Bagian 64

149 12 18
                                    

Abis relaksasi ena bets.

***

Ana berharap semuanya adalah mimpi tapi ternyata tidak. Dia masih larut dengan ciuman Evan hingga melupakan sosok Arga yang kembali ke rumah Kakek dan kini mereka tengah makan malam. Berulang kali Ana berusaha melupakan ciuman itu, berulang kali pulalah adegan itu terpatri di benaknya.

"Kamu kenapa? Kayanya diem banget dari tadi." Arga melingkarkan kedua lengannya di perut Ana lalu menghidu wangi tubuh istrinya. "Kenapa?"

"Gak ada apa-apa," jawab Ana kemudian, dia melepaskan pelukan Arga membuat Arga mendesah lemah.

"Floana." Arga mengekori Ana yang memasuki walk in closet, memerhatikan Ana yang mengganti pakaian santainya dengan piyama. "Floana."

Ana hanya bergumam sebelum bergelung di dalam selimut. Arga mengikuti, dia segera memeluk tubuh Ana.

"Floana, talk to me," bisik Arga.

"Gak ada yang mau aku omongin."

"Kenapa kamu ke Yogya gak bilang aku dulu? Aku berhak tau kamu pergi ke mana aja. Aku gak mau kamu kenapa-napa."

Ana menghembuskan napasnya. "Aku baik-baik aja karena ditemenin sama Dion."

"Dion?" Arga membeo. "Kenapa bisa sama Dion? Kamu janjian sama dia?"

Ana mengangguk.

"Floana."

"Dia temen kamu, kan? Aku rasa gak masalah."

"Oke." Arga mengecup pundak Ana. "Tapi lain kali kamu harus kasih tau aku. Kamu tanggung jawab aku sekarang."

Untuk kedua kalinya Arga pergi meninggalkan Ana pagi itu setelah semalam mereka bercinta. Hal itu membuat Ana semakin yakin bahwa kini hubungan mereka hanya sekadar partner sex.

"Woi, An. Duh anjir, kok bisa-bisanya gue tinggal ke toilet bentar lo udah mabok. Lo gimana sih jaganya ni anak, Na?" Kelly mendengus marah sembari membopong tubuh Ana memasuki ruangan.

"Ye kok gue, ni anak tiba-tiba ngilang terus tau-tau dia udah minum terus fly gini. Ini anak gayanya doang yang keren tapi minum dikit udah teler," Karina bersungut-sungut ketika memasuki ruangan dan meletakkan tubuh Ana di sofa.

"Lagian kenapa sih dia ini? Bukannya udah ngelabrak Kalisa, kok malah makin parah."

"Anjing bangsat, diem lo beduaaaaa," Ana mengerang parau dengan kedua kaki menendang-nendang. "Brengsek! Brengsek!"

"Ck! Mulai nyusahin nih. Ntar gimana bawa pulangnya?"

Karina menggeleng. "Gak ngerti gue. Mau bawa ke mana juga gue gak tau."

"Aaaaaaa," Ana berteriak lalu dia tersenyum-senyum sendiri. Duduk, dia menghadap kedua temannya. "Eh, lo bedua ... pernah gak ngerasain, ha? Pernah gak?"

"Sadar An. Sadar."

"Pernah gak ngerasain jadi partner seeeex? Ha? Gak pernah, kan?" Ana menepuk-nepuk dadanya. "Gue ... gue sekarang partner sex-nya Arga. Hahaha. Dan gue gak peduli lagi."

Karina dan Kelly saling bertatapan tak percaya.

"Gue udah gak peduli sama Arga ... gue gak peduli mau dia selingkuh juga gak peduli ... dasar, Stiff sekarang udah berubah. Hahaha."

Meskipun Ana tertawa, namun kedua temannya tau jika Ana sedang terpuruk dalam kesedihan. Mereka membiarkan Ana bernyanyi sampai temannya itu benar-benar lelah.

***

Ana menatap pantulan dirinya di cermin yang terlihat berantakan. Benar-benar berantakan. Dia tidak pernah seperti ini sebelumnya, tidak sebelum menikah dengan Arga. Melangkah keluar dari kamar mandi, Ana memasuki walk in closet melihat jajaran baju-bajunya—baju-baju yang Arga pilih.

TMH 2 - Hold Me Tight ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang