Bagian 52

125 11 2
                                    

Pagi tadi dua buket bunga besar datang ke rumah Kakek. Buket bunga itu berasal dari Arga. Lalu ketika siang hari pizza berukuran besar datang ketika Karina dan Kelly bertandang ke rumah Kakek, itu juga dari Arga. Dan ketika malam menjelang lima keping DVD berisikan film-film yang belum pernah Ana tonton datang, itu juga dari Arga. Lima belas menit yang lalu seorang kurir membawakan balon-balon hidrogen berwarna merah muda yang kini sudah mengisi langit-langit kamar Ana. Itu juga dari Arga.

Ana merebahkan badannya di atas ranjang, melihat tali-temali balon di atas sana. Dia mendesah, dua minggu lagi Arga berulang tahun dan Ana masih tidak tau harus memberikan apa. Arga tidak pernah menuntut kalau masalah barang, alih-alih hanya tersenyum begitu saja. Ana juga tidak bertanya.

Ah iya, Ana lupa. Koleksi action figure Arga kan cukup banyak. Ya mungkin itu saja cukup, dengan sebuah buku bacaan mungkin.

Ana : Arga bentar lg ultah, enakny ngasih apa?

Karina : Ksh kesukaan dia

Ana : Tolo. Itu jg gue tau. Saran dng, bitch

Karina : Ajg. Ksh badan lo aja

Ana : Ajg lo!

Karina : Wkwk. Ksh buku. Laki lu kan sk bc. Eh kmrn gue liat syal buat cwo, bgs juga. Liat di @syalnyaqaqa

Ana : Malah promo ni jalang. Y thx

Ya, mungkin dia memang harus membelikan itu untuk Arga. Apa lagi memangnya, toh Ana juga tidak bisa memikirkan hal yang lain.

Ana memutuskan untuk membawa serta dua temannya ke Yogyakarta akhir pekan nanti, ya hitung-hitung supaya dia ada teman. Lagian tak ada salahnya kan sekalian berlibur di sana karena minggu ini terdapat kuis lima mata kuliah, kuis kemarin saja Ana mendapatkan huruf D. Buruk memang tapi Ana memang tidak mengerti.

"Wih gila liburan nih kita ceritanya?" Karina berucap senang begitu sampai di bandara Adisutjipto. "Gue udah pernah ke Yogya belum sih?"

"Udah, Goblok. Pas kita study tour kemaren," sahut Kelly. "Mobil jemputannya mana, An?"

"Bentar lagi nyampe. Lo liatin aja BMW warna metalik." Mobil sewaan yang sengaja Ana pilih karena Kakek yang membiayai.

"Itu bukan?" tunjuk Karina, lalu Ana mengangguk. "Pak! Pak!" Dia melambai-lambaikan tangan.

Akhirnya sedan itu berhenti di depan mereka, ketiganya segera masuk dan mobil itupun berlalu. Ana sengaja memesan kamar hotel meskipun Papa Satria mengizinkannya menggunakan rumah, namun dia tidak mau membuat masalah dengan tetangga karena kebisingan mereka. Hotel yang Ana pesan memang tidak berada dekat dengan tempat tinggal Arga, namun Ana merasa jika hotel itu lah yang sesuai dengan keinginannya.

Ana segera membaringkan tubuhnya di atas ranjang, sejujurnya keinginannya untuk datang ke sini tak sebesar sebelum dia melihat live IG milik Kalisa. Perempuan itu memberikan surprise party pada Arga tengah malam, begitu bersemangat dan senang. Ana sendiri saja sampai lupa mengucapkan selamat ulang tahun pada suaminya hari itu. Sial.

"Kita ke tempat Arga kapan, An?"

Ana mendelik. "Sore aja. Gue mau keluar sebentar. Lo bedua di sini aja, nih ATM kalo mau beli apaan."

Karina dan Kelly kompak mengangguk sementara Ana berlalu. Menggunakan mobil sewaan itu dia pergi menuju kampus Arga untuk bertemu dengan Dion. Jadwal laki-laki itu pada hari ini sama dengan jadwal Arga. BMW itu berhenti di parkiran Fakultas Teknik.

"Yon!" Ana setengah berseru memanggil Dion yang sedang berjalan bersama beberapa orang.

Dion menoleh lalu menghampiri Ana. "Ana, ada apa? Lo gak sama Arga?"

"Gak. Ada yang mau gue omongin. Lo bisa ikut gue?"

"Bisa. Emangnya ada apa?"

"Gue omongin nanti."

Ana membawa Dion ke salah satu tempat makan tak jauh dari Fakultas Teknik. "Jangan kasih tau Arga kalo gue nemuin lo," katanya kemudian. "Gue cuma mau minta lo awasin Arga."

"Maksudnya?"

"Mana hape lo?" Ana menerima ponsel yang disodorkan Dion. "Itu nomer hape gue, simpen pake nama lain dan jangan sampe Arga tau."

Dion mengerutkan keningnya seraya melihat nomor ponsel Ana. "Tapi kenapa, An?"

"Gue tau lo ngerti maksud gue, Yon. Lo tau kalo gue gak suka sama Kalisa."

Akhirnya Dion mengangguk. "Gue bakal ngabarin—"

"Gak, gue yang bakal ngehubungin lo. Jadi lo gak usah laporan sama gue."

Sekali lagi Dion mengangguk pada Ana. "Sori An, kalo lo ngerasa gak enak sama Kalisa."

Ana mengibaskan sebelah tangannya. "Jangan bilang sama Arga soal ini."

***

Ana baru bisa mengunjungi Arga ketika matahari mulai tenggelam karena katanya tadi Arga ada urusan dengan organisasi fakultas—BEM. Ntah sejak kapan suaminya itu ikut organisasi tersebut karena Arga tak pernah bercerita.

Pesta ulang tahun itu sendiri hanya pesta biasa dan hanya dihadiri oleh Arga, Ana dan dua temannya. Ketika malam tiba, Arga membawanya makan malam dan berkeliling sejenak.

"Malam ini kamu nginep di tempat aku ya," kata Arga ketika BMW itu bergerak memasuki gerbang rumah. "Temen-temen aku yang lain lagi pergi jadi cuma ada aku sama Dion."

Ana mengangguk. "Tapi aku gak ada baju."

"Kamu bisa pake baju aku." Arga turun dari mobil dan membukakan pintu untuk Ana turun. "Ayo masuk."

Ana menerima uluran tangan Arga dan melangkah memasuki rumah yang sepi. Kedua temannya sudah kembali ke hotel ketika Arga mengajaknya makan malam tadi.

"Kamu langsung ke kamar aja kalo capek," kata Arga menghela Ana memasuki kamar. "Bukan cuma aku sih yang tidur di sini, tapi gak masalah. Baju aku ada di lemari paling atas."

"Emang temen-temen kamu pada ke mana?"

"Biasa. Balapan."

"Kamu gak ikut?"

"Ada kamu di sini yang harus aku prioritasin, Floana."

Ana mendesis, "Aku gak masalah kamu bawa ke sana. Aku bukan anak rumahan, Ga."

"Aku tau." Arga mengangkup wajah Ana. "Tapi aku gak mau biarin kamu diliatin banyak laki-laki di sana." Dia beranjak mengambil kaus lalu kembali. "Kenapa?"

"Gak. Tapi kamu harus ngajak aku kalo nanti aku ke sini lagi," kata Ana. Dia membiarkan Arga melepaskan blouse-nya dan menggantinya dengan kaus. "Dia biasa ngasih kamu surprise party kayak gitu?"

Jemari Arga yang hendak membuka kancing celana jins Ana terhenti, dia mendongak lalu menjawab, "Iya. Dia udah biasa kayak gitu."

"Kamu juga?"

Arga menurunkan celana jins Ana hingga celana itu lepas. "Gak. Aku gak pernah. Maaf, Sayang." Diciumnya bibir Ana lembut.

"Gak apa-apa." Ana menumpukkan kedua tangannya di bahu Arga. "Aku percaya."

"Kamu gimana di kampus? Udah UTS?"

"Belom, katanya minggu besok. Minggu ini kuis doang. Ribet." Ana beranjak menaiki ranjang. "Tugasnya numpuk. Gila rasanya."

"Nanti juga udah biasa rasanya." Arga mengikuti Ana menaiki ranjang dengan laptop di pangkuan. "Hasilnya gimana?"

"Gak ada yang bagus. Palingan B+ doang, ah bodo amat," ujar Ana. "Ga, are you kidding?"

Arga menoleh lalu menggeleng. "I'm not kidding but studying. Aku masih ada UTS ini, dikumpul minggu besok, terus juga masih harus sibuk di BEM. Kamu tidur aja kalo capek."

Tidak biasanya Arga membiarkan Ana tidur begitu saja tapi kali ini nampaknya Arga serius karena suaminya itu segera sibuk dengan laptop dan beberapa buku. Ana sengaja menemani dengan bermain ponsel namun tak bertahan lama karena dia akhirnya bosan lalu memilih diam berkelana dengan pikirannya sendiri sebelum akhirnya jatuh tertidur.

TMH 2 - Hold Me Tight ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang