak memberitau kamu karena pulang terlebih dahulu," ucap Arga yang duduk di sebelah Ana.
"Emang gue peduli?" sahut Ana cuek. "Balikkin hape gue."
"Saya mau bicara dengan kamu."
Ana menghela nafasnya. "Apaan?"
"Saya mau mengajak kamu makan malam."
"Bareng Gibran?"
Arga menggeleng. "Kita berdua."
Ana menggumam, menolak pun dia tak punya kuasa karena Kakek pasti akan memaksanya. "Terus mau ngomong apa lagi lo?"
"Gibran memaksa ikut menginap karena dia rindu dengan kamu, Floana. Dia senang bermain dengan kamu. Kamu perhatian dengannya."
"Perhatian apanya? Lo sendiri aja bilang kalo gue ini toxic."
"Tapi tidak dengan Gibran. Jadi saya minta tolong temani Gibran bermain, dia butuh perhatian dari kamu."
"Lo ngajarin adek lo buat menel sama gue ya?"
Arga menghela nafasnya lalu menjawil hidung Ana. "Temani Gibran. Saya mau berbicara dengan Kakek."
"Iye. Balikkin dulu hape gue."
"Nanti." Arga segera berlalu kembali memasuki rumah, meninggalkan Ana dengan Gibran di halaman belakang rumah.
Ana berdecak lalu duduk di sebelah Gibran yang masih sibuk bermain lego. "Eh lo ngomong apaan sama Kakak lo? Mau modus ya lo? Dasar, kakak adek sama aja."
Gibran mendongak lalu tersenyum. Dia menggeser potongan-potongan lego itu mendekati Ana dan meminta agar Ana membuat sesuatu.
"Jangan salah nih ya, gue cantik-cantik gini juga bisa maen lego." Tangan Ana dengan sigap mengambil potongan-potongan lego dan mulai memasangkannya secara asal. Dia tidak tau akan jadi apa nanti, intinya dia hanya ingin bersombong diri.
Namun sampai beberapa saat diatidak bisa membentuk sesuatu yang berarti dari sekadar tumpukan lego. Berulangkali Gibran tertawa, membuat Ana kesal namun akhirnya dia juga jadi tertawakarena kebodohannya. Tawa Ana begitu terlihat lepas, seakan dia sudah mulaiterbiasa dengan Gibran. Sementara itu dari dalam rumah, Arga mengamati keduanyadengan senyum yang terpampang.
KAMU SEDANG MEMBACA
TMH 2 - Hold Me Tight ✔️
RomanceMAU DIBENERIN A sequel to Take My Hand 17+ (Terdapat kata-kata kasar dan attitude yang tidak baik) Status Ana kini sudah berganti menjadi istri dari seorang Arga. Ana mengira kehidupannya dengan Arga akan dilaluinya dengan baik-baik saja namun terny...