Bagian 29

168 8 0
                                    

Baca setelah berbuka aja. Cheers!

***

Arga kembali ke Yogyakarta siang hari hanya diantar oleh Ana. Seperti biasa, Arga selalu memperingati Ana untuk tetap menjaga diri dari siapapun termasuk Evan. Ana hanya mengangguk dan sesekali berucap "Iya". Rasa-rasanya Ana bisa menghapal semua peringatan dari Arga, waktu ke waktu yang selalu sama itu. Bosan juga jika selalu mendengarkan hal yang sama.

Sebenarnya sejak pagi tadi antara Ana dan Arga tidak terjadi perbincangan, Ana memilih menghindar dan tak mempedulikan sosok Arga. Jika saja Kakek tidak menyuruhnya untuk mengantar Arga ke bandara, maka Ana tidak akan berucap sepatah katapun. Dia masih merasa marah dengan Arga.

Setelah melepas Arga, Ana segera memasuki mobilnya dan melajukannya menuju rumah Kelly. Semenjak menikah, Kakek kembali memberikannya izin berkendara sendiri, dan juga kedua orang tuanya pun memberikan mobil sedan keluaran terbaru sebagai hadiah. Betapa senangnya Ana. Tapi tetap saja dia tidak bisa keluar malam sesuka hati.

"Baru kelar nganter Arga?" tanya Kelly seraya membuka daun pintu. Ana mengangguk. "Wih, Chatime, enak nih." Diambilnya bungkusan Chatime dari tangan Ana. "Karina barusan juga dateng."

"Gue sebel banget sama Arga," kata Ana setelah berbaring di ranjang Kelly. "Cuma karena gue gak mau beresin kamar, dia marah sama gue. Nyeramahin gue segala."

Karina mendengus dengan kedua tangan sibuk mengupas apel. "Lo harusnya tau kalo dia itu Arga. Arga is Arga. Orang yang pernah lo panggil pake julukan..." Dia melirik Kelly.

"Stiff alias Kaku," lanjut Kelly yang mengerti kode dari Karina. "Lo sama dia itu udah kayak kucing sama anjing."

"Ribut terus kalo ketemu."

Memang sih, dulu Ana senang jika bisa mengganggu Arga, tapi dia lupa jika Arga juga lebih sering membuatnya kesal. Kepala Ana terkulai di bibir ranjang, rambutnya tergerai hingga menyentuh lantai.

"Katanya kalo udah nikah, semua sifat ngeselin orang itu baru ketauan." Ana memiringkan kepalanya karena sudah terasa pusing. "Gue udah tau sifat nyebelin dia tapi ntah kenapa malah tambah parah. Jangan gini lah, jangan gitu lah. Lama-lama tidur aja gue gak boleh."

Karina menyumpal potongan apel ke mulut Ana. "Ini udah pilihan lo sendiri, gak usah nyesel."

"Tapi gak gitu juga lah." Ana menelan apel yang sudah dia kunyah. "Gue kasih tau lagi, selain nyebelin, dia juga posesif akut. Kalo gue udah ngomong masalah Evan, dia bisa jadi diluar pikiran deh tuh jalan pikirannya. Kayak kemaren aja tau-tau dia pulang pas gue cerita kalo gue liat Evan."

"Tapi bukannya wajar ya kalo dia kayak gitu?" komentar Kelly.

"Kalo biasa sih wajar, ini tuh hampir tiap hari. Bilang gue harus jaga dirilah, jaga lain-lain lah. Gue kan bukan anak kecil yang harus diingetin."

"Nih ya Floana Moriarty Hamid, gue kasih tau biar Arga gak posesif banget." Karina memulai wejangan, sontak kedua temannya bergerak mendekat. "Tiap dia pulang, lo harus tampil seksi, nurutin apa kata dia, be a good girl."

"That's not a good girl but a good bitch."

"Terserah, tapi intinya gitu. Biarin dia liat sisi lo yang baek-baek, jadi nanti dia gak bakal terlalu posesif."

Ana mengernyitkan keningnya, memikirkan perkataan Karina. Apa benar bisa?

