Bagian Enam

288 9 0
                                    

Ana sebenarnya tidak mau menuruti perintah dari Viper, namun dia memikirkan lagi apa dampaknya jika dia menolak. Arga sudah mampu membuat villa ini berantakan, maka Viper bisa menghancurkan seluruh villa ini.

Dengan mengenakan dress tanpa lengan, Ana keluar dari villa. Lehernya sama sekali tidak berhiaskan kalung pemberian dari Viper, Ana memilih untuk membawa benda itu di dalam paper bag. Dia berniat mengembalikan kalung itu.

Di sana Viper berdiri dengan mengenakan kemeja yang tidak dikancing sehingga berterbangan diterpa angin namun dia masih mengenakan kaus di dalamnya. Seakan mendengar suara langkah kaki Ana, Viper menoleh.

"Gue mau balikkin ini." Ana menyodorkan paper bag itu kembali pada Sang Pemberi.

Viper melirik paper bag itu sejenak. "Gue nyuruh lo make."

"Gue gak mau."

"Lo mau gue paksa?"

"Gue bisa teriak."

"Teriak aja kalo lo mau."

Ana mendesis kencang. "Gue gak butuh barang ginian."

"Really?" Satu alis Viper terangkat. "Oke." Dia mengambil paper bag itu kemudian menghampiri salah satu pekerja villa dan menyerahkannya. Tak lama dia kembali. "Problem solved."

"Apa mau lo?" Ana bersedekap. "Gue bisa manggil—"

"Siapa? Arga? Dia udah terbang balik ke Jakarta siang tadi."

Kedua mata Ana segera membeliak tidak percaya. Bagaimana bisa Arga tidak memberitaunya dulu.

"Dia gak bilang sama lo? Cih. Tunangan macem apa dia."

"Gue tau! Dia udah bilang sama gue!" tandas Ana, air mukanya kembali tajam.

Seketika tawa Viper meledak. "Gue bohong, Floana. Arga masih di sini."

Wajah Ana seketika memerah. Sial. Ternyata Viper mempermainkannya. Namun tidak sampai di situ saja, Viper masih memiliki hal lainnya.

"Atau dia udah pergi, ya?" Viper pura-pura bingung. "Jadi mana yang bener, Floana?"

Ana menggertakkan giginya.

"Gue rasa dia udah ada di Jakarta sekarang. Lo udah coba nelpon dia?"

Cukup! Ana merasa jengah, dia berbalik namun tangannya ditarik kasar oleh Viper hingga dia menabrak dada bidang cowok itu.

"Tentang ucapan gue waktu itu emang bener. Gue kayaknya jatuh cinta sama lo."

Mungkin jika yang berbicara di depannya ini bukanlah Viper maka Ana akan merasa senang dan terbuai mendengarnya. Tapi tidak! Ana merasa muak dan jijik. Dia mendorong tubuh Viper menjauh supaya ada jarak di antara mereka.

"Gue bakal usahain apapun buat dapetin lo, no matter what it takes."

***

Arga benar-benar sudah kembali ke Jakarta tanpa memberitau Ana sebelumnya. Ana tidak marah hanya kesal karena dia tau kenyataan itu dari mulut Viper.

"Ana! Ih lo ngapa dah ngelamun mulu!" cibir Karina sebal karena sudah tiga kali berbicara Ana tak kunjung menyahut. "Lo mikirin apaan sih?"

"Mikirin kapan cepet nyampe. Gue pengen istirahat"

"Hah? Lo gila kali ya. Perasaan gue pas di sana yang heboh cuma gue sama Kelly aja. Terus lo lebih sering di villa bareng si Arga."

Ana berdecak.

"Lo gak puas ya dikasih jatah sama dia?"

"Tai! Gak gitu, Na!"

Karina terkekeh. "Eh tapi dia ke mana sih? Kok habis dari kamar lo dia gak keliatan lagi?"

"Dia udah balik duluan."

"Ha? Kapan? Dia gak ngabarin lo?"

Ana menggeleng pelan. Membuang pandangan ke luar jendela, menatap ke arah lautan awan putih di sana. "Gak. Udah ah, gue gak mau bahas itu lagi. Capek."

Ana penasaran apa Argamengetahui jika dia bertemu dengan Viper? Apa Arga akan marah mengetahui jikaViper menyerahkan kalung padanya? Apa cowok itu tau bahwa Viper berhasilmencium pipinya kemarin sore? Tapi yang lebih penting, apa Arga peduli?

TMH 2 - Hold Me Tight ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang