Kedatangan Ana malam itu membuat Arga dan teman-temannya terkejut. Pasalnya Ana datang ke tempat perkumpulan di mana biasanya Arga melakukan aksi balapan.
Ana bisa melihat Arga yang tadinya berbincang dengan Kalisa itu kini menghampirinya.
"Kamu ngapain di sini?" desis Arga, kedua matanya menatap lurus mata Ana.
"Kenapa? Aku gak boleh datengin kamu di sini?"
"Bukan gitu. Kamu... ini udah malem. Dan kamu ke sini gak bilang sama aku?" Arga menarik tangan Ana agar dia bisa leluasa berbicara. "Dari kapan kamu di sini?"
Ana mendesah pelan, "Dari tadi siang. Kamu udah mau mulai balapan?"
"Aku gak balapan."
"Kenapa? Karena ada aku? Aku gak masalah kok nemenin kamu balapan." Ana mengedipkan sebelah matanya. "Aku pernah ngerasain dibawa kebut sama kamu."
Arga berdecak lalu menggeleng. "Floana, ini beda. Ini gak sama. Aku gak mau kenapa-napa sama kamu, dan kenapa juga kamu harus ada di sini?"
"Aku kan udah bilang kalo aku mau nemenin kamu. Salah emangnya?"
Bibir Arga terbuka ingin bersuara namun suara lain menginterupsi hingga akhirnya Arga membawa Ana kembali. "Sori, gue gantiin aja sama yang lain. Gue mau ngurus istri gue dulu."
Sial. Memangnya Ana barang yang harus diurus?
"Biarin gue yang gantiin Arga. Ada yang mau ikut?" kata Dion setengah berseru.
Lalu Ana tanpa pikir panjang segera menepis tangan Arga dan berujar, "I'm in." Dia menghampiri Dion namun Arga menahannya, wajahnya mengeras marah.
"Kamu mau ngerasain kan? Biar aku tunjukkin ke kamu." Arga menarik tangan Ana memasuki mobil, memakaikan seat belt tanpa bersuara hingga akhirnya mobil itu melesat cepat di jalanan.
Tak ada yang bersuara sama sekali. Bahkan Ana hanya sibuk menatap keluar jendela, jemarinya terus saja menggenggam erat, bukan karena takut tapi karena dia berusaha menahan sesuatu di dalam dadanya. Dia merasakan rasa sakit hati ketika Arga nampak tidak suka ketika dia datang, seakan-akan masalah akan datang. Demi apapun, Ana hanya ingin Arga mengajaknya, bukannya Kalisa. Dan kini Ana merasa jauh dengan Arga meskipun jarak mereka terpisah tak sampai satu meter.
"Floana, jangan kayak gini lagi. Aku gak suka." Jemari Arga meraih jemari Ana untuk digenggam. "Tiba-tiba kamu muncul di sana, tau apa yang aku rasain?"
"Emangnya kenapa? Aku gak boleh? Padahal kamu sendiri yang bilang kalo aku harus bisa ketemu orang baru," jawab Ana santai.
"Bukan itu maksud aku," Arga menggeram. "Di sana bukan cuma ada temen deket aku aja, tapi... argh. Shit!"
Tiba-tiba Arga membungkam mulut Ana dan melumatnya sedikit kasar, lalu dengan cepat Arga menarik bagian atas kaus Ana hingga pundak Ana terbuka dan memberi kecupan dalam.
"Jangan kayak gini lagi," titah Arga final. "Aku bakal bawa kamu ke temen aku."
Demi Tuhan, Ana sekali tidak menyukai tindakan Arga tadi. Suaminya itu bahkan tak mengerti bagaimana perasaannya sama sekali, bibir Ana yang terkatup tanpa berucap sedari tadi pun diabaikan. Sampai ketika Arga membawa Ana ke salah satu kafe tempat biasa teman-teman balapannya berkumpul saja Ana masih terdiam.
"Aku mau denger penjelasan kamu nanti," bisik Arga dengan suara beratnya. "Aku bener-bener marah, Floana."
Ana menyandarkan punggungnya di punggung kursi, dengan malas dia menatap Arga. "I don't care."
"Floana."
Ana sudah tidak mau mendengar perkataan Arga lagi. Sengaja ditulikannya telinga sampai akhirnya Arga mengalah dan memilih untuk berbincang dengan teman-temannya. Hanya Ana yang diam saja di lingkaran ini. dia menunduk memandang ujung sepatunya. Sepatu yang Arga belikan. Sepatu yang sama dengan sepatu Arga.
KAMU SEDANG MEMBACA
TMH 2 - Hold Me Tight ✔️
RomanceMAU DIBENERIN A sequel to Take My Hand 17+ (Terdapat kata-kata kasar dan attitude yang tidak baik) Status Ana kini sudah berganti menjadi istri dari seorang Arga. Ana mengira kehidupannya dengan Arga akan dilaluinya dengan baik-baik saja namun terny...