Jadwal update ini cerita kalo gak sehari sekali ya dua hari sekali, tapi bisa juga tiga hari sekali. Gue usahain tiga hari sekali paling lama.
Udah mulai new normal jadi udah kudu fokus dunia nyata.
Btw, jan emosi jan marah pas baca bagian ini. Trims and happy reading.
***
Akhir-akhir ini Ana merasa kesepian karena kedua temannya itu kadang kala memiliki kesibukan dengan pacar masing-masing ataupun tugas kelompok. Mereka masih hangout, namun tidak sesering ketika SMA. Jenjang kuliah ini sangat berbeda sekali, jujur saja Ana juga merasa sedikit terbebani. Belum lagi dengan fakta bahwa Arga sibuk dengan kegiatan organisasi hingga sering kali tidak memberi kabar pada Ana selama tiga hari.
Jadwal selama dua minggu ini adalah UTS dan Ana lagi-lagi kembali disibukkan dengan beberapa tugas yang memaksanya harus mendatangi perpustakaan kampus. Selama Ana sekolah, belum pernah dia mendatangi perpustakaan untuk belajar. Kadangkala dia juga kembali belajar memasak hingga jarinya terluka karena teriris pisau. Kedua temannya yang tidak menyangka Ana tengah belajar memasak itu tentu saja terheran-heran.
Malam ini Ana mencoba keluar, mencari sedikit keramaian untuk dirinya. Membawa mobilnya berkeliling, tanpa sadar dia berhenti di sebuah tempat parkir tak jauh dari jembatan penyebrangan tempat pertama kali Evan membawanya. Ana turun dari mobil dan beranjak menuju jembatan penyebrangan itu, dari bawah sini sekilas Ana melihat satu sosok berdiri di sana. Dia Evan. Sejak Ana meminta agar Evan menjauh, laki-laki itu benar-benar menghilang. Ponsel Evan saja sudah Ana matikan dayanya namun tak jua sosok Evan mengusik hidupnya.
Ana memutuskan untuk kembali ke dalam mobil dan berlalu. Namun di satu sisi dia ingin menemui Evan, bermain game bersama di jembatan penyebrangan itu, tapi Ana sadar dia tidak bisa melakukannya.
Ketika sampai di rumah, Ana hanya bisa mendengus keras ketika Arga tak menjawab panggilannya untuk keenam kalinya. Merebahkan badan, Ana memutuskan untuk menelpon Dion. Suara berisik deru knalpot mobil segera mengaung.
"Arga mana?"
"Arga lagi tes mobil," balas Dion.
"Dia balapan?"
"Gak. Cuma ngetes aja."
Ana memijat pelipisnya. "Sama cewek itu?"
Butuh waktu beberapa saat untuk Dion membalas, "Iya. Mau gue ceritain apa yang gue liat?"
"Seberapa banyak?"
"Gue... gak tau seberapa banyak tapi—"
"Weekend ini gue temuin lo. Ceritain nanti."
Di seberang sana, Dion mengangguk. "Biar gue yang tentuin tempatnya, biar lebih private."
Sesaat setelah sambungan itu terputus, hati Ana terasa berdenyut menyakitkan hingga dia harus menekannya. Pikiran Ana sudah melayang ke mana-mana akan Arga, betapa suaminya itu sungguh mengabaikan Ana di sini, tak membalas pesan ataupun menelpon balik. Apa sebegitu tidak pentingnya Ana? Dan juga, Arga pernah berkata bahwa dia yang akan menghubungi Ana duluan.
***
"Tumben lo rajin nyatet. Pake diwarnain segala," komentar Karina hari itu karena melihat Ana yang begitu rajin mencatat dan memerhatikan dosen sejak tadi.
"Biar kalo ntar UAS, gue gak kaget," balas Ana masih sambil mencatat.
"Lo juga biasanya nyontek. Udah biasa kan kita betiga kayak gitu?"
"Tapi kan gak masalah kalo gue nyatet. Lagian gue juga gak terlalu nyambung sama matkul ini."
"Kayaknya lo kesambet deh akhir-akhir ini," ucap Kelly. "Kemaren-kemaren lo belajar masak terus sekarang lo nyatet rajin gini nyampe binder lo full color."
KAMU SEDANG MEMBACA
TMH 2 - Hold Me Tight ✔️
RomanceMAU DIBENERIN A sequel to Take My Hand 17+ (Terdapat kata-kata kasar dan attitude yang tidak baik) Status Ana kini sudah berganti menjadi istri dari seorang Arga. Ana mengira kehidupannya dengan Arga akan dilaluinya dengan baik-baik saja namun terny...