Bagian Sembilan

278 11 3
                                    

Arga memajukan tanggal pernikahan mereka yang tadinya diadakan seminggu setelah lulus kini hanya dua hari setelah kelulusan. Kepulangan mendadak dia tanpa memberitau Ana waktu itu adalah untuk mengurus tanggal pernikahan mereka.

Kini Ana bersama dengan Tante Rara nampak sibuk memilih baju pengantin untuk pernikahan nanti. Rencananya Ana akan mengenakan tiga macam gaun, yang akan dia kenakan pagi, siang dan malam. Ana hanya mengekori Tante Rara yang sibuk berkeliling butik yang dipilihkan oleh Mama yang sedang asyik menikmati perjalanan ke Paris pagi tadi. Alasan Mama adalah supaya Ana lebih dekat lagi dengan Tante Rara.

Ana yang memang tidak berbakat memilih itu hanya mengandalkan Tante Rara. Namun ketika pakaian yang akan dia pakai kala pemberkatan, dia terpaku pada satu gaun berwarna putih dengan bahu terbuka dan bagian belakang yang menjuntai cukup panjang. Baju itu tidak memiliki hiasan berlebih, hanya terdapat beberapa mutiara di bagian bawah, selebihnya hanya putih.

"Ana mau coba yang ini, Tante," ujar Ana seraya memegang gaun pengantin itu.

"Iya, coba aja."

Kemudian tiga orang pramuniaga itu segera membantu Ana untuk mengenakan gaun tersebut. Gaun itu memiliki potongan yang sesuai dengan tubuh Ana, seakan-akan dirancang hanya untuknya. Begitu tirai dibuka, Tante Rara segera berseru senang.

"Kamu cantik banget. Pinter milihnya."

Ana tersenyum lalu mengangguk. Dia akan mengenakan ini untuk pemberkatan nanti. Untuk dua gaun lainnya dia sudah percaya dengan Tante Rara.

Setelah itu Ana duduk di salah satu sofa di sana, sementara Tante Rara masih sibuk memilih pakaian dan bersenda gurau dengan pemilik butik. Ana memandang ke arah ponselnya, Kelly sudah mengiriminya sebuah pesan bahwa mereka akan ke club nanti malam. Namun Ana sadar dia tidak akan bisa keluar dari rumah tanpa adanya pengawasan dari Arga. Ana mendesah, dia mendongakkan kepalanya, lalu seakan tersadar dia merasa ada yang memerhatikan. Benar saja, ketika dia menoleh, dari kaca butik ini dia bisa melihat sosok Viper berdiri diluar butik.

Untuk apa cowok itu kemari?

"Tan, Ana ke toilet dulu ya."

"Oh iya, nanti ke sini lagi ya."

Ana mengangguk lalu dia segera beranjak dari butik itu tentunya untuk menghampiri Viper. Dia mengode pada Viper untuk mengikutinya agar tidak terlihat mata Tante Rara.

"Mau ngapain lo?" tanya Ana tajam.

"Urusan kerjaan dan gue gak sengaja liat lo ada di sana," jawab Viper santai. "Bukannya lo nikah masih satu bulan lagi?"

Ana melirik ke arah lain sejenak. "Suka-suka gue mau fitting baju kapan."

"Ah gue tau, Arga majuin tanggalnya, kan? Gue rasa iya. Gue gak punya waktu banyak jadi mana hape lo?"

"Buat apa?"

"Kasih aja."

Ana menggeleng, namun Viper tidak mau mendengar penolakan. Dia merebut ponsel di tangan Ana, jemarinya bergerak untuk memasukkan nomor ponsel, setelah itu dia kembalikan ponsel itu pada sang pemilik.

"Itu nomer hape gue. Jangan coba ngehapusnya," pesan Viper pelan namun tajam. "See you." Dia melambai lalu berlalu dari hadapan Ana.

Sementara itu Ana memerhatikan ponselnya yang kini menunjukkan sebuah nomor ponsel. Nomor ponsel yang diberi nama Evan.

Siapa itu Evan?

TMH 2 - Hold Me Tight ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang