Ana tidak serta merta percaya bahwa Arga mau menjauhi Kalisa. Jelas saja, Ana tidak buta, dia masih bisa merasakan jika Arga tidak sepenuhnya menjauhi Kalisa. Suaminya jelas merindukan perempuan itu, terlebih lagi karena dia pernah berada cukup jauh.
"Woi, ngelamun aja." Karina menepuk pundak Ana cukup keras hingga temannya itu menjengit, lalu dia duduk di sebelah Ana. "Lo gak lupa nanti malem?"
"Nanti malem? Emangnya ada apa?" tanya Ana polos.
Karina mengerjapkan kedua matanya. "Nih." Disodorkannya tiga tiket pada Ana. "Konser. Lo udah tua banget kayaknya, jadi pelupa gini."
"Gue emang lupa, Na. Kalo gitu nanti ke rumah gue aja."
"Oke. Tapi gue bareng Steven, dia juga ikut nonton."
"Ha? Kok lo gitu."
Karina nyengir. "Gabung aja, dia juga bawa temen. Biar makin rame."
Ana lupa bercerita, Karina kini berpacaran dengan Steven, cowok yang pernah dia kenalkan dulu. Dan Ana bisa melihat jika Karina menjalani hubungan itu dengan baik karena temannya itu nampak semakin terlihat senang setiap harinya.
"Kelly mana?"
"Lagi kerja kelompok. Lo tau kan kelompok dia gimana magernya?"
Ana mendengus, sebenarnya mereka bertiga tergolong malas, namun ternyata masih ada orang yang lebih malas daripada mereka.
"Cari makan yok. Gue laper."
Karina mengangguk lalu dia segera menggandeng Ana menuju kantin.
Ana mengenakan atasan crop top dengan celana jins pendek untuk pergi menonton konser malam itu. Pacar Karina—Steven menjemput tak lama kemudian. Mereka segera beranjak mencari posisi bagus untuk menonton.
Ana yang larut dalam musik itu tidak menyadari jika Arga menelponnya, barulah ketika musik berhenti sejenak, Ana merogoh ponselnya dan segera mengirimi pesan pada Arga.
Ana : Sori, aku lg nonton konser. Besok aku telpon kamu. I lv u
Setelah larut dalam keseruan bersama dengan beberapa orang akhirnya Ana menepi. Dia melihat Karina dan Kelly bersama dengan pacar mereka masing-masing. Rasanya hanya Ana yang endiri di sini. Dia berbalik dan menabrak dada seseorang hingga mengaduh.
"Sakit juga ditabrak." Evan tersenyum miring.
Ana mendongak lalu mendesis, "Why you here?"
"The same reason why you here. Ini konser musik, kan? Gak masalah kalo gue dateng. Hari pernikahan lo aja gue bisa dateng."
Ana mendelik lalu berjalan dari sana. Langkah kaki Evan menemaninya sampai akhirnya laki-laki itu menarik bahu Ana karena tubuhnya hampir menabrak rombongan orang yang tengah berjalan.
"Ada masalah?"
"Lo kali yang ada masalah, kenapa megang gue."
"Kalo gak gue pegang lo bisa nabrak." Evan menghela tubuh Ana. "Suami lo gak di sini?"
"Gue rasa lo tau jawabannya," balas Ana enteng.
"Muka gue pasti jadi sasaran tonjokkan kalo dia ada sekarang. Gimana kabar lo?"
"Baik." Ana berjalan melewati beberapa orang yang berkerumun. "Langsung aja ke intinya, gak usah basa-basi."
Evan mendengus, dia menarik siku Ana karena perempuan itu hampir menginjak genangan air. "Lagi gak ada sesuatu yang mau gue bahas, gue cuma mau tau aja. Gak masalah, kan?"
"Gak, asal lo gak berlebihan."
"Dari segi mana lo tau kalo berlebihan?" Dia berdiri sejajar di sebelah Ana.
"Dari pandangan gue."
"Like what? Apa kalo gue tiba-tiba meluk lo? Nyium lo atau ngajak lo nikah?"
Ana mendelik dengan kening berkerut.
"Marry me," kata Evan cepat. "Apa itu termasuk berlebihan?"
"Gila gue rasa." Ana menggeser tubuh Evan, dia mencoba menghubungi Karina dan meminta agar Evan diam. "Gue mau balik... Ha? Ya, gue masih di sana... Ya udah, gue tunggu."
"Kenapa buru-buru? Karena gue?"
Ana menggeleng. "Gue udah mulai ngantuk."
Tak berselang lama, Karina menghampiri dengan Steven di sampingnya. Dia segera mendesis melihat Evan.
"Lo ngapain di sini?!" kata Karina tajam. "Gak usah deket-deket sama Ana."
Evan menggaruk pelipisnya. "Think about it Karina, kalo gue gak ada di sebelah Ana, menurut lo sekarang siapa yang bakal nemenin dia? Kelly? Lo? Gak ada, kan?"
"Gue rasa gak bakal aman kalo Ana terlalu lama sama lo."
"Oh ya? Udah lo tanya Ana, apa gue nyakitin dia?"
"Lo bedua diem deh. Gue ngantuk, mau pulang. Ngerti?" sela Ana begitu saja. "Lo udah mau balik?"
Karina bergeming hingga akhirnya Evan yang buka suara.
"Gue anter lo. Kita searah, kan?"
Karina segera menepis tangan Evan yang berusaha meraih tangan Ana. "Jangan mimpi lo bisa nganter, Ana! Gue bisa nganter dia."
"Ehem," Steven yang sedari tadi diam, berdeham. "Bukannya gimana-mana nih, tapi Sayang, mobil aku lagi dibawa temen jadi harus nunggu setengah jam lagi."
"See? Gue kasian sama Ana." Tanpa menunggu lama Evan meraih satu tangan Ana, membawanya menjauh dari sana. "Mobil gue gak jauh, lo bisa tidur di mobil nanti."
Ana tak mengerti bagaimana Evan tau jika dia sudah sangat mengantuk. Bahkan langkah kakinya saja seakan tak terasa hingga tanpa sadar dia segera tertidur begitu duduk di dalam mobil Evan.
Ana merasakan ada yang menepuk pipinya pelan, dibukanya kedua mata, dan didapatinya Evan di sebelahnya. Ana mengerang, mereka sudah sampai di rumah Ana. Pintu di sebelahnya terbuka dan Ana turun bersama dengan Evan.
"Thanks," ucap Ana setibanya dia di depan pintu rumah. "Lo bisa pegi."
Pintu itu terbuka dan Ana segera masuk. Ketika sampai di kamar barulah dia mendengar deru mobil Evan yang menjauh dari sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
TMH 2 - Hold Me Tight ✔️
RomanceMAU DIBENERIN A sequel to Take My Hand 17+ (Terdapat kata-kata kasar dan attitude yang tidak baik) Status Ana kini sudah berganti menjadi istri dari seorang Arga. Ana mengira kehidupannya dengan Arga akan dilaluinya dengan baik-baik saja namun terny...