"Bener juga tuh kata Karina. Dia posesif kan karena belum bisa percaya sama lo, apalagi nih sifat keras kepala lo itu nambah parah semuanya."

Karina mengangguk-ngangguk.

"Bentar-bentar, kalo untuk masalah nurutin okelah gue ngerti, tapi seksi ini maksudnya apa? Gue udah sering pake yang pendek-pendek tuh."

Karina dan Kelly memutar bola mata berbarengan.

"Seksi itu bukan baju doang tapi sikap. Coba nih pas dia pulang, lo rayu dia duluan," kata Karina.

"Ajak dia duluan. Buat dia on," timpal Kelly.

"Bener." Karina menjentikkan jarinya. "Bawa dia ke kasur, buka bajunya terus lo ngomong gini, 'Aku mau kamu." Jangan lupa desahan halus."

"Anjing!" Ana terbahak. "Gila! Gila! Gak! Bitchy banget."

"Terus mau gimana lagi? Selama ini yang selalu mulai siapa?"

"Ya... Arga sih."

"Gak masalah lo mau mulai duluan, wajar kan?"

"Tapi gue gak bisa," kata Ana, dia kembali menelentangkan tubuhnya.

Karina berdecak, "Gue ajarin. Gue ngerti bitchy way cause I was a bitch. Bayar Chatime aja."

"Goblok banget sumpah," maki Ana. "Lo juga setuju, Kel?"

"Setuju banget. Lo itu kurang greget, Tolol!"

"Two girls against one. Pertama lo harus pasang muka seksi, gini nih." Karina memulai sesi pembelajaran itu. "Tahan bentar, terus lo bilang, 'Baby'."

Ana benar-benar tidak bisa menahan tawanya, dia beranjak duduk lalu turun dari ranjang agar bisa duduk bersama kedua temannya.

"Rambut lo dibuat agak messy gitu, wajah samping biar bagus. Gini." Karina memberitaukan caranya dan mempraktikkannya pada Ana. "Muka lo jangan kaku, anjir!"

"Relax. Relax."

"Pala lo relax, Kel. Geli gue."

"Mata lo sayu, gak gitu. Sayu bukan melotot, budeg. Gak gitu, Anaaaaaa!"

"Anjing, malah jadi kayak orang mau mati lo." Kelly tertawa lebar melihat usaha Ana yang gagal.

Ana mencebik, dia mengibaskan sebelah tangannya. "Ah iya, iya. Gue ngerti yang itu. Terus apalagi?"

"Lo panggil aja terus si Arga, nama atau sebutan. Kayak Honey, Sayang, Baby. Bebeb juga bisa."

"Jangan lupa, lingerie penting!" tukas Kelly, wajahnya menunjukkan keseriusan. "Biar body lo makin keliatan."

Ana mengangguk. "Itu aja?"

"Posisi juga penting."

"Ha?"

"Posisi lo kalo ngeseks sama Arga gimana?"

Wajah Ana hampir memerah karena pertanyaan dari Karina. "Ya biasa, gue di bawah dia di atas." Itu saja, karena Ana tak suka jika melakukannya di kamar mandi.

Karina menjentikkan jarinya. "Lo juga harus belajar posisi, lo bisa nyoba balik badan lo biar Arga bisa ngeliatin punggung lo. Atau gantian lo yang di atas."

Rasanya, bertahun-tahun berteman dengan kedua orang ini, baru sekarang mereka membuka suatu sesi pembelajaran yang begitu tabu. Aneh rasanya mendengar itu semua, bagaikan sebuah benda asing yang masuk ke telinga Ana. Tapi apa itu berhasil? Bukan berhasil pada Arga, tapi pada Ana sendiri, apa dia bisa melakukannya? Bahkan sampai sekarang pun untuk memulai duluan Ana masih merasa gengsi.

"Ah iya gue ngerti semuanya," kata Ana kemudian ketika Karina sudah selesai memberikan pelajaran. "Today's lesson: How to be a Professional Bitch."

"Sayang gak bertarif," canda Kelly yang disambut dengan toyoran lengan oleh Karina.

"Kalo gitu lo bedua siap-siap deh. Gue mau beli lingerie sekalian potong rambut."

TMH 2 - Hold Me Tight ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang